CERITAXXX.XTGEM.COM HOME MADE VID
18/05/11
1
11
3305
ENTER +18
FREE VIDEO
FIRST SEX 3GP
HOT MOVIES
ARAB HOT GIRL
ENTER REAL RAPE
SEX FUN
GIRL FRIEND
TOP WAPSITE
Mama ku PART 1.
Cerita berikut adalah tidak ada kaitannya dengan nama, tempat ataupun lokasi, kalau ada kesamaan adalah kebetulan semata.
Namaku Irwan, usiaku kini 21 tahun, tinggi sekitar 175 cm, badanku cukup athletis, karena aku rajin berolahraga. Untuk wajah menurut teman - temanku sih cukup oke. Aku baru saja masuk di salah satu universitas swasta terkenal di kota Jakarta. Aku akan membagi kisah – kisah panasku kepada para pembaca sekalian. Semua pengalaman Seksku yang kulakukan bersama mamaku, kakakku, tanteku dan juga wanita – wanita lainnya. Mulai dari remaja lugu sampai menjadi mahir, berkat bimbingan mamaku tercinta. Sebelum itu aku akan ceritakan sedikit tentang keluargaku. Pada dasarnya Keluargaku boleh dibilang berkecukupan, hal ini selain karena kemampuan bisnis mama yang baik, juga orang tua mama memberikan jatah warisan yang besar kepada anak – anaknya. Jadi untuk urusan keuangan, tidak ada masalah berarti bagi kami sekeluarga.
Mamaku, Susan, kini 41 tahun, keturunan Jawa dan ada masih darah Belanda dari pihak ayahnya ( Warisan kompeni dulu ), menikah di usia muda, dengan papa yang berbeda usia 12 tahunan, karena dijodohkan, dalam hal ini karena adanya hubungan bisnis antara orangtua mama dan papa, kini janda, bercerai dengan papaku, saat aku berusia 12 tahun. Kakakku Erni, 2 tahun lebih tua dariku, paling disayang sama oma dan opaku, waktu kakak naik ke kelas 2 SMA diminta oleh oma dan opa untuk melanjutkan di kota Bandung yang menjadi kediaman mereka. Kuliahnya pun juga di kota tersebut. Kalau lagi rajin seminggu sekali dia pulang, tapi kalau tidak amaka aku dan mama yang ke sana. Adapun mama bercerai dengan papaku, Bambang, seorang pengusaha yang sukses dan memiliki banyak Perusahaan dan bidang bisnis, karena papaku menikahi simpanannya. Mama tidak sudi dimadu Menurutku papaku itu amat sangat bodoh, meninggalkan wanita secantik dan seseksi mamaku. Aku amat membenci papaku, tidak pernah terlintas untuk memaafkannya. Sewaktu bercerai, papa memberikan rumah mewah dua lantai kepada kami, juga memberikan uang cerai yang amat besar pada mama. Untuk urusan biaya pendidikan, papa akan menanggung semua biaya yang diperlukan. Mama kemudian menggunakan uang tersebut ditambah uang yang mama miliki untuk mendirikan Perusahaan sendiri. Bergerak di bidang jasa, pelayaran, trading dan eksport – import.
Kami kini hidup bertiga saja, untuk urusan rumah tangga, mama memutuskan untuk tidak memakai tenaga pembantu, katanya buat apa, toh tidak terlalu banyak kegiatan yang dilakukan kami bertiga, rumah juga tidak terlalu kotor, untuk urusan mencuci dan setrika, untuk cuci dan setrika mama menggaji mbak yang tinggal di dekat komplek kami, sudah kerja tahunan dengan kami, mama mempercayakan kunci rumah juga padanya, tidak harus datang setiap hari. Untuk makan, bisa membeli di luar atau mama yang akan memasak. Setelah bercerai, mama mencurahkan semua hidupnya untuk kami anak – anaknya, juga untuk mengurus Perusahaan yang dikelolanya. Ternyata otak bisnis mamaku juga oke, dalam waktu singkat Perusahaannya berkembang pesat dan memiliki beberapa anak Perusahaan di dalam dan luar kota. Papaku yang brengsek itu juga suka datang menjenguk anak – anaknya, tapi bagiku tidak ada yang special dan berkesan, ya Cuma formalitas saja.
Kami bertiga hidup saling menyayangi, aku mencintai dan menyayangi mama dan kakakku, maklum ini mungkin karena aku merasa sebagai satu - satunya lelaki di rumah. Kehidupan sehari – hari berjalan biasa saja. Saat di rumah, mama tidak terlalu memperhatikan busana, kalau sudah pulang kerja atau saat santai, biasanya pakai daster atau baju tidur yang seksi dan mini. Mama tidak merasa canggung, biasa saja baginya. Kalau sedang ganti baju juga mama sering tidak menutup pintu kamarnya. Mungkin karena dia pikir toh di rumah hanya ada kami saja, dan akukan juga anaknya. Aku sih senang – senang saja dan tidak merasa aneh, maklum saat itu aku masih lugu. Kadang – kadang juga aku sering tidur di kamar mamaku, tentu saja saat itu tidak ada pikiran yang macam – macam. Mamaku sendiri sangat rajin merawat dirinya, kalau kita lihat, usianya seakan – akan masih seperti wanita yang berusia 25 tahunan saja, nggak kelihatan kalau anaknya sudah gadis dan perjaka. Mama rajin melakukan yoga dan senam, juga berenang. Kebetulan di halaman belakang rumah kami dibangun kolam yang tidak terlalu besar, dikelilingi tembok yang lumayan tinggi serta jauh dari tetangga. Mamaku sendiri memiliki wajah yang cantik, rada – rada berwajah indo, rambut panjang, tingginya sekitar 170 cm, bentuk tubuh yang menawan, perut yang masih rata, terutama dadanya yang sangat besar, yang kemudian aku tahu ternyata berukuran 38. Teman – teman yang main ke rumah mengatakan mamaku sangat seksi dan mempesona. Kakakku Erni, juga sama, mewarisi kecantikan mama, sama – sama berdada besar, walaupun tidak sebesar mama, tapi masih akan berkembang. Sepertinya wanita di keluarga mama memang memiliki dada yang besar dan aduhai, adik dan kakak mama juga sama.
Singkat cerita, 3 tahun sudah berlalu sejak perceraian sialan tersebut, waktu itu usiaku 15 tahun hampir 16, baru kelas 1 SMA, saat di mana memasuki masa tegangan tinggi dalam masa puberku. Libido remaja yang gampang naik dan mulai mau tahu lebih jauh mengenai wanita. Aku mulai sering mengakses situs – situs porno di kamarku, membaca majalah dan buku – buku porno, menonton film – film porno yang amat mudah dibeli. Apalagi kini kak Erni jarang di rumah, karena bersekolah di kota B, yah makin seringlah aku sendirian di rumah. Sering saat sedang berkumpul dengan teman – temanku, aku mendengar pengalaman mereka saat melepas keperjakaan, terus terang aku juga penasaran dan ingin sekali melakukan hal yang mereka ceritakan. Secara keuangan aku bisa dan mampu membayar wanita penghibur, bahkan teman – temanku juga menjanjikan akan membayarkan kalau aku mau, tapi aku tidak mau, karena aku takut dan juga ngeri resikonya melakukan dengan wanita penghibur.
Jujur saja, kalau sedang membuka situs porno atau menonton BF, aku paling senang melihat wanita yang sudah dewasa, memiliki dada besar , dan memiliki bulu kemaluan yang lebat, apalagi kalau memiliki bulu ketek, ugh....bisa gila aku membayangkannya.
Aku juga mulai menyadari bahwa aku terpesona dan amat menginginkan mamaku, sudah melewati batas sayang anak ke mamanya, sudah bercampur dengan perasaan erotis yang menyenangkan. Bukannya kakakku tidak cantik dan mempesona, tapi bagiku mama adalah sosok wanita yang sempurna, sudah matang. Wanita dewasa yang kecantikan dan lekuk tubuhnya memancarkan sensasi sensual tersendiri.
Perlahan tapi pasti, gairah dan hasrat di diriku semakin berkobar, aku yang dulu memandang mamaku sebagaimana mestinya, kini mulai melihat mamaku dari sudut pandang seorang pria. Kini aku sering mencuri – curi kesempatan saat mama sedang ganti baju, pura – pura duduk membaca dekat mama kalau mamaku sedang yoga, senam atau berenang. Kini aku mulai sering mengkhayalkan tubuh mama saat aku sedang bermartubasi. Selain itu aku mempunyai kegiatan baru yaitu mengintip mamaku yang sedang mandi, sebenarnya tidak bisa dibilang mengintip sih, kamar mandi mamaku itu terletak di dalam kamarnya, cukup besar ukurannya, karena di dalamnya ada bath tub, standing shower, dan wastafel serta kaca rias yang terpisah, dan saat mama mandi pintunya jarang dikunci, Cuma sedikit ditutup saja, sehingga aku cukup melihat dari celah pintu yang terbuka. Tidak puas, suatu hari timbul ideku untuk merekamnya, maka aku siapkan kamera dan dengan hati – hati merekamnya. Wah, hasil rekamannya sungguh amat indah, dan memperlancar masturbasiku. Tapi itu belum cukup, aku masih menyimpan hasrat untuk merasakan dan menyentuh secara langsung, dan dalam hal ini aku amat terobsesi dengan mamaku. Aku harus mencari cara dan kesempatan untuk memiliki mamaku seutuhnya. Kesempatanku amat besar, karena di rumah ini hanya ada aku dan mamaku, tinggal bagaimana aku mencari caranya.
Kalau aku pikirkan secara mendalam, setelah bercerai, mamaku mencurahkan hidupnya untuk bekerja dan kami anak – anaknya. Seingatku mama tidak pernah menjalin hubungan dengan pria lain, berangkat dan pulang kerjapun selalu tepat waktu. Kalaupun ada urusan kerja di luar kota,sebisa mungkin mengajak kami. Hari liburpun dihabiskan bersama kami anak – anaknya. Apa mamaku tidak punya hasrat seks lagi ? Kalau melihat umurnya rasanya tidak mungkin. Rasanya aku harus mencoba mencari tahu hal ini.
Biasanya kalau sudah selesai makan malam, aku dan mama menonton TV. Saat sedang nonton TV, biasanya aku sering menaruh kepalaku di kedua paha mama. Malam itu mama memakai baju tidur mini tanpa lengan berwarna putih, dengan belahan dada yang rendah, sehingga makin menonjolkan tetek mama yang besar tersebut, seakan tidak mampu menampung tetek yang besar tersebut. Ugh...ribet deh jadinya aku. Gairahku benar – benar membara, tongkolkupun sudah nyut – nyutan. Gelisah banget rasanya. Kami menonton tanpa bersuara. Akupun memulai percakapan.
”Ma, boleh nggak Irwan nanya sesuatu...?” kataku, sambil membalikkan kepalaku dan badanku, kini kepalaku menatap ke arah perut mama.
”Nanya apa...?”
”Jangan marah ya Ma,” kataku lagi
”Apaan sih, kok serius amat sih Wan,” kata mamaku.
”Nggak, kan mama sudah lama hidup sendiri, apa nggak mau kawin lagi ma..?” kataku.
”Ah kamu ini ada – ada saja. Nggak lah, kan mama sudah bahagia ada kamu dan kakakmu. Memang kenapa kamu tanya hal itu, mau punya papa baru ya..??” canda mamaku.
”Enggak sih, Cuma Irwan ingin nanya saja kok ma.”
Tiba – tiba aku mendapat ide untuk mencoba mencari kebutuhan seks mamaku.
”Ma, jangan marah ya, memangnya mama nggak kesepian..? Mama kan masih muda, masih punya kebutuhan biologis,” kataku hati – hati. Kurasakan mamaku sedikit menegang dan terdiam sejenak.
”Wan, kok nanyanya begitu sih, maksud kamu apa,” suara mama sedikit naik.
”Irwan kan sudah gede ma, sudah mendapat pelajaran di sekolah, jadi Irwan tahulah soal kebutuhan pria dan wanita akan hal itu. Dan Irwan mau mama tahu, kalau Irwan juga menghargai semua keinginan ma. Mungkin dulu Irwan belum paham, tapi sekarang saat sudah tahu, Irwan jadi memikirkan mama, kan mama juga punya hidup.” jawabku sekenanya.
”Wan...Wan, yang kamu pelajari itu memang benar, tapi ada juga yang namanya perasaan dan hati nak, hidup tidak hanya dari teori pelajaran saja, tapi juga dari pengalaman.” jawab mamaku.
”Maksudnya apa ma..?” tanyaku bingung.
”Sebagai wanita mama juga ada kebutuhan yang kamu katakan. Tapi mama juga tidak mau kecewa lagi Wan. Cukup sudah pengalaman pahit dari papamu itu. Bagi mama apa yang mama jalani dan juga memiliki kamu dan kak Erni, sekarang ini sudah cukup dan membahagiakan mama. Dan soal masalah kebutuhan biologis mama, mama rasa bukan masalah kamu, dan masih ada kesibukan dan cara lain untuk mengatasinya” jawab mamaku.
Suasana jadi sedikit canggung, lama kami terdiam, hanya terdengar suara dari TV saja.
”Ma, maafin Irwan yah sudah menanyakan hal yang membuat mama marah dan sedih.”
”Nggak apa – apa kok Wan. Mama senang karena Irwan perhatian sama mama.”
Kembali kami terdiam, mama mengelus – ngelus kepalaku. Aku juga diam saja, tetap dalam posisi kepala menghadap ke tubuh mama. Saat itu aku sedang berpikir, berarti mamaku sebenarnya memiliki kebutuhan seks. Tinggal bagaimana aku menciptakan situasi dan kesempatannya. Toh saat ini cuma ada aku dan mama, kak Erni tidak di rumah. Akupun memulai rencanaku.
Aku segera menaikkan kepalaku ke dada mamaku. Pura – pura bermanja – manja.
”Eh, kamu ngapain Wan...?” tanya mamaku kaget.
”Irwan sayang mama, boleh nggak Irwan nenen sama mama.”
”Ah, kamu ada – ada saja, kan kamu sudah besar nak,” mamaku tertawa.
”Iya, tapi boleh kan Irwan nenen lagi kayak anak kecil,”pintaku manja.
”Nggak ah...konyol deh kamu,”mamaku tertawa.
”Boleh ya ma, kan selama ini nggak pernah,”kataku sambil berusaha mencium puting mama.
