Malangnya Sang Putri Indonesia-2 Wewengko makin buas, dia segera merobek BH Artika sehingga payudara Artika yang mulus dan montok itu sekarang telanjang. Bentuknya sangat bagus dan masih kenyal dengan puting susu yang merah segar. Tidak sabar Wewengko mulai meremas-remas dan menjilati payudara Artika , lalu bibir Wewengko berganti-ganti melumat dan mengulum puting susu Artika . Artika mengejang mendapat perlakuan itu. Kesadarannya mulai hilang, dirinya sekarang sudah dikuasai oleh dorongan seks yang makin kuat, karena itu dia diam saja saat Wewengko mulai melepas celana Jeansnya. Maka di hadapan Wewengko sekarang tampak sepasang paha yang panjang dan mulus yang berakhir pada celana dalam putih berenda. Lalu dengan kasar Wewengko menarik celana dalam Artika sampai lepas. Dan Artika sekarang benar-benar sempurna telanjang bulat de depan Wewengko. Wewengko memandangi kemulusan tubuh telanjang Artika dengan takjub. "Ohh.. tidak saya sangka ternyata Nona lebih cantik jika ditelanjangi seperti ini", kata Wewengko dangan deru nafas memburu. Lalu Wewengko mulai menelusuri sekujur tubuh telanjang Artika dengan bibir dan tangannya. Bibir Artika yang merah segar tidak henti-hentinya dilumat oleh Wewengko sementara tangan Wewengko tidak berhenti menggerayangi dan meremas payudara Artika. Artika hanya bisa pasrah dikerjai oleh Wewengko. Wewengko lalu menjilati bagian perut Artika yang rata dan licin. Kemudian dia membuka paha Artika lebar-lebar hingga terkuaklah liang vagina Artika yang licin tak berbulu. Rupanya Artika secara rutin selalu mencukur rumbut kemaluannya. Wewengko perlahan mendekatkan wajahnya pada vagina Artika, lalu dengan menggunakan bibir dan lidahnya Wewengko mulai menjilati vagina Artika. Dan jari-jari tangan Wewengko perlahan mulai mengorek-korek vagina Artika. Artika langsung mengejang ketika vaginanya dikerjai oleh Wewengko. Dirangsang sedemikian rupa membuat pertahanan Artika akhirnya runtuh apalagi ditambah pengaruh minuman tradisional yang tadi diminumnya. "Oohhh... aahhh... oohhhh... aahssss... ehhsss...", tanpa sadar Artika mulai mendesah merasakan kenikmatan yang baru pertama kali dia rasakan. Wewengko mengetahui Artika mulai terangsang makin buas menggeluti tubuh yang putih mulus itu. Dia mengangkangkan kaki Artika dan membenamkan wajahnya ke vagina Artika. Bibir dan lidahnya terus-menerus mengorek liang kemaluan Artika, sementara tangannya yang kekar dan berbulu meremas-remas payudara mulus Artika. Tak tahan lagi Artika akhirnya mengalami orgasme, tubuhnya mengejang sesaat sebelum akhirnya melemas lagi, dari vaginanya mengucur cairan bening kewanitaan. Wewengko segera menelan cairan vagina Artika dengan buas sambil menjilati sekitar kemaluan Artika karena berdasarkan keyakinan orang Papua, keperkasaan pria akan bertambah jika dia bisa meminum cairan vagina dari perempuan yang akan dia setubuhi. Artika terbaring terengah-engah di ranjang, dia baru saja mengalami orgasme yang luar biasa, tubuhnya yang putih mulus sampai berkeringat padahal udara teramat dingin. Wewengko mamandangi tubuh yang mulus itu dengan tatapan buas, matanya menatap ke arah payudara Artika yang naik turun, begitu putih mulus. Dia lalu mendekati Artika dan mambimbingnya untuk duduk. Perlahan dia melepaskan koteka yang dia pakai dan seketika penisnya yang hitam dan berukuran besar mencuat di depan wajah Artika. Artika yang dalam keadaan terangsang hanya memandangi penis itu. Penis itu berukuran besar, panjangnya mungkin sekitar 20 senti dengan diameter empat atau lima senti. Wewengko lalu menyodorkan penisnya ke bibir Artika. "Sekarang Nona emut punya saya.", perintah Wewengko pada Artika. Artika yang sudah dikuasai nafsu birahi menuruti perintah Wewengko, segera dia mengulum penis itu, tapi karena belum berpengalaman, Artika hanya mengulum penis