Sex In Public Transport Siang itu aku checkout dari hotel favoritku di kota apel malang. Seperti biasa aku meminta taksi untuk mengantarku ke bandara Juanda di Surabaya di Receptionist. Pada saat yang bersamaan seorang Laki laki berusia 40 an juga berada di Receptionist itu. "Mba, kalau mau ke Juanda kita sama sama saja" katanya dan di lanjutkan dengan mengatakan bahwa ia yang akan membayar ongkos taksinya. Hanya butuh waktu beberapa detik bagiku untuk memutuskan bahwa aku tidak keberatan dengan ajakannya. Kami menunggu di lobby hotel taksi yang akan membawa kami ke Surabaya. Waktu 15 menit duduk berhadap hadapan dengan nya di lobby hotel menunggu taksi di habiskan nya dengan memandangi belahan dadaku yang memang rendah pada waktu itu. Ia melakukan dengan terang terangan tanpa malu malu. Aku diam saja, aku mengetahuinya tapi kubiarkan saja ia melakukan hal itu. Selama kami mengobrol ringan matanya tak pernah lepas dari dadaku. Bahkan aku sempat membusungkan dadaku dengan berpura pura mengikat rambut ku yang panjang ini. Dia bahkan terang terangan melotot ke arah dadaku. Bahkan ketika taksi kami datang ia merangkulku di pinggang untuk berjalan keluar dari lobby hotel. Aku hanya membiarkan. Bahkan ketika tangannya berpindah dari pinggang ke belahan pantatku. Aku hanya diam sambil terus merespon obrolan nya. Ketika aku di persilahkan untuk naik ke dalam taksi akupun tidak duduk di sisi pinggir seperti seharusnya, namun aku hanya bergeser sedikit ke tengah dan menyisakan tempat sedikit untuknya duduk. Selama perjalanan keluar kota malang obrolan obrolan ringan menyertai kami. Kami pun masih duduk berhimpitan padahal di sisi kananku jelas sekali masih ada spasi cukup luas. Dan matanya tetap saja memperhatikan dadaku. Aku tetap pura pura tidak tahu. Aku bahkan hanya tersenyum ketika ia berbisik begitu dekat di telingaku memuji harum parfum yang ku pakai saat itu. Bahkan ketika ia mulai merangkul pinggangku. Seperti tidak terjadi apa apa kami tetap mengobrol. Seolah olah dengan begitu si supir taksi tidak curiga. Padahal aku yakin ia tahu persis apa yang kami lakukan dari gerak gerik tubuh kami. Namun Mas Hendra (namanya) selalu segar dalam obrolan. Tidak ada jeda. Entah itu tentang pekerjaaan nya, keluarganya atau yang lain. Bahkan ketika tangan nya sudah berada dalam tank top ku untuk meremas dan memainkan payudaraku dia tetap tidak lepas dengan obrolan nya. Aku sendiri hanya menikmati dan merespon obrolannya seperlunya. Sulit bagiku untuk berkonsentrasi pada omongan nya sementara jari jarinya lincah bermain di selangkangan dan dadaku. Aku yakin supir taksi itu pasti melihat mimikku yang menahan desah atas rasa nikmat yang aku terima. Bahkan aku harus menggigit bibirku untuk menahan desahanku yang biasanya terjadi pada saat saat seperti ini. Bahkan pada saat klimaksku. Mas Hendra tahu persis hal ini. Karena aku merapatkan pahaku demikian rupa dan menjepit tangan nya. Supir taksi bahkan sempat tersenyum simpul. "Kamu kalau ngantuk tidur aja sini" katanya sambil menarik tubuhku hingga aku terbaring di pangkuan nya. Ia membuka zipper nya dan memintaku untuk mengoralnya. Dengan sabar dan telaten kutunjukkan segenap kemampuan ku dalam menggoyang lidah. Hebatnya mas Hendra terus mengobrol dengan supir taksi itu selama aku melakukan oral terhadapnya. http://siezhien.wen.ru