”Jangan ah Wan,” kata mamaku berusaha dengan halus menggeser kepalaku, tapi aku terus saja bermanja – manja, akhirnya mamakupun tertawa dan berkata, ”Yah sudah deh, kali ini saja ya, tumben kamu kolokan kayak gini Wan.”
Yes, rencanaku mulai berhasil, mamapun segera menurunkan satu tali baju tidur di bahunya, terpampanglah satu tetek mama yang besar,padat dan masih kencang itu. Putih dengan puting yang juga besar. Lingkaran di sekitar pentilnya dan pentilnya berwarna coklat kemerahan. Aku benar – benar terdiam dan terpesona, walau sering mengintip, tapi berbeda sekali karena kali ini aku melihat secara langsung dari jarak dekat. tongkolku benar – benar mengeras sekali.
”Lho kok bengong, tadi katanya mau nenen,” tegur mamaku.
”Ngg, iya...iya ma, habisnya tetek mama besar banget, masih kenceng lagi,”kataku lagi.
”Ah kamu bisa aja memuji mama yang sudah berumur ini,” mamaku tertawa.
”Benar ma, benar – benar bagus dan mempesona,”jawabku jujur. Tanganku menyentuh tetek tersebut, sungguh nyaman rasanya, kenyal dan keras, sambil mendekatkan mulutku ke puting mama. Lama aku mengemut puting mamaku, sementara mamaku tetap menonton TV. Tangan mama mengelus – ngelus kepalaku, rasanya seperti anak kecil saja saat itu. Aku menghisap – hisap puting mama sambil sekali – kali memainkan lidahku. Puting itu kini benar – benar sudah membesar dan mengeras. Kurasakan mama mulai gelisah, tapi aku tetap melakukannya perlahan – lahan, aku tidak mau tergesa – gesa dan membuat mamaku curiga. Kini tanganku yang satu mulai meremas tetek mama yang satu lagi, aku meremas dan mengenggamnya tanpa melepasnya lagi. Lalu mama pun menurunkan tali baju tidurnya yang satu lagi, kini benar – benar bertelanjang dada. ”Wan, nenen yang sebelah sini juga,” kata mamaku sambil tetap menonton TV. Akupun segera memindahkan mulutku ke tetek mama yang satu lagi. Aku melakukannya tetap seperti tadi, perlahan –lahan dan berusaha senatural mungkin, walau tongkolku sudah berdenyut – denyut, tapi aku tetap sabar. ”Ugh...,”terdengar suara mamaku pelan, duduknya pun mulai gelisah, nafasnya mulai berat. Aku tetap diam saja, seolah – olah tidak tahu. Hanya kali ini aku mulai memainkan – mainkan lidahku dengan lebih cepat di puting mama. ”Ah...,” kali ini elusan mama di kepalaku mulai berubah menjadi sedikit menjambak pelan rambutku.
Akupun menghentikan kegiatan nenen tersebut, dan langsung mengubah posisiku menjadi posisi duduk, di sampingku mama duduk dengan dada telanjang, kedua teteknya yang besar benar – benar menantang, dengan puting yang dalam kondisi mengeras. Ugh...sabar dikit kataku dalam hati.
”Sudah dulu ma nenennya,” kataku santai. Sekilas aku merasa melihat raut muka mama sedikit kecewa, namun mama bisa mengontrolnya dengan baik.
”Benar nih, memangnya sudah kenyang nenennya, Wan, katanya mau kayak anak kecil,” mama mencoba menetralkan dirinya dengan bercanda.
”Iya, tapi nanti – nanti boleh lagi ya ma, Irwan senang deh bisa nenen kayak dulu.”
”Iya, iya, boleh kok, mama juga seperti mengingat kamu waktu kecil dulu” kata mamaku lagi.
Sebenarnya aku sengaja berhenti, yang penting aku sudah mendapat jalan masuk untuk melaksanakan niatku. Aku pun terdiam dan menonton TV. Mama juga menonton TV, tapi entah lupa atau disengaja, tali baju tidurnya tidak segera ia naikkan, jadilah pemandangan tetek mama yang indah terpampang jelas di sampingku. Aku pura – pura saja seperti tidak ada apa – apa. tongkolku benar – benar keras sekali saat itu, karena mataku terus melirik tetek mama.
”Ma, Irwan sudah ngantuk nih, tidur duluan ya. Irwan boleh tidur di kamar mama kan ?” tanyaku.
”Ya sudah, sana kamu duluan, iyalah boleh, biasanya juga sering tidur dikamar mama,” jawab mama.
Akupun segera bangun, dan langsung menuju kamar mama, sambil berjalan ke sana, aku tersenyum karena sebentar lagi nampaknya rencanaku akan segera berhasil. Sesampainya di kamar mama, aku segera membaringkan diri, sambil pura pura tidur, tongkolku sudah lumayan tenang kini. Tidak berapa lama mama masuk ke dalam kamar, mama ke kamar mandi sebentar, lalu naik ke tempat tidur, mengecup pipiku, mengira aku sudah tidur. Ada sekitar setengah jam aku pura –pura tidur, aku juga tidak terlalu yakin kalau mama sudah tidur pulas, tapi aku sudah menetapkan hati, Inilah saatnya, sekarang atau tidak sama sekali, tidak boleh mundur lagi. Kulihat mata mama masih terpejam. Rencanaku, kalau aku pura – pura nenen lagi, paling mama berpikir karena aku lagi kolokan.
Akupun mulai mendekatkan kepalaku ke arah mama yang sedang menghadap aku. Mula – mula aku menghisap tetek mama tanpa menurunkan tali baju tidur mama. Mama diam saja,tidak ada larangan. Tangankupun mulai berani menurunkan kedua tali baju tidur mama. Mama diam saja, tidak ada larangan. Kini aku menghisap tetek mama dengan bebasnya, tanganku yang satu mulai meremas – remas dan memainkan puting tetek mama. Mama masih terpejam, tapi kurasakan tubuhnya mulai menggeliat.
”Ugh..Ooohh..,”terdengar mama mendesah pelan. Aku makin bersemangat dan bergairah mendengarnya. Mulutkupun mulai berpindah – pindah dari puting satu ke puting lainnya. Ada sekitar 10 menit aku memainkan tetek mamaku, dengan kondisi mama tetap terpejam. Tapi aku yakin mama belum tidur. Nampaknya mama menikmatinya. Akupun makin berani dan tangankupun mulai bergerak ke bawah baju tidur mama, ke arah selangkangan mama. Saat tanganku mendarat di atas celana dalamnya, tiba – tiba tangan mama memegang tanganku, dan menepisnya dengan halus. Kini matanya tidak terpejam lagi. Mama kini dalam posisi duduk di atas tempat tidur.
”Cukup Wan, jangan lebih dari itu. Mama tahu dan mengerti kamu sudah besar, sudah masuk usia remaja, mama juga paham kamu bilang mau nenen ke mama sebenarnya karena kamu mulai ingin tahu tubuh wanita.” kata mama.
”Mama tidak keberatan kamu bermain – main dengan tetek mama, tapi jangan lebih dari itu ya Wan,”kata mama lagi.
”Tapi ma, kenapa harus begitu, mama jahat, kenapa mama seperti itu,” aku berargumen.
”Wan, aku ini mamamu, tidak boleh kita melakukan hal yang seperti kamu inginkan itu,”kata mama lagi.
”Mama bohong, sebenarnya mama menikmati kan. Sebenarnya mama juga inginkan,”aku terus menyerang pertahanan mamaku.
”Memang, tetapi hanya sampai batas itu, tidak bisa lebih jauh lagi,” jawab mama tenang.
”Irwan sayang mama, dan mama harus tahu itu, Irwan mau melindungi mama, tidak mau mama kecewa, juga mau mama menjadi yang pertama bagi Irwan, mama tidak akan kecewa atau disakiti lagi, karena Irwan menyayangi dan tidak akan pernah mau menyakiti hati mama.”
Hening sesaat, nampaknya mama terguncang mendengar kata – kataku, mama terdiam dan menundukkan kepalanya, kulihat mama meneteskan air matanya. Aku terkejut dan segera bangkit, aku peluk mamaku.
”Ma, mama marah yah...?”
”Tidak sayang, mama tidak marah, justru mama bahagia, karena Irwan menyayangi dan amat perhatian sama mama. Benar – benar tidak mau mama kecewa lagi.”
Lalu mama juga memelukku, lama kami saling bepelukkan, kemudian mama berkata kembali, ”Mama senang dan sekaligus bingung, karena kamu memilih mama sebagai yang pertama dalam hidupmu. Seharusnya kamu memilih gadis lain Wan.”
”Ma, bagi Irwan, mamalah yang terbaik, mamalah yang harus memiliki Irwan pertama kali, tidak ada penyesalan, bahkan Irwan akan merasa bahagia ma.”
Mama masih terdiam dan tetap memelukku, sudah tidak menangis lagi, tangannya membelai lembut kepalaku. Aku diam saja, membiarkan mama bermain dengan pikirannya. Lalu mama berkata kembali
”Sebenarnya kita tidak boleh melakukan hal ini, aku mamamu dan kamu anakku. Garis itu tidak boleh dilanggar...”
”Tapi ma...,”aku memprotes, tetapi diam kembali karena mama segera memotong kalimatku
”Toh yang melakukannya adalah kita, tak ada orang lain yang dirugikan, tak ada orang lain yang disakiti, semua resiko dan tanggung jawab adalah milik kita.”
”Jujur saja, mama juga wanita yang punya kebutuhan seks, tapi mama takut menjalin hubungan lagi karena mama tidak mau mama dan anak – anak mama kecewa kembali. Kala kamu mau tahu saat hasrat mama muncul dan tak tertahankan, mama menggunakan vibrator dan masturbasi, toh yang namanya gairah akan hilang, kalau sudah orgasme. Tak perlu menjalin hubungan kalau hanya untuk mengatasi hal itu.”
”Tapi tadi saat kamu minta nenen, dan memainkan puting mama, mama mulai merasakan api gairah yang ada di dalam mama, kembali menyala, walau awalnya ragu, namun mama yakin, dengan kamu mama tidak akan kecewa dan sakit, kita sama – sama menyalurkan hasrat terpendam kita.”
”Mama sadar mama tidak bisa dan trauma dengan pria lain, tapi mama tahu kalau dengan Irwan, mama tidak akan sakit, karena Irwan menyayangi mama. Juga lebih baik mama yang mengajari dan memuaskan keingintahuan seks kamu daripada kamu harus melakukannya dengan perempuan penghibur.”
Mama melepaskan pelukannya, lalu berdiri dan melepaskan baju tidurnya. Kini hanya bercelana dalam saja. Lalu mama berbaring.
”Wan, ingat ini hanya menjadi rahasia kita berdua, kamu boleh memiliki mama kapanpun, namun jangan sampai kakakmu tahu.”
”Kini kamu lakukan yang kamu inginkan ke mama, jangan takut mama akan membimbing dan mengajarimu. Nanti kamu sendiri yang harus membuka celana dalam mama. Puaskan mama dan dirimu.”
”Lakukan dengan santai saja Wan. Mama mau pengalaman pertama kamu ini menjadi pengalaman yang berkesan dan indah dalam hidupmu.”
Aku yang tadi hanya terdiam, antara percaya dan tidak percaya akan kesempatan ini, segera bergerak, aku berbaring di samping mama, aku cium bibir mamaku, lidah mama dan lidahku bertautan dengan penuh gairah. Tanganku mulai meremas – remas tetek mamaku, memilin – milin puting mamaku. Tangan mama juga tidak tinggal diam, mengelus – ngelus tongkolku dari bagian luar celana pendekku. Ugh...nikmat sekali elusn tangan mamaku. Kini aku mulai menciumi tetek mamaku, mengulum, menjilati puting mama, mama menggeliat – geliat dan memeluk tubuhku. Tangan mama mulai membantu membuka kaosku, lalu celanaku, kini aku dalam kondisi telanjang, masih tetap menindih mama, dengan rakusnya aku terus meremas – remas da memainkan tetek mama, gairahku makin meninggi melihat mama yang nampaknya menikmati saat teteknya aku pemainkan. Tangan mama kini mengelus dan mengocok tongkolku dengan lembut.
”Wah besar juga tongkolmu Wan, sebagai lelaki kamu harus bangga.”
”Ahh...enak ma, terus kocokin tongkol Irwan ma,” kataku di sela kesibukanku memainkan tetek mama.
”Wan, sudah dulu dong mainin tetek mama, masa kamu mau diamin saja memiaw mama.”
Terus terang, bukannya tidak mau, tetapi aku memang belum pengalaman sih. Tapi dengan yakin, perlahan aku mulai menurunkan posisi badanku, hingga kini menghadap tepat di atas celana dalam mama. Tanganku mulai memegang celana dalam mama, meraba dan mengelusnya, kurasakan tebal dan terasa rambut kemaluan yang lebat di baliknya. Mulutku mulai mencium pinggiran selangkangan mama. Mama mulai membuka kedua kakinya. Secara spontan aku menarik celana dalam mama perlahan – lahan. Kini mamaku dalam posisi telanjang bulat. Aku hanya bisa meneguk ludah menyaksikan memiaw mama yang terpampang begitu dekat dan indah di depan mataku. Aroma yang belum pernah kuciumselama ini, terasa ke hidungku, rasanya amat menggoda. Rambut kemaluan mamaku benar – benar lebat dan menutupi memiaw mama, sesuai dengan kesukaanku, tongkolku benar – benar berdenyut – denyut kencang. Tanganku mulai mengelus – ngelus rambut kemaluan mama, terasa tebal dan menggairahkan sekali. Aku mulai mengingat – ngingat adegan di film – film BF yang pernah kutonton. Seakan tahu apa yang kupikirkan, mama mulai berkata
”kok bengong lagi Wan, kamu lakukan saja apa yang mama perintahkan ya. Sekarang kamu jilati dan mainkan memiaw mama dengan lidah dan tanganmu. Kalau susah kamu lebarkan dengan tanganmu, lubang memiaw mama.” Mama mulai melebarkan kakinya, membuka selangkangannya yang indah, menampakkan puncaknya yang menggoda.Akupun mulai menyibak rambut kemaluan mama yang lebat, jariku membuka memiaw mama secara perlahan.Persis seperti film yang kulihat.