itu. Wewengko jengkel dengan tindakan Artika. Dia menarik rambut Artika. "Wanita cantik tapi tolol, seperti ini tahu...", Wewengko menggoyangkan kepala Artika maju mundur dengan demikian penis di dalam mulut Artika terkocok dengan sendirinya oleh bibir Artika sampai akhirnya Artika mulai terbiasa, dia menggerakkan kepalanya maju mundur untuk mengocok penis Wewengko dengan bibirnya. Wewengko memejamkan mata merasakan kenikmatan kuluman bibir Artika yang mungil itu sementara tangan kekarnya juga sibuk meremas-remas payudara Artika dan memilin-milin puting payudara Artika membuat Artika kembali terangsang. Sekitar 15 menit lamanya Artika mengulum penis Wewengko sampai akhirnya Wewengko mengejang. Dia menarik Wajah Artika dan membenamkan wajah cantik itu ke dalam selangkangannya. Diiringi teriakan penuh kenikmatan Wewengko menyemburkan spermanya ke dalam mulut Artika. Artika merasakan cairan hangat dan kental memenuhi mulutnya dan mengalir ke dalam kerongkongannya. Oleh Wewengko, Artika dipaksa menelan Sperma itu. "Ayo telan sperma saya Nona.. telan..", perintah Wewengko. Artika yang masih mengulum penis Wewengko hanya bisa melirik pasrah. "Glk... glk... glk...", Artika akhirnya menelan seluruh sperma Wewengko. Wewengko tertawa puas. Dalam kepercayaan Papua, jika seorang wanita sudah menelan sperma sorang pria yang menyetubuhinya maka dia tidak akan bisa lepas dari pria itu selamanya. Wewengko membiarkan saja ketika Artika melepaskan kulumannya. Artika lalu dibaringkan terlentang di ranjang. Dipandanginya tubuh telanjang gadis yang ayu itu. "Nah Nona Artika... sekarang ini sesuai yang saya janjikan, Nona Artika telah jadi istri saya karena Nona Artika telah menelan sperma saya. Itu berarti Nona selamanya tidak bisa melepaskan diri dari saya.", kata Wewengko. Artika hanya bisa menangis mendapatkan dirinya yang telanjang bulat bersama seorang pria yang siap untuk menyetubuhinya. Perlahan Wewengko mulai menarik paha Artika yang putih mulus dan panjang sampai mengangkang lalu Wewengko mulai mengarahkan penisnya yang besar ke dalam liang kemaluan Artika. Artika mengerang sesaat ketika penis Wewengko menerobos liang vaginanya. Artika menangis tersedu, keperawanannya yang dia jaga selama bertahun-tahun direnggut secara paksa oleh pria liar seperti Wewengko. Wewengo yang melihat Artika menangis bukannya iba malah merasa senang. Didorongnya penisnya sampai amblas ke dalam vagina Artika. "Ehkkhh... ahhhh...", Artika mengerang kesakitan, vaginanya yang masih perawan terlalu sempit bagi penis Wewengko yang besar, tapi secara kasar Wewengko terus mendesakkan penisnya dalam-dalam lalu dipaksakannya penis itu memompa vagina Artika. Artika merintih setiap kali penis Wewengko menggenjot vaginanya tapi lama-lama penis itu makin lancar memompa vagina Artika. Wewengkopun makin bersemangat menggenjotkan penisnya. Tubuh Artika yang telanjang sampai tersentak-sentak setiap kali Wewengko menggenjot vaginanya. Sambil terus menyetubuhi Artika , Wewengko juga melumat bibir Artika dengan buas. Artika yang tidak berdaya diperkosa seperti itu akhirnya ikut terhanyut dalam dorongan seksual yang sedari tadi memang sudah menggelegak, akhirnya erangan Artika mulai teratur seirama dengan gerakan penis Wewengko di dalam vaginanya. Setelah sekitar lima belas menit, Wewengko secara tiba-tiba bangkit sambil tetap mendekap tubuh bugil Artika. Dipaksanya Artika duduk berhadap-hadapan dengannya. Ditatapnya wajah Artika yang cantik itu, wajah itu terlihat sangat memelaskan tapi tidak membuat Wewengko merasa iba, dia justru merasa kenikmatannya bertambah bila melihat Artika tersiksa. "Sekarang Nona Artika yang goyang ya... seperti kalau Nona Artika menari di panggung", kata Wewengko. Artika hanya bisa mengangguk, lalu mulai menggerakkan pantatnya maju mundur sambil melingkarkan