”Nah kalau sudah, coba kamu lihat di sekitar lubang memiaw mama, ada daging kecil yang menonjol keluar, seperti butir kacang, itu namanya kelentit atau sering disebut itil,sayang. Nah bagian itulah yang harus kamu mainin dan jilatin pada memiaw mama. Mama akan merasa nikmat saat kamu melakukan itu.” Tanpa menunggu lama lagi, akupun mulai memainkan dan menjilati itil mama dengan lidahku, aroma yang tercium sungguh amat enak terasa di hidungku. Mula – mula aku pikir apa yang aku lakukan salah, tapi perlahan pasti kulihat tubuh dan pinggul mamaku mulai bergoyang – goyang.
”Ah...Oooohhh..Ssss....enak Wan, Ugh....”
”Ughhh...jilat terus Wan,” mama mendesah semakin kuat, goyangan badannya semakin terasa.
”Ooohhhh....pintar kamu Waaann, aaahhhh....cepat pandainya...”
”Oooohh...Aaahhhh....mama...mama...mau...sedikiiittt lagi,”tangan mama mulai meremas rambutku, mama makin melebarkan kakinya, geliat pantat mama semakin liar, akupun makin bersemangat memainkan dan menjilati itil mama. Lidahku menari – nari dengan liar dan cepat, menyapu permukaan memiaw mamaku yang sudah mulai basah. Sensasi yang kurasakan saat itu sukir dilukiskan, kurasakan batang tongkolku sudah amat keras dan berdenyut – denyut. Melihat mamaku yang telanjang, dan mendesah – desah keenakkan saat itilnya kujilati sungguh membuat gairah dan birahiku membara. Badan mamaku bergetar hebat, dan diiringi desahan nikmat yang panjang, kurasakan memiaw mama menyemburkan cairan hangat yang nikmat...Mama terdiam sesaat, lemas, aku mengelus – ngelus memiaw mamaku dengan lembut dengan jariku.
”Ughh...nikmat sekali rasanya Wan, sudah lama mama tidak mengalami orgasme saat dijilati seperti tadi. Rasanya enak betul, kamu pintar dan cepat belajar sayang. Tunggu sebentar ya, mama akan gantian memberikan kenikmatan kepada kamu.” lalu mama pun bangkit dari posisinya, menyuruhku berbaring. Diam sebentar mengamati tongkolku, karena baru sekarang dapat melihatnya secara jelas.
”Wah...panjang dan besar juga tongkol anak mama, kayaknya ada sekitar 20 cm, pastinya ini bukan dari turunan papa kamu yang brengsek itu. tongkol kamu jauh lebih bagus dan besar dibandingkan si brengsek itu,” sindir mamaku sinis terhadap papaku. Aku jadi menyadari betapa bencinya mamaku terhadap papaku, dan entah kenapa mendengar perkataan mamaku, membuat aku senang dan bangga, karena dalam satu hal ternyata aku lebih hebat dari papaku. Makin keras saja rasanya tongkolku kini. Mamaku mulai memainkan batang tongkolku dengan tangannya yang halus, enak benar rasanya, jempol tangannya mengurut – ngurut kepala tongkolku dengan lembut. Aku hanya bisa merem melek saja merasakannya. Lalu mama mulai mendekatkan mulutnya ke arah tongkolku. Kurasakan rasa nikmat yang luar biasa ketika lidahnya mulai memainkan kepala tongkolku. Seluruh tubuhku rasanya lemas tak berdaya. Lalu perlahan tapi pasti tongkolku mulai masuk ke dalam mulut mama. Nikmat rasanya saat mama mengulum, mengisap batang tongkolku, juga saat lidahnya menjilati kepala dan batang tongkolku. Rasanya tidak bisa kupercaya, tongkolku bisa masuk ke dalam mulut mama yang mungil dan sensual itu, lembut sekali rasanya elusan bibirnya menyentuh batang tongkolku. Tangan mama juga mengelus – ngelus biji pelerku, enaaak banget rasanya. Sesekali mulut dan lidah mama mengulum dan menjilati bijiku. Service mama yang enak ini benar – benar membuatku kelojotan dan hanya bisa merem melek merasakan kenikmatan dan sensasi yang luar biasa ini. Sambil mengulum tongkolku, sesekali mama menatapku. Sungguh luar biasa sensasi yang dirasakan saat kita melakukan kontak mata saat sedang diberikan oral seks.
Lagi enak – enaknya mama berhenti. Aku mau protes, tapi mama segera berkata.
”Untuk pemula, daya tahanmu cukup baik. Mama sebenarnya mau mengulum tongkol kamu kembali, sampai kamu keluar, tapi untuk pengalaman pertama kamu, mama ingin kamu merasakan yang terbaik dan juga harus mengeluarkan sperma kamu di tempat yang special...di dalam memiaw mama sayangku. Nah kini kita mulai, jangan takut, mama akan bimbing kamu.” Mama mengocok –ngocok kotolku, lalu mulai berbaring. Aku disuruhnya untuk memposisikan diri di atasnya. Mama mulai membuka kedua kakinya, memperlihatkan memiawnya yang menawan. Tangannya membuka lubang di memiawnya, menunjukkan jalan ke arah lubang kenikmatan miliknya.
”Karena ini yang pertama, maka mama bantu kamu dulu menunjukkan arah yang tepat, kalau sudah sering, pasti nanti kamu mahir dengan sendirimya, yang.” Lalu tangannya memegang batang tongkolku, menuntunnya ke arah yang benar, ke dalam surga kenikmatan. Agak sulit pertama – tama, karena tongkolku yang cuup besar dan juga karena memiaw mama yang sempit karena sudah lama tidak dimasuki tongkol. Jleb....perlahan kepala tongkolku menerobos ke dalam lubang memiaw nikmat milik mama, tubuh mama agak bergetar saat tongkolku menerobos masuk, kembali mama melebarkan kakinya dan menaikkan pantatnya perlahan, hingga batang tongkolku masuk seluruhnya ke dalam lubang memiaw mama. Sungguh suatu sensasi kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan pertama kali seumur hidupku. Saat tongkolku berada di dalam memiaw mama, rasanya sangat nyaman, hangat dan berdeyut – denyut dengan nikmatnya. Jadi inilah rasanya memasuki memiaw seorang wanita, semakin nikmat karena ini adalah memiaw mamaku yang benar – benar aku inginkan. memiaw yang sudah melahirkan dua orang anak, namun tetap terasa nikmat dan berkualitas.
”Santai saja Wan, pompa tongkolmu naik dan turun, jangan tergesa – gesa, nikmati, buat pengalaman pertamamu ini berkesan. Keluarkan di dalam memiaw mama ya sayang,” mama mengajari dan memberiku semangat dengan lembut. Akupun mulai bergerak seperti yang diajarkan mamaku. Pantatku naik dan turun, tongkolkupun mulai memompa dengan nikmatnya di dalam memiaw mamaku. Sungguh amat sangat niiikkkmaaattt, kulakukan dengan perlahan – lahan, tidak tergesa – gesa, sekali – kali bibirku mencium bibir mamaku dengan lembut dan pnuh gairah. Kulihat tetek mamaku yang besar itu bergoyang – goyang seiring pompaanku tongkolku dalam memiaw mama. Sungguh enak dilihat, satu tangankupun mulai ,eremas – remas dan memainkan putingnya, sekali – kali kuhisap dan kujilati. Cukup lama juga aku memompa tongkolku, mama mulai mendesah – desah, dan menggoyang – goyangkan pinggulnya...
”Aahhh,,,Ahhhh, terus Wan, pintar juga kamu.”
”Ooohhhh....enak...sudah lama memiaw mama tidak dimasuki tongkol, jadi rasanya nikmat..”
”Ugh...ughhh...”
”tongkol kamuuu...benar –benar enaaakk...aaaahhh.”
”memiaw mama juga nikmaaattt...sempiit dan enaak”
”Aahhh....mama sudah mau keluar yang”
Kurasakan memiaw mama menyemburkan cairan hangat ke tongkolku, mama nampak lemas dengan ekspresi penuh kepuasan di wajahnya. Mama meminta aku berhenti sebentar, tapi aku tdak mau dan terus memompa. Mama nampak lemas, matanya merem melek, mulutnya mendesah – desah, sementara pinggulnya makin bergoyang dengan liar dan cepat mengimbangi gerakkan tongkolku. Tentu saja aku merasakan semakin nikmat, apalagi mama makin melebarkan kakinya, sehingga tongkolku semakin leluasa menerobos memiaw mamaku yang terasa sempit karena lama tidak dihajar tongkol. Gerakanku makin kupercepat, bibir, leher dan tetek mamaku bergantian aku jilati dan ciumi. Ploook...plookk..plookkk..., bunyi pompaan tongkolku terdengar jelas saat memompa memiaw mamaku yang sudah basah itu.
”Aaahhh....ahhhh...nikmaaat nggakkk sayang...”
”Pastiii ma....oohhh...”
”Ughhhhh...Oohhhh....”
”Terus yang mama mau keluar lagiii...”
Kurasakan tongkolku juga berdenyut – denyut lebih keras, rasanya aku juga mau mencapai puncak, Aku segera menciumi bibir mamaku dengan ganasnya, lidahku dan lidah mama saling bertautan dengan penuh gairah, kutindih dan kupeluk tubuh mamaku dengan kuat...Kurasakan memiaw mama menyemburkan cairan, mama orgasme lagi, hampir bersamaan tongkolkupun menyemburkan cairan sperma dengan kuat dan cukup banyak. Kurasakan tubuh kami sama – sama bergetar dengan nikmat. Lalu akupun terkulai, masih menindih tubuh mamaku, lemas tapi puas dan dipenuhi rasa nikmat. tongkolku masih berdenyut – denyut. Akhirnya kurasakan juga kenikmatan bersetubuh, memang nikmat, tapi terasa makin dan lebih nikmat karena pertama kali aku melakukannya denga mamaku tersayang. Kami berbaring berdampingan sambil berpegangan tangan.
”Kamu hebat sayang...mama benar – benar puas.”
”Aku juga ma.”
”Sini mama bersihkan tongkol kamu,” kata mama, lalu mama mulai menjilati sisa – sisa sperma dari tongkolku.
”Benar – benar masih mudah dan bersemangat, tongkol kamu masih keras.”
”Irwan sayang, mama bahagia dan tidak menyesal melakukan hal ini. Kamu membuat mama merasakan kembali menjadi wanita. Kamu hebat, jauh lebih kuat dari papa kamu. Mulai sekarang kamu boleh melakukannya kapan saja, kalau kamu mau tinggal bilang ke mama. Pasti mama bersedia, kecuali saat mama datang bulan, cukup mama service kamu dengan oral. ”
”Tentu saja mulai sekarang kamu harus tidur di kamar bersama mama, kamu harus memuaskan mama dan diri kamu setiap hari, kecuali kalau ada kakak kamu ya, harus hati – hati, jangan sampai ketahuan.”
Aku senang sekali mendengar perkataan mamaku.
”Baiklah, tapi mama juga harus janji, mama mau mengajari aku yah, juga mau menuruti semua keinginanku dalam melakukan hubungan seks, kalau aku mau mama begini atau mama begitu seperti di film yang aku lihat, mama nggak boleh protes ya.”
”Mama benar – benar tipe wanita idamanku, tinggi, cantik, bertetek besar, memiliki rambut kemaluan yang lebat, tapi ada satu yang kurang, kuharap mama mau melakukannya, karena aku senang dan suka sekali.”
”Apa itu Irwan sayang ?”
”Irwan mau mama mulai menumbuhkan bulu ketek, jangan mama kerok atau cabuti, tidak perlu lebat ma, karena Irwan suka sekali dengan bulu ketek, bagi Irwan itu sangat merangsang dan menggairahkan. Kalau dirawat kan tidak bau, apalagi mama yang rajin merawat tubuh. Pokoknya mama harus menuruti permintaan ini ya.”
”Tentu sayang, pasti mama turuti, mulai sekarang mama akan membiarkan bulu ketek mama tumbuh demi kamu. Senang dan bahagia sekali mama, karena tubuh mama ternyata sesuai dengan keinginan kamu. Rasanya mama kembali muda.”
Lalu kami kembali berpelukan, malam itu aku kembali menggarap memiaw mamaku 2 kali lagi.
Mama berbaring di sampingku, telanjang, tertidur pulas. Aku masih belum tertidur. Masih berpikir atas apa yang baru kualami, sedikit tidak percaya akan semuanya. Tapi sudahlah, semua yang kuinginkan sudah terjadi, mamaku puas, aku puas. Bagiku apa yang kami lakukan adalah jalan kami bersama, kami yang merasakan, tidak ada penyesalan, tidak ada orang lain yang dirugikan. Rasanya bahagia sekali.....
Tanpa terasa sudah hampir 2 bulan, aku menjalani babak baru kehidupan dengan mamaku. Aku juga sudah semakin pandai saja dalam urusan Seks. Mama benar – benar membimbing aku untuk memahami tekhnik dan juga cara memuaskan seorang wanita dalam hal berhubungan badan. Semua yang selama ini hanya bisa kufantasikan dan kusaksikan lewat film saja, kini dapat kupraktekkan secara langsung. Mama selalu ada dan menjadi pembimbingku yang seksi dan menggairahkan, selain itu memang mama seperti mendapatkan diriku sebagai oase baginya guna menyegarkan semua dahaga seksnya yang lama terpendam.
Namun sedikit banyak aku berpikir betapa tololnya papaku meninggalkan wanita sehebat dan seseksi mama, tadinya aku berpikir mungkin karena mama adalah tipe yang kolot dan konvensional, tapi ternyata tidak. Aku sendiri juga kaget karena untuk urusan seks, mamaku ternyata hebat dan panas, selalu berusaha memenuhi dan memuaskan keinginan pasangannya. Buktinya semua keinginanku selalu diturutinya. Mama bercerita dulupun dia selalu berusaha memenuhi keinginan papaku, menonton film BF punya papa untuk mempelajari posisi dan hal yang bisa menyenangkan pasangannya. Ah...persetan dengan ketololan papaku, sekarang ada aku yang bisa membahagiakan mama.
Hidup yang sekarang kujalani sangatlah indah. Kecuali saat kak Erni pulang saja, aku harus menahan diri. Untuk tidur di kamar mama sih nggak masalah, karena kak Erni tahu, dari dulu aku suka kadang – kadang suka tidur di kamar mama, tapi sekarang dia tidak tahu, kami bukan hanya sekedar tidur. Kalau tidak ada kak Erni, aku dan mama benar – benar memuaskan hasrat seks kami sepuasnya. Kapanpun aku mau, aku tinggal lakukan. Saat mama di dapur, di kolam renang, di meja makan, saat aku mau, tinggal kusodok saja memiaw mamaku, dan mama juga tidak pernah menolak.
Bahkan kalau saat sedang mengantar mama pergi dan aku mau, mama akan membuka resleting celanaku dan meng-Oral aku, sementara aku tetap menyetir. Kadang kalau malam minggu atau hari libur, aku dan mama berjalan – jalan ke mall, makan di luar, nonton bioskop, kayak anak muda yang berpacaran saja.
Yang pasti aku tidak perlu takut mama akan hamil, walau usia mama saat aku mulai menyetubuhinya memasuki usia 35 tahun dan masih memungkinkan hamil, namun aku tak perlu khawatir. Mama bilang saat bercerai dulu mama sudah memasang spiral KB, sewaktu mama berhubungan denganku pertama kalinya, besoknya mama kembali memeriksakan spiralnya dan memasang ulang untuk memastikan keamanannya. Mama bilang dia sebenarnya tidak keberatan kalaupun nantinya bisa hamil, namun dia bilang daripada jadi omongan orang, pertanyaan Kak Erni, belum lagi karena mama bekerja, maka sebaiknya pasang alat pengaman saja. Selain itu kata mama dia mau aku menikmati saat berhubungan, kan nggak adi kalau mama bisa enak orgasme, sementara aku harus mencabut tongkolku saat aku mau klimaks Cuma untuk mengeluarkan spermaku karena takut mama hamil, mama mau aku juga nikmat dan mengeluarkan spermaku di dalam lubang memiawnya. Lagipula mama juga lebih enak kalau aku keluar di dalam, katanya rasanya nikmat saat spermaku menyemprot dinding memiawnya. Duh senang dan terharunya aku, mamaku begitu memperhatikan hal itu, mau aku mengalami kenikmatan seutuhnya.
Bagiku mama bukanlah wanita murahan atau gampangan, mama rela dan memberikan semuanya kepadaku karena mama merasa nyaman dan aman. Aku menyadari mama sangat peduli dan selalu berusaha memuaskan pasangannya, dalam hal ini aku, bila mama mengalami kenikmatan, maka mama juga mau hal yang sama untuk aku. Kita tidak bisa menilai wanita hanya dari luarnya saja, terkadang wanita contohnya mamaku yang kalau sehari – hari terlihat sopan dan santun, namun saat di atas ranjang, mempunyai sisi lain yang bisa membuat kita tercengang dan puas. Mamaku benar – benar berkelas. Tidak merasa sungkan atau canggung membicarakan atau memenuhi keinginanku, karena seks yang nikmat adalah bila pasangan yang melakukannya sama – sama mengerti dan tahu keinginan masing – masing dan mau terbuka mengatakan hal yang kurang atau membuat sakit pasangannya, atau pura – pura suka padahal tidak pada gaya ini atau gaya itu. Seks yang kami lakukan selalu terasa panas dan nikmat karena kami selalu berusaha memberi dan menerima dengan sepenuh hati.
Mama sendiri mengatakan bahwa untuk urusan seks, aku memiliki stamina dan daya tahan yang kuat, bahkan mama suka kewalahan, tapi mama senang karena selalu mengalami kepuasan berkali – kali setiap melakukan hubungan seks. Mama merasa gairahnya yang sempat padam kini menyala kembali dan bisa disalurkan. Apalagi kalau sedang berhubungan dan aku sudah keluar, tongkolku juga cepat lagi bangunnya, mungkin karena aku masih muda. Kalau hanya ada kami saja di rumah, mama selalu memakai baju tidurnya yang seksi, kadang hanya BH dan CD, tapi seringkali aku meminta mama untuk telanjang saja. Biasanya kalau ada teman yang mau datang aku bilang dulu ke mama atau menelepon dahulu, biar mama memakai busana yang sopan, kan nggak lucu kalau temanku datang mendapatkan mama yang memakai baju seksi. Mama selalu menuruti keinginan dan fantasi yang aku miliki, terkadang aku membawa laptopku dan menonton film BF yang aku download dari internet untuk memberitahu bahwa aku ingin gaya seperti inu atau begitu, juga tidak menolak saat aku mau merekam saat kami sedang berhubungan, alasanku karena aku mau menontonnya di lain waktu, mama tidak keberatan karena tahu aku nggak bakal memperlihatkan ke orang lain, hanya unuk konsumsi aku dan mama saja ( Lagipula memangnya aku gila apa, memamerkan film kayak gini ke orang lain, bisa heboh dong ). Singkat kata mama selalu berusaha menuruti semua hasrat dan fantasiku, karena mamapun menikmatinya. Mungkin ini yang disebut puber kedua pada diri mama. Suatu hari saat mama dan aku sedang libur, aku meminta mama untuk melakukan masturbasi dan juga main – main dengan vibrator...
Aku duduk di sofa seberang, mengelus – ngelus dan memainkan tongkolku, mataku tak lepas pada pemandangan panas di sofa di seberangku. Mamaku yang dalam keadaan bugil, posisinya rebahan, kedua kakinya membuka lebar, memperlihatkan memiawnya yang tebal, rambut kemaluan yang tebal menambah keindahannya. Tangannya menuju ke arah memiawnya, mengelus – ngelus permukaan memiawnya, memainkan rambut kemaluannya, lalu jarinya mulai membuka lebar memiaw tersebut, tangan yang satu lagi segera memainkan itilnya, menggosok – gosok dan mengurut secara cepat itilnya. Mulutnya mendesah dan matanya merem melek, nampaknya menikmati sekali. Aku menyaksikannya dengan amat senang, tongkolku berdenyut – denyut keras, tegang sekali.
”Ooohhh...Ahhhh...”
”Ahhhh.......,” desahan mama semakin keras, pinggul mama bergoyang semakin cepat, jarinya makin cepat memainkan itilnya...teteknya yang besar nampak bergoyang dengan indahnya. Tak lama kemudian mama berhenti sebentar dan mengambil vibrator di sebelahnya, lalu memandangku, sambil memandangku mama mulai menjilat dan memainkan vibrator itu di mulutnya. Ugh...benar – benar merangsang aku. Lalu vibrator itu dimainkan ke sekitar teteknya. Senang sekali aku melihatnya. Kini vibrator itu mulai diarahkan ke lubang memiawnya, Jleb...masuk ke dalam memiaw mama. Mama mengocok – ngocok vibrator itu, sekali – kali memainkan pengatur getaran di ujungnya. Mendesah dan menggeliat – geliat, sementara tangannya secara cepat memainkan vibrator tersebut. Sekali – kali terdengar suara getaran dari vibrator tersebut.
Aku terus melihat adegan tersebut, mataku terpaku ke arah memiaw mama yang indah, benar – benar merangsang, belum lagi desahan dan ekspresi wajah mama yang sangat menikmati. Akupun bangkit dan pindah ke samping mama. Sementara mama tetap melanjutkan bermain dengan vibrator. Tanganku mulai meremas – remas tetek mama. Sekali – kali kupilin putingnya. Lalu tanganku bergerak ke bawah, aku mulai membelai rambut kemaluan mama yang lebat itu, lalu tanganku mulai memainkan dan mengusap – ngusap itil mama dengan cepat. Sementara mama tetap mengocok vibrator itu dalam lubang memiawnya. Lama – lama gerakan pinggul mama semakin cepat, jemariku juga makin lincah memainkan itil mama. Diiringi desahan nikmat mama mengalami orgasme. Lemas...
”Oohhh...lemas sekali.”
”Tapi enakkan mamaku sayang.”
”Iya sih, kamu ini ada – ada saja mintanya ke mama.”
”Habis aku mau melihat mama masturbasi dan main – main sama vibrator”
”Yah sudah kalau itu bisa buat kamu senang, tunggu sebentar mama ke kamar mandi dulu bersih – bersih, sebentar lagi gantian kamu yang bikin mama senang. Mama mau kamu nusuk pantat mama habis sini.” Mama lalu bangkit ke kamar mandi, sementara aku tetap menunggu. Tak lama kemudian mama kembali, sambil berjalan teteknya yang besar bergoyang, di tangannya dia membawa sebotol baby oil. Baru saja mama menaruh baby oil itu ke meja, aku segera menarik mamaku, dan memangku mamaku.
”Huuhh...sabar dong yang.”
”Habis mama benar – benar merangsang, tongkol Irwan sudah nggak tahan nih...”
”Iya...iya...makanya sekarang gantian, kamu yang bikin mama senang.”
Akupun mulai mencium mamaku, bibirku dan bibir mama saling memagut dengan liar. Tangankupun tak ketinggalan, kuremas – remas tetek mama, sungguh nyaman dan kenyal. Lalu tanganku yang satu lagipun mulai bergerak ke arah selangkangan mama, kulebarkan sedikit kaki mama dengan tanganku, lalu aku mulai memainkan memiaw mamaku, sementara kami tetap terus berciuman. Jari tengahku mulai kumasukkan ke lubang memiaw mama, kukocok dengan cepat, tanganku yang satu lagi mengangkat tangan mama, bibirkupun segera menuju ke arah etek mama, nampak bulu ketek mama, sungguh amat menggairahkan, segera kuciumi dan kujilati. Puas dengan itu, kumiringkan sedikit badan mama di pangkuanku, mulutkupun segera menuju ke arah tetek mama, dengan rakusnya kuciumi tetek mama bergantian kiri dan kanan, putingnya kujilati, kukulum. Mama nampaknya sangat suka saat aku memainkan teteknya, badannya menggeliat – liat keenakkan. Jari tengahku pun semakin cepat mengocok lubang memiaw mama. Puas dengan permainan ini, aku segera mendudukkan mama di sofa. Kedua kakinya segera kukangkangkan selebar mungkin, nampaklah memiaw yang sudah memerah karena kumainkan tadi, segera kuarahkan mulutku ke sana, tercium sedikit bau yang enak di hidungku. Mula – mula kujilati dan kuciumi rambut kemaluan mama, lalu lidahkupun segera menyapu dan memainkan seluruh permukaan memiaw mama, kusodok – sodok lubangnya dengan ujung lidahku. Dan akhirnya lidahkupun segera bermain – main dengan itil mama. Mama nampak sangat menikmati permainan lidahku pada itilnya. Mendesah – desah dan tangannya meremas – remas rambutku.
”Yang kamu jilatin memiaw mama sambil tiduran ya, biar mama bisa hisap tongkol kamu...”
Tentu saja aku tidak menolak tawaran tersebut, segera saja aku menuruti perintahnya. Kini aku sudah berbaring dan mama berada di atasku, menungging dengan posisi membalik, pantatnya menghadap ke mukaku. Segera saja aku jilati memiaw dan pantat mama, mamapu tak mau ketinggalan, sebelah tangannya mulai mengocok – ngocok tongkolku, lalu mama mulai mendekatkan mulutnya ke arah tongkolku, lidahnya mulai bermain – main dengan kepala tongkolku, menjilati dengan rakusnya, lalu mulutnya mulai mengulum dan menghisap tongkolku, sambil tangannya tetap membelai – belai biji pelerku...Oohh nikmat sekali rasanya. Sementar itu lidahku terus memainkan itil mama, tangankupun juga ikut beraksi, jariku bergantian menusuk – nusuk lubang memiaw dan pantat mama. Rupanya mama tidak tahan juga dengan kenikmatan yang kuberikan, pantatnya bergoyang – goyang dengan liar, tak lama kemudian tubuhnya mengejang, dan terasa memiawnya menyemburkan cairan hangat, mama orgasme kembali. Hisapan mama di tongkolkupun semakin panas, aku benar – benar keenakan dengan service mama ini. Puas dengan itu, akupun segera menarik mama, dan merebahkannya di sofa, aku berdiri di atas mama, segera kuarahkan tongkolku ke tetek mama, kuletakkan ke tengah tetek mama, mama paham apa mauku, segera saja tangan mama mengapit kedua teteknya yang besar itu, tongkolkupun kini terjepit dengan kuat di antara belahan tetek mama yang besar, segera saja kugerakkan pantatku maju mundur, saat kepala tongkolku maju ke depan, lidah mama tak ketinggalan menjilatinya. Gila...nikmat sekali rasanya tongkolku dalam jepitan tetek mama yang besar dan kencang ini. Tak lama kemudian akupun sudah nggak tahan untuk segera memasukkan tongkolku ke lubang memiaw mama.
”Mama sayang, tongkolku sudah nggak tahn lagi nih pingin masuk ke sarangnya...”
”He..he...memiaw mama juga sudah gatal minta disodok tongkol kamu Wan...!”
”Oke..tapi mama aku pangku ya...”
Segera aku duduk, mamapun segera bangkit, dan menuju pangkuanku, kakinya dibuka lebar – lebar, perlahan sambil duduk diarahkannya lubang memiawnya ke arah tongkolku yang sudah berdiri tegang itu...Jleb...ah nikmatnya. Mamapun segera menggoyangkan pantatnya, naik turun, tangankupun mulai meremas – remas dan memainkan tetek mama. Kuciumi dan kujilati leher dan bibir mama, Mama mengelinjang kegelian. Gerakan mama semakin cepat, memompa tongkolku dengan kuat, tangankupun tak ketinggalan menggosok – gosok dan memainkan bagian atas memiawnya, Mama menyandarkan kepalanya ke arahku, tangannya terangkat ke atas, terlihat bulu keteknya yang lumayan lebat, kujilati dan kuciumi dengan rakus sekali. Desahan nafas kami makin cepat dan bunyi tongkolku yang sedang menggarap memiaw mama terdengar jelas...Plookk...Plookk...semakin menambah nafsu kami.
”Arghh....ee..naakk..Wan”
”Oohhh....terus Wan, remas tetek mama...”
”Mama saaaayanngggg kamu...ahhhh”
Tidak berapa lama tubuh mama mengejang, nampaknya mama mengalami orgasme lagi, akupun juga merasakan tongkolkupun sudh berdenyut semakin kuat, segera saja aku ikut menggoyangkan pantatku engan cepat, mata mama kulihat merem melek keenakkan. Croot...Croottt...cairan sperma menyembur dengan kuat ke lubang mama, kuremas tetek mamaku dengan kuat...Aahhh sungguh nikmat yang tiada duanya. Aku dan mama terdiam sesaat, bibir kami berciuman dengan mesra....