kaki mulusnya ke pinggang Wewengko. Wewengko mengimbanginya dengan mencengkeram pantat Artika dan mendorong pantatnya maju mundur. Sementara bibirnya sibuk menyusu pada payudara Artika sambil sesekali mengulum dan menjilati puting payudara Artika. Diperkosa sedemikian rupa akhirnya pertahanan Artika jebol juga. Dengan rintihan panjang, Artika merasakan sensasi kuat menjalari sekujur tubuhnya. Tubuhnya menegang dan melengkung ke belakang, tangannya dengan kuat mencengkeram punggung Wewengko. Vaginanya berdenyut kuat sekali seperti meremas penis Wewengko. "Aahhh... Oohhh...", Artika mengejang dan merintih keras, orgasmenya meledak menghantam seluruh syaraf kenikmatan seksualnya. Sesaat kemudian tubuhnya melemas kembali dan tergolek di ranjang. Nafasnya memburu membuat payudaranya naik turun. Wewengko melihat ada darah yang mengalir dari vagina Artika. Itu adalah darah keperawanan Artika yang direnggutnya. Dan Wewengko merasa kenikmatannya makin bertambah mengetahui wanita cantik yang disetubuhinya benar-benar seorang perawan. Tapi Wewengko segera menarik tubuh mulus itu dan mendekapnya erat-erat. "Jangan buru-buru Nona Artika, saya belum selesai, " kata Wewengko sambil tertawa. Dia lalu membalikkan tubuh Artika yang putih dan mengkilat kerena keringat lalu memaksanya menungging. Kedua kaki Artika dipaksanya mengangkang. "Sekarang saya mau coba gaya anjing pada Nona Artika, "kata Wewengko datar. Artika menggelengkan kepalanya. "Jangan Tuan..", Artika kembali menangis. "Saya tidak kuat lagi, ampuni saya Tuan, jangan setubuhi saya lagi..." "Ah.. diam!" Wewengko membentak. "Dasar pelacur, dimana-mana sama, bilang tidak mau tapi orgasme juga." Wewengko menarik paha Artika dengan kasar, lalu kembali penisnya didesakkan ke dalam vagina Artika, kemudian pantatnya digoyangkan maju mundur. Sembil menggenjot vagina Artika, Wewengko juga meremas-remas payudara Artika yang tergantung begitu bebas dan bergoyang seirama goyangan pantatnya. Artika mendesah-desah setiap kali vaginanya digenjot. "Ayo... teruss... terus Nona... terusss..." Wewengko makin kuat menggenjot vagina Artika dengan penisnya, badan Artika sampai tersentak-sentak setiap kali vaginanya digenjot. "Akhhh.. ahhh... ohhh... shitt... shittt..." Artika mulai meracau karena merasakan gelombang birahinya meledak dan akhirnya kembali Artika mengalami orgasme meskipun tidak sehebat sebelumnya, kembali vaginanya berdenyut kencang. Tapi Wewengko tetap belum juga selesai, kali ini dibalikkannya tubuh Artika hingga terlentang, lalu kedua paha Artika diangkat dan disampirkannya ke bahunya kemudian kembali digenjotnya vagina Artika dengan penisnya sambil memegangi pantat Artika kerana khawatir Artika akan melepaskan penis itu dari vaginanya. Kali ini Artika sudah tidak berdaya lagi, dia hanya bisa merintih setiap kali digenjot, payudaranya yang putih mulus bergoyang seirama genjotan Wewengko. Air mata Artika seolah sudah kering untuk menangis, Artika hanya bisa menggigit bibirnya merasakan penderitaan sekaligus kenikmatan yang dia alami sampai akhirnya dia mengalami orgasme untuk kali ketiga, barulah setelah Artika tiga kali orgasme Wewengko menyudahi pemerkosaannya pada Artika. Diiringi erangan dahsyat Wewengko menyemburkan spermanya di dalam vagina Artika. Artika merasakan dunianya sudah hancur, dirinya sudah tidak ada harganya lagi setelah diperkosa oleh Wewengko. Putri Indonesia itu sekarang merasa tidak berbeda dengan seorang pelacur. Artikapun kembali menangis tersedu-sedu mengingat penderitaan yang dia alami. Tapi Wewengko tidak peduli pada nasib Artika. Seorang Artika baginya tidak beda dengan wanita-wanita lain yaitu sebagai pemuas nafu seksualnya. Sampai pagi Wewengko terus menerus menyetubuhi Artika. Tidak kuat menahan penderitaan, Artika akhirnya pingsan lagi. http://siezhien.wen.ru