”Enak sayang...?”
”Enaklah ma...mama juga senangkan..?”
”Heeh...istirahat sebentar ya....mama masih mau lagi, tapi kali ini masukkin pantat mama ya.”
Mama lalu bangkit dari pangkuanku, mencabut tongkolku dari memiawnya, nampak spermaku mengalir di pahanya, mama berjalan ke arah dalam. Terdengar suara air di kamar mandi. Tak berapa lama mama kembali membawa handuk dan air minum. Mama memberikan minum kepadaku, lalu mama mengelap tongkolku, saat itu tongkolku dalam kondisi setengah ngaceng. Akupun segera berbaring dengan santai. Setelah mengelap tongkolku mamapun mulai memainkannya, mengelus – ngelus kepala tongkolku dengan jarinya, membelai biji pelerku, diperlakukan seperti itu, tanpa butuh waktu lama tongkolkupun bangkit kembali, mamapun mulai memainkan lidah dan mulutnya pada tongkolku. Untuk urusan oral seks mama sangat hebat, mama tahu titik sensitif pada kepala dan batang tongkolku, lidahnya akan menjilati dan memainkan wilayah – wilayah sensitif tersebut dengan lembut. Kalau sudah begitu aku hanya bisa merem melek menahan kenikmatan. Jilatan dan hiapan mama semakin cepat kurasakan pada tongkolku, aku memutuskan untuk diam dulu, menikmati saja, sambil mengumpulkan kembali tenaga. Setelah kurasa cukup nyaman, kutarik mama, mulut mama masih tetap bermain dengan tongkolku, namun kini pantatnya kembali menghadap mukaku, kali ini yang menjadi sasaran permainan lidahku adalah daerah lubang pantat mama, aku tidak jijik, karena aku tahu, mama sangat telaten merawat dirinya dan juga mama pasti sudah membersihkan daerah tersebut, terlebih bila mama bilang mau melakukan hubungan seks lewat pantat. Kujilati dengan liar daerah tersebut, nampak rambut kemaluan yang halus di sekitarnya, lubang pantat mama kutusuk – tusuk dengan ujung lidahku, perlahan lubang itu mulai membesar, tanganku segera mengambil baby oil yang tersedia, kutuangkan ke wilayah lubang pantat mama, lalu jarikupun pelan – pelan mulai kutusukkan ke lubang pantat mama. Bergantian sambil sesekali kujilati dengan lidahku. Mama menggoyang – goyangkan pantatnya pertanda menikmati, sebagai balasan serviceku yng enak, makin panas saja permainan mulut mama di tongkolku, kami berdua benar – benar saling berusaha memuaskan dan memberikan kenikmatan. Tidak berapa lama, mama mengatakan sudah nggak tahan lagi mau dimasukkin. Kupun segera saja kembali meneteskan baby oil agak banyak ke daerah lubang pantat mama.
Mamapun segera memposisikan dirinya setengah nungging, kedua tangannya memegang sofa, akupun segera berdiri, tongkolku siap menyodok pantat mamaku...perlahan aku maju, mula – mula tanganku mulai memegang kedua paha mama, lalu jariku mulai melebarkan lubang pantat mama, kuarahkan tongkolku secara perlahan, agak sulit sedikit, karena tidak selebar lubang memiaw, perlahan tapi pasti kepala tongkolku mulai menemui arah yang benar...Jleb...mama mulai mendesah, agak meringis, akupun mulai menekankan pantatku ke depan, kini batang tongkolkupun mulai masuk, mama mulai mendesah, akhirnya tongkolkupun amblas seluruhnya, segera saja aku mulai memompanya, dengan gerakan maju mundur yang berirama, sementara tanganku bergantian meremas – remas tetek mama, kurasakan tongkolku berdenyut nikmat, lubang pantat mama memang tidak seperti lubang memiawnya, tongkolku terasa dijepit kuat, karena lubang yang sempit, setiap kali tongkolku maju mundur terasa seperti diremas dan dipijat dengan kuat...ah akupun mulai mempercepat goyanganku....Mama juga menimpali dengan ikut menggoyangkan pantatnya yang besar dan seksi itu, kenikmatan yang kami rasakan sungguh luar biasa. Setelah berapa lama, sambil tetap dengan posisi tongkolku di dalam lubang pantat, tanpa mencabutnya, aku mulai menarik mama, lalu memutar posisinya, aku segera memeluk mama dari belakang dan perlahan duduk sambil menarik mama ke pangkuanku, kini mama mulai bergerak memainkan pantatnya, tongkolku terasa nikmat sekali, tanganku mulai meremas – remas tetek mama.
”Ma...te..teruuussss...”
”Goyangan mama eennaaakkk...aahhh”
”Maaa...ganti duluuu ya...Irwan mau masukin memiaw maaamaaa....”
Mamapun segera mencabut tongkolku dari lubang pantatnya, dan segera membimbing tongkolku ke lubang memiawnya yang sudah basah itu. Mama kembali menggoyangkan pinggulnya, akupun juga mulai menaik turunkan pantatku. Plook...plookk....plook....semakin nyaring terdengar suara tongkolku yang sedang memompa dalam memiaw mama yang sudah basah tersebut. Mamaku benar – benar wanita yang hebat dalam urusan seks, aku benar – benar puas setiap melakukan hubungan seks dengannya. Kembali mama mencium bibirku, sementara aku membelai bulu keteknya, sambil terus memompa memiaw mama, lalu mamapun perlahan menaikkan pantatnya, mencabut tongkolku dari memiawnya, dan dengan cepat memegang batang tongkolku dan mengarahkannya ke lubang pantatnya...ho..ho...nampaknya belum puas lubang pantatnya disodok...akupun segera memainkan tongkolku dengan ganas, sambil tetap berciuman, mulut mama mulai mendesah dengan cepat, pantatnya ikut bergoyang mengimbangi setiap sodokan tongkolku....Tangan mamapun meraih tanganku, mengarahkannya agar aku memainkan puting susunya, sementara tangan mama yang satu lagi mulai memainkan itilnya. Benar – benar sudah panas mama kali ini. Aku benar – benar menikmati sensasi ini. Kurasakan tongkolku makin mengeras di dalam lubang pantat mama. Akhirnya aku merasa bahwa aku sudah mau keluar...kupercepat gerakanku...dan...creeet....creeet...spermaku menyiram lubang pantat mama. Aku dan mamapun terkulai lemas. Setelah terdiam beberapa saat, mama segera mencabut tongkolku dari lubang pantatnya, dan menjilati sisa sperma yang tersisa.
”Makasih ya Wan, sudah bikin mama puas.”
”Irwan juga sama ma”
”Kamu makin pintar saja deh yang.”
”Kan mama yang ngajarin, lagian mama memang cantik dan seksi sih, jadi Irwan maunya tiap hari masukkin terus, memiaw mama enak banget...”
”Ah..merayu terus kamu Wan.”
”Sudah sekarang kita istirahat dulu Wan, yuk kita tidur di kamar, nanti malam mama masak yang istimewa buat kamu.”
Mamapun bangun dan menuntunku ke kamarnya, lalu kami segera merebahkan diri di tempat tidur, aku cium mamaku, dan mama balas menciumku dengan mesra pula, lalu kami kembali berpelukkan dan tertidur dengan bahagia.
Cukup lama juga aku tertidur, mungkin karena kecapekan, saat aku bangun kulihat mama sudah tidak ada di sampingku, aku pun bangun dan segera menuju kamar mandi mama untuk berih – bersih dan menyegarkan diri. Setelah segar, aku mencari celana pendekku dan memakainya. Aku berjalan keluar dari kamar mamaku. Kucari mamaku, terdengar suara musik dari TV, rupanya mamasedang senam. Aku segera menuju ruang santai. Kulihat mama sedang melakukan senam, Ugh..mama hanya mengenakan BH dan CD saja, BH yang mama kenakan seakan tidak mampu menampung tetek mama yang besar itu, garis tubuh mama terlihat seksi, mama memang rajin senam dan yoga untuk merawat tubuhnya.
”Eh..sudah bangun yang.”
”Iya...kok mama nggak bangunin Irwan sih.”
”Habis mama lihat kamu tidur nyenyak sekali jadi mama biarkan saja.”
”Ma...lapar nih.”
”Mama belum masak, mama masih senam dan habis sini mau yoga dulu, tapi di meja makan sudah mama siapkan susu dan roti.”
”Huh mama rajin amat senamnya.”
”Kan biar mama tetap seksi, bukannya kamu suka kalau mama makin seksi, sudah kamu makan dulu sana.”
Mau tak mau akupun tersenyum, iyalah aku jelas mau dong kalau mama makin seksi. Akupun segera menuju meja makan, duduk dan menyantap susu dan roti. Suara musik penggiring senam mama terdengar dari TV. Setelah selesai makan, aku taruh gelas dan piring ke bak cuci piring, dan kembali ke tempat mama. Akupun duduk sambil memperhatikan mama yang sedang senam dan yoga. Melihat mama yang hanya mengenakan BH dan CD saja, tongkolkupun mulai mengeras, terlintas suatu ide nakal di otak ngeresku...
”Ma...masih lama nggak ?”
”Kenapa yang, masih belum kelarlah mama, memangnya kamu masih lapar..?”
”Nggak sih ma, Irwan senang sih ngelihat mama lagi latihan senam, biar makin seksi...tapi..”
”Tapi apa Wan,” mama tersenyum...
”Tapi Irwan mau mama buka saja BH dan Cdnya.” kataku nakal...Mama melihatku sejenak, lalu tertawa
”Nanti kalau mama senamnya sambil telanjang, bisa nggak selesai dong, yang ada kamu bakalan senamin mama.”
”Yah enggaklah...maksudnya enggak salah lagi gitu, kan itu juga salah mama karena punya bodi terlalu seksi dan panas, sehingga adik Irwan nggak bisa tenang.”
Mama dan aku sama – sama tertawa, lalu mama pun mulai melepas BHnya, teteknya yang besar itu pun seakan meloncat keluar, menggantung dengan indahnya, lalu ia turunkan CDnya, menampakkan rambut kemaluan yang lebat. Glek...walaupun sudah sering melihat dan merasakannya, tapi aku tetap terpesona setiap kali melihat tubuh telanjang mamaku.
”Gimana...senang ?”tanya mamaku. Akupun hanya mengangguk, menggeser kursi agar tepat di hadapan mama, lalu duduk dengan tenang memperhatikan mama, dan mamapun kembali melanjutkan kegiatannya. Tetek mama nampak bergoyang dengan indah saat mama melanjutkan senamnya, bergoyang ke kiri dan kanan, naik turun...wow seksinya, belum lagi bulu keteknya terlihat menggoda. tongkolkupun mulai kurasakan mengeras di balik celanaku. Tidak berapa lama mama mulai mengikuti gerakan senam di DVD, kini ia pun rebahan di atas karpet, nampaknya kini sampai pada sesi yang dilakukan sambil rebah di lantai. Dari suara yang terdengar di TV, nampaknya untuk menguatkan pinggang dan pinggul. Kulihat rimbunan rambut kemaluannya yang mengundang, lalu mama mengangkat sebelah kakinya, lalu keduanya, terlihat memiawnya yang tebal, ketika mama melebarkan kakinya terlihat lubang memiaw dan itil mama, menggairahkan dan menantang sekali. Demikian pula waktu mama mengikuti gerakan dengan posisi menungging, pantatnya menghadapku, terlihat pantatnya yang montok dengan rambut halus disekitar lubang pantatnya, belum lagi melihat belahan memiawnya saat posisi menungging menambah mabuk kepayang pada diriku. tongkolkupun benar – benar mengeras dan berdenyut, terasa sesak di celana, akupun segera membuka celanaku, biar lebih terasa leluasa. Mama tetap melanjutkan kegiatannya. Akupun mulai mengocok tongkolku perlahan – lahan, posisi memiaw mama benar – benar menghadap ke arahku, gerakan senamnya yang melebarkan kaki, membuat memiaw mama semakin menggoda. Aku masih memperhatikan dan mencoba menahan birahiku. Biar bagaimanapun aku senang melihatnya, seperti melihat suatu pertunjukkan saja. Pelan – pelan aku pun mulai turun dari kursi, duduk di ubin, menikmati pemandangan indah di depanku dari jarak dekat....Ah....sudah nggak tahan lagi, segera saja aku dekatkan mulutku ke arah memiaw mama. Tanpa basa basi segera kuciumi..
”Ah..Irwan, mama belum kelar nih senamnya.” protes mamaku
”Nanti saja ma dilanjuti, Irwan benar – benar terangsang. memiaw mama benar – benar menggoda.”
Akupun mulai menjilati dan menciumi rambut kemaluan dan memiaw mamaku dengan buasnya, kujilati semua permukaan memiaw mamaku dengan liarnya. Mamapun hanya bisa pasrah dan menikmati seranganku, kakinya semakin dibuka dengan lebar. Kali ini aku bertekad untuk meng-Oral memiaw mamaku dengan sebaik mungkin, benar – benar terangsang aku melihat mama mengangkangkan memiawnya mengikuti gerakan senam tadi. Segera saja kuarahkan lidahku ke itil mama, kumainkan dan kuputar – putar ujung lidahku dengan cepat pada itil mama, mamaku mendesah dan menggoyangkan pinggulnya, kedua kakinya kini bergantung di bahuku. Desahan mama semakin kuat dan sering, kumainkan lidahku, kujilat pula lubang memiawnya, lal kenbali ke itilnya. Jarikupun tak ketinggalan beraksi, kutusukkan jari tengahku ke lubang memiawnya, mama makin merasa nikmat dengan permainan lidahku dan juga sodokan jatiku pada lubang memiawnaya, tangannya pun meremas – remas dan menjambak rambutku. Sesekali tangan mama memainkan teteknya, menghisap putingnya. Cukup lama aku menggarap memiaw mamaku dengan lidah dan jariku, memiaw mama semakin basah, desahannya semakin liar, akhirnya mamapun menggelepar, terasa memiawnya menyiramkan cairan hangat. Aku berhenti sebentar, membiarkan mama menikmati orgasmenya dan beristirahat sebentar.
Lalu aku bangkit dan segera duduk di sofa. tongkolku mengacung keras, melihat mama yang terbaring di karpet, dengan posisi kaki mengangkang memperlihatkan memiawnya yang merah sehabis aku mainin. Tak lama mamapun bangun dan menghampiriku. Tangannya yang halus segera memegang kontilku, mengelus dan mengocoknya, tak lama lidahya mulai menari – nari di atas kepala tongkolku, tangannyapun semakin cepat mengocok batang tongkolku. Nikmat sekali rasanya. Sepertinya mama berusaha membalas kenikmatan yang kuberikan tadi. Mulut mamapun kini mulai mengulum tongkolku, mula – mula hanya setengahnya saja, lalu bleb...seluruh tongkolkupun dikulumnya, Awww....mama enak sekali rasanya. Mataku merem melek merasakan kenikmatan Oral dari mama. Lama juga mama bermain dengan tongkolku, setelah aku merasa puas, aku segera menahan gerakan kepala mama dengan lembut. Aku berdiri, mama kini berhadapan di depanku, aku dorong mama dengan perlahan, kupepetkan badannya ke tembok. Aku ciumi bibirnya, teteknya, sementara jariku menusuk lubang memiawnya. Mamapun membalas ciumanku dengan gairah yang panas pula.
Tanpa menunda – nunda lagi, tanganku segera mengangkat dan memegang sebelah kaki mama, kini mama berdiri dengan sebelah kaki dan badan menempel tembok.Segera kuarahkan tongkolku ke lubang memiawnya yang nikmat. Kupompa dengan cepat dan sedalam mungkin, mamapun semakin bergairah. Terus kuciumi bibirnya, kulumat dengan birahi yang panas. Lidah kami berpagutan dengan liarnya. Makin kutekan mama ke tembok, kini kedua tangan mama mulai memeluk leherku, aku juga memeluk dan menahan pundak mama dengan kedua tanganku. Dalam satu gerakan mama mengangkat kakinya yang satulagi, dan kedua kakinya kini mengapit erat di pantatku. Kini mama benar – benar brgantung sambil memelukku, Guna menyeimbangkan aku makin merapatkan mama ke tembok. Gerakan tongkolku dalam memiaw mamapun semakin cepat, karena posisi mama saat ini benar – benar membuat tongkolku terasa nikmat, rasanya seperti dijepit dan diremas dengan kuat. Ciuman kami makin panas, tetek mama yang besar terasa enak sekali menempel dengn kuat di dadaku.
”Aahhh...Wan...gila kamu...mama benar – benar enaaaakkkk nih.”
”Teee...russss Wan..”
”Aaawww...sodokan kamu gaanaaassss benar...Ooohhhhhh.”
”Wan...Ooohhh...Ahhhhhh”
Kurasakan tangan mama makin kencang memeluk tubuhku, tak berapa lama mama mengerjang, dari lubang memiawnya kurasakan semburan cairan hangat. Mama orgasme lagi, tampak lemas dan bahagia. Tapi aku tetap meneruskan sodokanku, mama setengah menjerit dan mendesah menahan kenikmatan yang kuberikan pada memiawnya, matanya merem melek dengan ekspresi wajah yang makin membuat aku terangsang. Akupun berhenti sebentar, sambil tetap dalam posisi tongkolku di dalam memiaw mama dan mama menggantung memelukku, aku segera menuju kamar mama, segera saja mama kurebahkan, kini aku di atas mama, mama mengangkat dan melebarkan kedua kakinya, semakin memberikan jalan kenikmatan pada tongkolku. Aku segera memompa memiaw mama. Tanganku kembali memainkan dan meremas – remas teteknya. Semakin cepat sodokanku, semakin kencang pula tetek mama bergoyang, makin membuat aku bernafsu. Kuarahkan mulutku ke tetek mama, kuciumi dan kucupang kedua tetek mama, terlihat merah bekas kedua cupanganku di teteknya. Lalu lidahku menjilati leher mama. Mama menggeliat kegelian, tongkolkupun makin cepat bergerak di dalam lubang memiaw mama yang nikmat. Mama benar – benar meikmati setiap pompaan tongkolku. Tak berapa lama mama, mendesah dengan kuat, tubuhnya kembali bergetar. Pinggulnya agak terangkat saat memiawnya kembali memuncratkan orgasmenya. Setengah terpejam karena kenikmatan terlihat di wajah mamaku. Namun ekspresi wajah mama justru semakin merangsang birahiku. Aku tetap memompa tongkolku, pinggul mama bergoyang makin liar mengimbangi sodokanku. Aku merasakan sedikit lagi akan mengalami klimaks, maka aku segera memeluk amaku, seiring sodokan terakhir kurasakan spermaku muncrat dengan kuat menyiram liang memiaw mama. Aku terkulai lemas, menindih mamaku, keringat kami menyatu. Kuciumin mamaku, lalu aku segera berbaring di sampingnya. Lemas dan bahagia.
”Wan..mama benar – benar kewalahan, tapi mama senang.”
”Mama tidak butuh yang lain, karena ada kamu yang bisa membahagiakan mama.”
”Irwan juga mencintai mama, rasanya nggak ada wanita yang bisa menandingi mama.”
”Wan...Wan.., mama senang mendengarnya, mama juga puas sama kamu, tapi mama mau kamu tahu, mama juga nggak mau mengekang kamu, selama kamu senang dan bisa membuat kamu puas, mama bahagia memberikan tubuh mama. Tapi mama tidak mau kamu terpaku sama mama, kamu harus nantinya mencari pendamping hidup kamu. Jalan kamu masih panjang sayang, sekarang mungkin kita sedang menikmati kebahagiaan ini. Tapi nantinya mama pasti akan rela melepas kamu bila kamu sudah menemukan pendampingmu.”
Aku hanya terdiam, memandangi mama. Mama benar – benar menyayangi aku, aku juga menyayanginya. Lalu akupun mencium keningnya, dan memeluknya.
”Terimakasih ma, mama sungguh baik sama Irwan, mama sudah memberikan segalanya pada Irwan, mengajari segalanya, memberikan tubuh mama yang indah, saat ini hanya mama yang Irwan inginkan dan sayangi, namun bila saatnya tiba Irwan pasti akan bilang ke mama, dan tetap sayang sama mama. Irwan selamanya akan sayang dan cinta mama, Irwan tak akan lupa semuanya, kasih sayang, cinta dan pengalaman indah yang mama berikan.”
Mama lalu menciumku, dan memelukku. Lama kami berpelukkan, lalu aku mengajak mama untuk mandi, membersihkan peluh yang ada juga menyegarkan diri. Aku lalu bangun dan membopong tubuh mama ke kamar mandi, kunyalakan shower, kusiram tubuh mama dengan air yang segar. Kuambil sabun, kusabuni tubuh mama, kuusap sabun pada tetek mama yang besar, semakin seksi saja terlihat, lama aku menyabuni dan bermain dengan tetek mama yang indah. Lalu aku sabuni selangkangan mama, kusabuni rambut kemaluan mama yang lebat, lalu memiaw mama. Kuusap dengan lembut sabun pada seluruh permukaan dan lubang memiaw mama. Lalu mama gantian menyabuni aku, mengusap dan membersihkan badanku, lalu menyabuni dan mengocok tongkolku dengan sabun. Setelah membilas bersih, mama lalu kembali memberikan hisapan yang nikmat pada tongkolku. Aku lalu kembali menyetubuhi mama di kamar mandi.
Begitulah kini kehidupan yang kujalani dengan mama, hari – hari yang kami lewati kami lalui dengan seks yang panas dan membara setiap ada kesempatan. Kami tidak pernah merasa bosan dan terpuaskan. Setiap kali melakukan kami merasakan kenikmatan dan kebahagiaan serta pengalaman baru. Mama benar – benar telah memberikan pengalaman pertama yang berharga dan akan selalu menempati tempat yang special dalam hatiku. Sementara mama sendiri telah mendapatkan kembali gairah seksnya yang hilang lewat diriku tanpa perlu takut akan kecewa dikhianati atau disakiti. Kami tidak merasa telah melanggar garis, tidak pula merasa benar atau salah, semua itu cukup menjadi mlik kami saja, karena kami sama – sama menyayangi, mencintai dan membutuhkan, kami melakukan bersama, tanpa ada orang lain yang dirugikan, jadi semuanya adalah kebahagiaan, kenikmatan dan tanggung jawab kami.
TAMAT...
.
3 Rondeku Yang Luar Biasa.
Sejak aku mengetahui alamat ini tujuh bulan lalu, hampir semua cerita aku baca, terutama yang merupakan kisah nyata. Karena itulah aku tergerak untuk mencoba menceritakan pengalamanku. Aku (sebut saja Aswin), umur hanpir 40 tahun, postur tubuh biasa saja, seperti rata-rata orang Indonesia, tinggi 168 cm, berat 58 kg, wajah lumayan (kata ibuku), kulit agak kuning, seorang suami dan bapak satu anak kelas satu Sekolah Dasar. Selamat mengikuti pengalamanku.
Cerita yang aku paparkan berikut ini terjadi hari Senin. Hari itu aku berangkat kerja naik bis kota (kadang-kadang aku bawa mobil sendiri). Seperti hari Senin pada umumnya bis kota terasa sulit. Entah karena armada bis yang berkurang, atau karena setiap Senin orang jarang membolos dan berangkat serentak pagi-pagi. Setelah hampir satu jam berlari ke sana ke mari, akhirnya aku mendapatkan bis.
Dengan nafas ngos-ngosan dan mata kesana kemari, akhirnya aku mendapat tempat duduk di bangku dua yang sudah terisi seorang wanita. Kuhempaskan pantat dan kubuang nafas pertanda kelegaanku mendapatkan tempat duduk, setelah sebelumnya aku menganggukkan kepala pada teman dudukku. Karena lalu lintas macet dan aku lupa tidak membawa bacaan, untuk mengisi waktu dari pada bengong, aku ingin menegur wanita di sebelahku, tapi keberanianku tidak cukup dan kesempatan belum ada, karena dia lebih banyak melihat ke luar jendela atau sesekali menunduk.
Tiba-tiba ia menoleh ke arahku sambil melirik jam tangannya.
“Mmacet sekali ya?” katanya yang tentu ditujukan kepadaku.
“Biasa Mbak, setiap Senin begini. Mau kemana?” sambutku sekaligus membuka percakapan.
“Oh ya. Saya dari Cikampek, habis bermalam di rumah orang tua dan mau pulang ke Pondok Indah,” jawabnya.
Belum sempat aku buka mulut, ia sudah melanjutkan pembicaraan,
“Kerja dimana Mas?”
“Daerah Sudirman,” jawabku.
Obrolan terus berlanjut sambil sesekali aku perhatikan wajahnya. Bibirnya tipis, pipinya halus, dan rambutnya berombak. Sedikit ke bawah, dadanya tampak menonjol, kenyal menantang. Aku menelan ludah. Kuperhatikan jarinya yang sedang memegang tempat duduk di depan kami, lentik, bersih terawat dan tidak ada yang dibiarkan tumbuh panjang. Dari obrolannya keketahui ia (sebut saja Mamah) seorang wanita yang kawin muda dengan seorang duda beranak tiga dimana anak pertamanya umurnya hanya dua tahun lebih muda darinya. Masa remajanya tidak sempat pacaran. Karena waktu masih sekolah tidak boleh pacaran, dan setelah lulus dipaksa kawin dengan seorang duda oleh orang tuanya. Sambil bercerita, kadang berbisik ke telingaku yang otomatis dadanya yang keras meneyentuh lengan kiriku dan di dadaku terasa seer! Sesekali ia memegangi lenganku sambil terus cerita tentang dirinya dan keluarganya. “Pacaran asyik ya Mas?” tanyanya sambil memandangiku dan mempererat genggaman ke lenganku. Lalu, karena genggaman dan gesekan gunung kembar di lengan kiriku, otakku mulai berpikiran jorok. “Kepingin ya?” jawabku berbisik sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Ia tidak menjawab, tapi mencubit pahaku.
Tanpa terasa bis sudah memasuki terminal Blok M, berarti kantorku sudah terlewatkan. Kami turun. Aku bawakan tasnya yang berisi pakaian menuju kafetaria untuk minum dan meneruskan obrolan yang terputus. Kami memesan teh botol dan nasi goreng. Kebetulan aku belum sarapan dan lapar. Sambil menikmati nasi goreng hangat dan telor matasapi, akhirnya kami sepakat mencari hotel. Setelah menelepon kantor untuk minta cuti sehari, kami berangkat.
Sesampai di kamar hotel, aku langsung mengunci pintu dan menutup rapat kain horden jendela. Kupastikan tak terlihat siapapun. Lalu kulepas sepatu dan menghempaskan badan di kasur yang empuk. Kulihat si Mamah tak tampak, ia di kamar mandi. Kupandangi langit-langit kamar, dadaku berdetak lebih kencang, pikiranku melayang jauh tak karuan. Senang, takut (kalau-kalau ada yang lihat) terus berganti. Tiba-tiba terdengar suara tanda kamar mandi dibuka. Mamah keluar, sudah tanpa blaser dan sepatunya. Kini tampak di hadapanku pemandangan yang menggetarkan jiwaku. Hanya memakai baju putih tipis tanpa lengan. Tampak jelas di dalamnya BH hitam yang tak mampu menampung isinya, sehingga dua gundukan besar dan kenyal itu membentuk lipatan di tengahnya. Aku hanya bisa memandangi, menarik nafas serta menelan ludah.
Mungkin ia tahu kalau aku terpesona dengan gunung gemburnya. Ia lalu mendekat ke ranjang, melatakkan kedua tangannya ke kasur, mendekatkan mukanya ke mukaku, “Mas..” katanya tanpa melanjutkan kata-katanya, ia merebahkan badan di bantal yang sudah kusiapkan. Aku yang sudah menahan nafsu sejak tadi, langsung mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kami larut dalam lumat-lumatan bibir dan lidah tanpa henti. Kadang berguling, sehingga posisi kami bergantian atas-bawah. Kudekap erat dan kuelus punggungnya terasa halus dan harum. Posisi ini kami hentikan atas inisiatifku, karena aku tidak terbiasa ciuman lama seperti ini tanpa dilepas sekalipun. Tampak ia nafsu sekali. Aku melepas bajuku, takut kusut atau terkena lipstik. Kini aku hanya memakai CD. Ia tampak bengong memandangi CD-ku yang menonjol. “Lepas aja bajumu, nanti kusut,” kataku. “Malu ah..” katanya. “Kan nggak ada yang lihat. Cuma kita berdua,” kataku sambil meraih kancing paling atas di punggungnya. Dia menutup dada dengan kedua tangannya tapi membiarkan aku membuka semua kancing. Kulempar bajunya ke atas meja di dekat ranjang. Kini tinggal BH dan celana panjang yang dia kenakan. Karena malu, akhirnya dia mendekapku erat-erat. Dadaku terasa penuh dan empuk oleh susunya, nafsuku naik lagi satu tingkat, “burung”-ku tambah mengencang.
Dalam posisi begini, aku cium dan jilati leher dan bagian kuping yang tepat di depan bibirku. “Ach.. uh..” hanya itu yang keluar dari mulutnya. Mulai terangsang, pikirku. Setelah puas dengan leher dan kuping kanannya, kepalanya kuangkat dan kupindahkan ke dada kiriku. Kuulangi gerakan jilat leher dan pangkal kuping kirinya, persis yang kulakukan tadi. Kini erangannya semakin sering dan keras. “Mas.. Mas.. geli Mas, enak Mas..” Sambil membelai rambutnya yang sebahu dan harum, kuteruskan elusanku ke bawah, ke tali BH hingga ke pantatnya yang bahenol, naik-turun.
Selanjutnya gerilyaku pindah ke leher depan. Kupandangi lipatan dua gunung yang menggumpal di dadanya. Sengaja aku belum melepas BH, karena aku sangat menikmati wanita yang ber-BH hitam, apalagi susunya besar dan keras seperti ini. Jilatanku kini sampai di lipatan susu itu dan lidahku menguas-nguas di situ sambil sesekali aku gigit lembut. Kudengar ia terus melenguh keenakan. Kini tanganku meraih tali BH, saatnya kulepas, ia mengeluh, “Mas.. jangan, aku malu, soalnya susuku kegedean,” sambil kedua tangannya menahan BH yang talinya sudah kelepas. “Coba aku lihat sayang..” Kataku memindahkan kedua tangannya sehingga BH jatuh, dan mataku terpana melihat susu yang kencang dan besar. “Mah.. susumu bagus sekali, aku sukaa banget,” pujiku sambil mengelus susu besar menantang itu. Putingnya hitam-kemerahan, sudah keras.
Kini aku bisa memainkan gunung kembar sesukaku. Kujilat, kupilin putingnya, kugigit, lalu kugesek-gesek dengan kumisku, Mamah kelojotan, merem melek, “Uh.. uh.. ahh..” Setelah puas di daerah dada, kini tanganku kuturunkan di daerah selangkangan, sementara mulut masih agresif di sana. Kuusap perlahan dari dengkul lalu naik. Kuulangani beberapa kali, Mamah terus mengaduh sambil membuka tutup pahanya. Kadang menjepit tangan nakalku. Semua ini kulakukan tahap demi tahap dengan perlahan. Pertimbanganku, aku akan kasih servis yang tidak terburu-buru, benar-benar kunikmati dengan tujuan agar Mamah punya kesan berbeda dengan yang pernah dialaminya. Kuplorotkan celananya. Mamah sudah telanjang bulat, kedua pahanya dirapatkan. Ekspresi spontan karena malu.
Kupikir dia sama saja denganku, pengalaman pertama dengan orang lain. Aku semakin bernafsu. Berarti di hadapanku bukan perempuan nakal apalagi profesional. Kini jari tengahku mulai mengelus perlahan, turun-naik di bibir vaginanya. Perlahan dan mengambang. Kurasakan di sana sudah mulai basah meski belum becek sekali. Ketika jari tengahku mulai masuk, Mamah mengaduh, “Mas.. Mas.. geli.. enak.. terus..!” Kuraih tangan Mamah ke arah selangkanganku (ini kulakukan karena dia agak pasif. Mungkin terbiasa dengan suami hanya melakukan apa yang diperintahkan saja). “Mas.. keras amat.. Gede amat?” katanya dengan nada manja setelah meraba burungku. “Mas.. Mamah udah nggak tahan nikh, masukin ya..?” pintanya setengah memaksa, karena kini batangku sudah dalam genggamannya dan dia menariknya ke arah vagina. Aku bangkit berdiri dengan dengkul di kasur, sementara Mamah sudah dalam posisi siap tembak, terlentang dan mengangkang. Kupandangi susunya keras tegak menantang.
Ketika kurapatkan “senjataku” ke vaginanya, reflek tangan kirinya menangkap dan kedua kakinya diangkat. “Mas.. pelan-pelan ya..” Sambil memejamkan mata, dibimbingnya burungku masuk ke sarang kenikmatan yang baru saja dikenal. Meski sudah basah, tidak juga langsung bisa amblas masuk. Terasa sempit. Perlahan kumasukkan ujungnya, lalu kutarik lagi. Ini kuulangi hingga empat kali baru bisa masuk ujungnya. “Sret.. sret..” Mamah mengaduh, “Uh.. pelan Mas.. sakit..” Kutarik mundur sedikit lagi, kumasukkan lebih dalam, akhirnya.. “Bles.. bles..” barangku masuk semua. Mamah langsung mendekapku erat-erat sambil berbisik, “Mas.. enak, Mas enak.. enak sekali.. kamu sekarang suamiku..” Begitu berulang-ulang sambil menggoyangkan pinggul, tanpa kumengerti apa maksud kata “suami”.
Mamah tiba-tiba badannya mengejang, kulihat matanya putih, “Aduuh.. Mas.. aku.. enak.. keluaar..” tangannya mencengkeram rambutku. Aku hentikan sementara tarik-tusukku dan kurasakan pijatan otot vaginanya mengurut ujung burungku, sementara kuperhatikan Mamah merasakan hal yang sama, bahkan tampak seperti orang menggigil. Setelah nafasnya tampak tenang, kucabut burungku dari vaginanya, kuambil celana dalamnya yang ada di sisi ranjang, kulap burungku, juga bibir vaginanya. Lantas kutancapkan lagi. Kembali kuulangi kenikmatan tusuk-tarik, kadang aku agak meninggikan posisiku sehingga burungku menggesek-gesek dinding atas vaginanya. Gesekan seperti ini membuat sensasi tersendiri buat Mamah, mungkin senggamanya selama ini tak menyentuh bagian ini. Setiap kali gerakan ini kulakukan, dia langsung teriak, “Enak.. terus, enak terus.. terus..” begitu sambil tangannya mencengkeram bantal dan memejamkan mata. “Aduuhm Mas.. Mamah keluar lagi niikh..” teriaknya yang kusambut dengan mempercepat kocokanku.
Tampak dia sangat puas dan aku merasa perkasa. Memang begitu adanya. Karena kalau di rumah, dengan istri aku tidak seperkasa ini, padahal aku tidak pakai obat atau jamu kuat. Kurasakan ada sesuatu yang luar biasa. Kulirik jam tanganku, hampir satu jam aku lakukan adegan ranjang ini. Akhirnya aku putuskan untuk terus mempercepat kocokanku agar ronde satu ini segera berakhir. Tekan, tarik, posisi pantatku kadang naik kadang turun dengan tujuan agar semua dinding vaginanya tersentung barangku yang masih keras. Kepala penisku terasa senut-senut,
“Mah.. aku mau keluar nikh..” kataku.
“He.. eeh.. terus.. Mas, aduuh.. gila.. Mamah juga.. Mas.. terus.. terus..”
“Crot.. crot..” maniku menyemprot beberapa kali, terasa penuh vaginanya dengan maniku dan cairannya. Kami akhiri ronde pertama ini dengan klimaks bareng dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Satu untukku dan tiga untuk Mamah.
Setelah bersih-bersih badan, istirahat sebentar, minum kopi, dan makan makanan ringan sambil ngobrol tentang keluarganya lebih jauh. Mamah semakin manja dan tampak lebih rileks. Merebahkan kepalanya di pundakku, dan tentu saja gunung kembarnya menyentuh badanku dan tangannya mengusap-usap pahaku akhirnya burungku bangun lagi. Kesempatan ini dipergunakan dengan Mamah. Dia menurunkan kepalanya, dari dadaku, perut, dan akhirnya burungku yang sudah tegang dijilatinya dengan rakus. “Enak Mas.. asin gimana gitu. Aku baru sekali ini ngrasain begini,” katanya terus terang. Tampak jelas ia sangat bernafsu, karena nafasnya sudah tidak beraturan. “Ah..” lenguhnya sambil melepas isapannya. Lalu menegakkan badan, berdiri dengan dengkul sebagai tumpuan. Tiba-tiba kepalaku yang sedang menyandar di sisi ranjang direbahkan hingga melitang, lalu Mamah mengangkangiku.
Posisi menjadi dia persis di atas badanku. Aku terlentang dan dia jongkok di atas perutku. Burungku tegak berdiri tepat di bawah selangkangannya. Dengan memejamkan mata, “Mas.. Mamah gak tahaan..” Digenggamnya burungku dengan tangan kirinya, lalu dia menurunkan pantatnya. Kini ujung kemaluanku sudah menyentuh bibir vaginanya. Perlahan dan akhirnya masuk. Dengan posisi ini kurasakan, benar-benar kurasakan kalau barang Mamah masih sempit. Vagina terasa penuh dan terasa gesekan dindingnya. Mungkin karena lendir vaginanya tidak terlalu banyak, aku makin menikmati ronde kedua ini. “Aduuh.. Mas, enak sekali Mas. Aku nggak pernah sepuas ini. Aduuh.. kita suami istri kan?” lalu.. “Aduuh.. Mamah enak Mas.. mau keluar nikh.. aduuh..” katanya sambil meraih tanganku diarahkan ke susunya. Kuelus, lalu kuremas dan kuremas lagi semakin cepat mengikuti, gerakan naik turun pantatnya yang semakin cepat pula menuju orgasme.
Akhirnya Mamah menjerit lagi pertanda klimaks telah dicapai. Dengan posisi aku di bawah, aku lebih santai, jadi tidak terpancing untuk cepat klimaks. Sedangkan Mamah sebaliknya, dia leluasa menggerakkan pantat sesuai keinginannya. Adegan aku di bawah ini berlangsung kurang lebih 30 menit. Dan dalam waktu itu Mamah sempat klimaks dua kali. Sebagai penutup, setelah klimaks dua kali dan tampak kelelahan dengan keringat sekujur tubuhnya, lalu aku rebahkan dia dengan mencopot burungku. Setelah kami masing-masing melap “barang”, kumasukkan senjataku ke liang kenikmatannya. Posisinya aku berdiri di samping ranjang. Pantatnya persis di bibir ranjang dan kedua kakinya di pundakku. Aku sudah siap memulai acara penutupan ronde kedua. Kumulai dengan memasukkan burungku secara perlahan. “Uuh..” hanya itu suara yang kudengar. Kumaju-mundurkan, cabut-tekan, burungku. Makin lama makin cepat, lalu perlahan lagi sambil aku ambil nafas, lalu cepat lagi. Begitu naik-turun, diikuti suara Mamah, “Hgh.. hgh.. ” seirama dengan pompaanku.
Setiap kali aku tekan mulutnya berbunyi, “Uhgh..” Lama-lama kepala batanganku terasa berdenyut.
“Mah.. aku mau keluar nikh..”
“Yah.. pompa lagi.. cepat lagi.. Mamah juga Mas.. Kita bareng ya.. ya.. terus..” Dan akhirnya jeritan..
“Aaauh..” menandai klimaksnya, dan kubalas dengan genjotan penutup yang lebih kuat merapat di bibir vagina, “Crot.. crott..” Aku rebah di atas badannya. Adegan ronde ketiga ini kuulangi sekali lagi. Persis seperti ronde kedua tadi.
Pembaca, ini adalah pengalaman yang luar biasa buat saya. Luar biasa karena sebelumnya aku tak pernah merasakan sensasi se-luar biasa dan senikmat ini. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi, meski aku tahu alamatnya. Kejadian ini membuktikan, seperti yang pernah kubaca, bahwa selingkuh yang paling nikmat dan akan membawa kesan mendalam adalah yang dilakukan sekali saja dengan orang yang sama. Jangan ulangi lagi (dengan orang yang sama), sensasinya atau getarannya akan berkurang. Aku kadang merindukan saat-saat seperti ini. Selingkuh yang aman seperti ini.
Tamat...
Mama ku PART 2
Tak terasa sudah hampir setahun lebih aku menjalani hari – hari menyenangkan bersama mama. Saat itu usiaku sudah mau 17 tahun, sudah naik kelas 2 SMA. Untuk masalah pelajaran, aku termasuk dalam kategori pandai, walau jarang belajar tapi nilai – nilaiku selalu baik, mungkin karena aku memiliki kemampuan mengingat yang kuat. Meski lumayan sering bolos namun tidak menjadi masalah, karena sekolahku tidak terlalu ketat, dan juga nilaiku yang baik membuat bolosku tidak terlalu menjadi masalah bagi sekolah. Namun untuk antisipasi mama kusuruh bertemu kepala sekolah, kusuruh mama ngebokis sedikit, mama bilang kalau aku kadang tidak masuk harap dimaklumi, karena kondisi fisikku kurang baik, jadi suka sakit tiba – tiba. Dan kepala sekolahpun dapat memahami, karena yang memberikan keterangan adalah orangtua muri sendiri. Dari segi kehidupan Sekskupun aku sudah semakin pintar. Selain dengan mama, aku pernah melakukan hubungan Seks dengan 2 orang teman sekolahku, yang kutahu bukanlah tipe wanita yang melakukan seks untuk bayaran. Murni karena suka sama suka saja, nggak ada paksaan atau ikatan, saling menikmati saja. Aku nggak pernah merasa harus mulai sibuk cari cewek atau pacaran, bagiku keberadaan mama sudah cukup dan jauh lebih berarti. Mama sendiri kini semakin sukses dengan bisnisnya, Perusahaannya kini semakin berkembang dan diperhitungkan eksistensinya dalam dunia bisnis. Mama juga terlihat lebih cantik dan bahagia dengan keadaan yang kami jalani.
Mama sendiri tetap sering mengingatkan aku, bahwa aku bebas mencari pacar, namun aku harus bertanggung jawab. Mama nggak mau aku main dengan pelacur. Mama juga bilang kalau mencari wanita carilah yang membuatku nyaman dan merasa bahagia. Mama bilang mama nggak bisa mengontrol aku setiap waktu, mama juga nggak bakal tahu kalau aku berbohong, jadi mama menasehati, kalaupun aku melakukan hubungan seks dengan siapapun nantinya yang menjadi pacarku, aku harus bersikap gentle dan bertanggung jawab, jangan hanya mau enaknya saja, semua resiko harus diterima dan dipertanggungjawabkan. Mama akan marah kalau aku misalnya lari dari tanggung jawab bila menghamili orang. Mama merasa perlu mengutarakan hal ini karena mama bilang, bohonglah kalau aku yang sudah kenal seks ini bisa melakukan pacaran tanpa harus melibatkan seks. Jadi mama merasa berkewajiban memberiku nasehat.
Namun aku yang sedang merasakan bahagia dan kenikmatan hubungan dangan mamaku, tidak terlalu peduli, bahkan aku merasa tidak niat cari pacar, mama sudah cukup. Aku bilang ke mama, bahwa saat ini mama adalah mamaku dan juga istriku. Tidak peduli mama setuju atau tidak, mama adalah juga istriku. Aku selalu berkeras akan hal itu, karena bagiku memang seperti itu, aku bahagia sama mama,dan menganggap mama adalah segalanya bagiku. Namun aku tidak pernah mau memanggil nama mamaku, Susan, bagiku panggilanku saat bercakap, saat sedang berstubuh adalah Mama. Aku merasakan sensasi tersendiri dengan satu kata itu : Mama. Mama sendiri akhirnya mengiyakan keinginanku yang keras itu.
”Iya saat ini mama juga adalah istrimu dalam kehidupanmu, namun hanya sampai kamu menemukan istri yang sebenarnya ya Wan. Dan jangan protes lagi, atau mama akan marah.... ” Senang hatiku mendengarnya, mama setuju menjadi istriku. Walau hanya kami saja yang tahu, itu sudah lebih ari cukup bagiku.
Kakakku Erni sendiri saat itu 19 tahun dan baru saja kuliah jurusan Psikologi. Sering nggak tentu datang ke rumahnya, lebih banyak di kota B di rumah opa omaku. Kakakku ini amat sayang padaku, juga pada mamaku. Orangnya sendiri supel, terbuka. Kakak amat memanjakan aku, juga paling senang becanda sama aku. Hubungan kami sangat dekat dan akrab. Biasanya kalau kakak datang, kami bertiga pergi makan keluar, terus jalan – jalan ke mall, cafe atau nonton bioskop. Tentu saja aku dan mama harus menahan diri dan berhati – hati kalau ada kakak, untungnya kakak tahu kalau dari dulu kadang – kadang suka tidur di kamar mama, jadi tak akan curiga kalau aku di sana, paling berpikir aku masih kolokan, namun secara umumnya sih jatahku berkurang. Kalau untuk fisiknya, kakakku juga cantik, berambut panjang, tinggi juga hampir 170 cm, bodinya seksi, dadanya juga besar. Jujur saja, aku tidak terlalu memiliki niat atau hasrat melakukan hubungan seks pada kakakku ini. Kalau untuk urusan seksi, iyalah, sama seperti mama, kakak juga nggak terlalu memperhatikan busana kalau di rumah, di depan aku juga tidak canggung untuk memakai daster atau baju tidur yang mini, juga kalau berenang tidak canggung memakai bikini. Bohong kalau aku bilang tongkolku tidak tegang kalau sedang melihat kakak berbikini, tapi itu kan wajar saja, aku kan lelaki normal. Tapi untuk melakukan hubungan seks, rasanya aku nggak terlalu memikirkannya, karena aku sudah bahagia dan cenderung menyukai melakukannya dengan mama yang kuanggap sudah matang dan sedang dalam kondisi tubuh sempurna sebagai wanita. Aku benar - benar lebih suka melakukan dengan mama. Semua hasratku bisa tersalurkan bersama mama. Kalau sama mama aku benar – benar tidak bisa mengontrol hasratku, tapi kalau sama kak Erni, entah kenapa aku masih bisa menahan diri sengaceng – ngacengnya tongkolku. Tapi kadang jalan kehidupan memang tidak dapat ditebak, akhirnya aku juga melakukannya dengan kak Erni. Prosesnya agak sedikit aneh dan tidak terduga olehku dan akan kukisahkan di sini.
Pagi itu aku libur sekolah, biasa katanya ada rapat guru, mama sudah berangkat ke kantornya. Suntuk benar campur capek sisa menggarap mama tadi malam. Si Mbak yang biasa nyuci kayaknya datang hari ini dan lagi nyuci di belakang, mungkin tadi sudah ketemu mama. Aku lalu sarapan sambil membaca koran olahraga. Nggak lama kemudian aku nyalain TV, nonton acara musik. Sejam kemudian si Mbak pamit pulang. Bosan juga, mau internetan malas...terus aku ingat ada kaset PS3 yang belum aku coba, segera aku ke kamar, ngambil PS3 dan kasetnya, main di ruang keluarga saja deh. Lumayan juga, game balapan mobil jedar jeder ini bisa bikin hati senang. Tidak terasa sudah siang.
”Hei...!” tiba – tiba terdengar suara jeritan ceria dan tangan yang menutup mataku. Terasa ada empuk – empuk tetek menempel di bahuku.
”Aduh kak Erni ngagetin saja nih.”
”Kok nggak sekolah Wan ?”
”Libur. Kakak juga tumben datang nggak kasih kabar ?”
”Sengaja kok, kakak lagi libur semesteran.”
”Naik apa kemari kak ?”
”Tadinya sih mau bareng sama temanku, tapi mereka baru balik besok, akhirnya naik kereta api tuh.”
”Coba telepon dulu, kan bisa Irwan jemput di stasiun.”
”Hehe...biar suprise ah. Mama juga nggak tahu tuh.”
”Gimana kabar opa sama oma kak ?”
”Baik, kamu tuh jarang nengokin, padahal kan ke sana sebentar.”
”Iya..iya cerewet amat.”
”Gimana sekolahnya ? Sudah punya cewek belum ?”
”Ih...nih orang cerewet deh, mending kakak istirahat dulu, terus telepon mama.”
”Oke boss...”
Kakak lalu mencium pipiku dan segera berdiri, lalu berjalan ke dalam, nggak lama terdengar suara yang ceriwis juga ketawa - ketiwi, rupanya kakak lagi nelpon mama. Akupun kembali meneruskan main game. Dari dalam terdengar suara kakakku berteriak ”Wan, kata mama nanti nggak usah jemput. Mama pulang sama supir kantor. Terus nanti malam kita makan di luar.” Aku hanya mengiyakan saja, masih asik sama game balapku. Nggak lama suasana kembali sepi, kayaknya kakakku yang bawel itu sedang istirahat tidur. Senang sih aku dengan kedatangan kakak, tapi itu berarti aku dan mama tidak bisa begitu bebas lagi...oh nasib berkurang deh jatahku. Karena aku juga sudah lama main game, aku pun memutuskan untuk tidur juga. Lumayan biar segar nanti kalau malam jalan sama mama dan kak Erni.
Sorenya aku bangun, kembali teringat kak Erni yang baru datang, akupun membereskan mainanku kembali ke kamar, lalu berjalan ke arah kulkas, cari makanan. Sambil mengunyah kue, kulihat di kaca belakang, kak Erni lagi tiduran di bangku di pinggir kolam renang. Wah enak juga nih sore – sore berenang. Aku segera berjalan ke arah kolam. Nampak kakakku lagi bersantai dengan baju renang bikininya, namun bagian atasnya masih ditutupi kaos.
”Kak, kok nggak bangunin aku ?”
”Ngapain, kamu sih mentang – mentang libur, maunya malas – malasan terus.”
”Sudah makan belum kak ?
”Sudah, tadi masak spaghetti.”
”Jahat amat, makan sendiri, nggak bagi - bagi.”
Kakakku hanya tertawa, aku yang sebel segera loncat ke kolam dan berenang. Segar rasanya, bolak balik dari sisi satu ke ujung lain. Puas berenang, aku naik ke atas, menuju lemari handuk, mengeringkan tubuh, lalu berjalan ke bangku lain di samping kakak. Kak Erni masih bermalas – malasan. Akupun ikut berbaring di bangku berjemur. Matahari masih agak terik. Mataku kembali mengantuk, karena angin sepoi – sepoi. Tiba – tiba kak Erni bangkit dan kini dalam posisi duduk, kulihat dia membuka kaosnya, nampak keteknya yang bersih sedikit ditumbuhi bulu yang halus dan jarang. Kulihat BH bikininya bergoyang saat kak Erni mengangkat kaos. Ugh...tongkolku langsung mengeras, kuarahkan pandangan mataku terfokus ke daerah dada kak Erni. Wow...nampaknya kakak sudah tumbuh berkembang dengan baik dan menjadi wanita yang seksi, seingatku dulu BH bikini kakak nggak seketat sekarang, nampaknya tetek kakak bertambah besar, sudah hampir seukuran mama. Juga pinggul dan pantatnya yang tampak lebih montok dan berisi. tongkolku mengeras sejadi – jadinya. Lagi enak – enaknya terpesona, kudengar suara kakak
”Woiii...ngapain bengong, ngelihatin apa kamu?”
”Nggak...mata Irwan nggak bisa nolak rejeki kan”
”Dasar baru gede kamu, sini, tolong dong usapin lotion ke punggung kakak.”
Wah sungguh tawaran yang menggiurkan, lumayan buat menghibur adikku yang lagi mengeras di balik celanaku ini. Sekalian jahilin kakakku ini. Kak Erni lalu segera tengkurap. Akupun segera memulai tugasku, Posisiku berdiri membungkuk dengan kaki mengankang di atas pantat kak Erni. Segera kutuang lotion ke tanganku, akupun segera mengusapkannya ke punggung dan badan kakakku. Sengaja aku mengusap – ngusap dengan agak bertenaga sedikit, seperti memberikan pijatan. Kayaknya kakakku menikmatinya.
”Enak Wan, rasanya nyaman, bikin pegel kakak hilang. Sekalian deh kakinya.”
”Wek...maunya, memangnya tukang pijit.”
”Segitunya, sekali – kali kenapa mijitin kakaknya.”
”Iya deh, tapi itu tali BHnya dibuka ya, biar nggak nyangkut – nyangkut.”
”Ya sudah, kamu tarik sendiri.”
Akupun segera menarik tali BH bikini tersebut. Kuambil lotion kembali, sengaja aku memulai dari kaki, kuusap lotion dan memulai memijit dari telapak kaki, lalu betis, naik lagi ke paha, lalu tanganku sampai ke daerah CD, sengaja aku lebarkan kaki kakak pelan – pelan. Nampakbelahan pantatnya yang montok. Kupijit dengan lembut kedua belahan pantatnya, jariku juga dengan perlahan dan sesekali menyentuh ”tanpa sengaja” bagian terluar daerah memiaw kakak yang tertutup CD. Kak Erni juga diam saja, entah tidak tahu atau sangat menikmati pijitanku. Cukup lama aku memijat daerah pantat kakak. Samar – samar aku mencium bau aroma menyenangkan yang sudah lama kukenal, masa sih memiaw kak Erni mulai basah. Akupun meneruskan pijatanku dengan khidmat. Kak Erni berdehem sambil tertawa dan mengatakan kalau yang harus kupijit seluruh badan, bukan pantat. Aku pun mengambil kembali lotion, kali ini aku duduki pantat kak Erni, lalu aku mulai memijat punggung kak Erni. Kuusap – usap dan kubelai dengan lembut dan bertenaga bergantian. Saat sampai bagian tengah punggungnya, sengaja aku lebarkan jari – jari tanganku, dan sedikit menyentuh bagian pinggir teteknya. Nampaknya kak Erni benar – benar enjoy dengan profesiku sebagai tukang pijit, membiarkan saja semua pijatanku. Tanpa terasa tongkolku makin mengeras dan berdenyut – denyut. Sebelum aku kebablasan akupun segera menyudahi kegiatanku.
”Kak, sudah ya capek nih.”
“Yah..pijatan kamu enak lho, pegel kakak hilang nih, bentar lagi deh.”
”Ogah ah, capek. Memangnya bagian depan juga mau dipijit ?” tanyaku belagak lugu.
”Yehh...itu mah kakak bisa sendiri.Ya sudah, makasih ya adikku sayang.”
Kak Erni lalu segera berbalik, tangannya memegang BH bikininya, lumayan agak ke bawah sedikit sih, sehingga gunung kembarnya terlihat seperti meloncat keluar. Makin ngaceng deh...mending ke dalam deh. Baru saja aku berjalan, kudengar suara kak Erni sambil tertawa..
”Wan, benar lho pijatanmu enak, makasih ya, tapi kok tadi rasa – rasanya ada benda aneh terasa di atas pantat kakak...ha..ha..ha.”
”Sialan....kan aku lelaki normal, ini kan juga salah kakak...huh.” balasku tengsin.
”Makanya cari pacar sana...”
”Bawel ah...sudah deh berenang sana.”
Akupun segera menuju ke dalam rumah, gawat nih, tongkolku benar – benar nggak kompromi, terpaksa deh pakai cara tradisional. Segera aku masuk ke dalam, berdiri di tempat yang tidak terlihat dari arah kolam renang, namun aku bisa melihat ke sana. Kulihat kak Erni sedang duduk, nampaknya sedang mengoleskan lotion pada bagian depan tubuhnya. Celanaku segera kupelorotkan, tangan lumayan licin sisa lotion mijit kaki tadi, aku segera mengocok tongkolku, kulihat kak Erni sedang mengoleskan lotion pada area teteknya, nampak teteknya bergoyang, tangannya masuk ke balik BHnya, duh kenapa nggak diangkat sedikit saja sih pikirku. Kocokan semakin kencang. Lalu kak Erni nampak melebarkan kakinya, kini sedang mengolesi wilayah sekitar paha dan selangkangannya. Kukocok tongkolku makin cepat, Denyutan terasa makin kencang...Creet...creet..ah akhirnya keluar juga, lega rasanya. Segera saja kubersihkan muncratanku dengan celanaku, lalu segera menuju kamar mandi. Sambil mandi aku tersenyum sendiri...sudah lama juga aku tidak onani, karena biasanya langsung sama mama. Namun hari ini darurat, daripada bablas....
Tak lama kemudian mama pulang, setelah mama istirahat dan mandi, kami pun pergi jalan ke luar. Malamnya Kak Erni minta tidur di kamar mama, biasalah sudah lama tidak ketemu, juga karena dia semangat menceritakan kegiatan barunya di dunia perkuliahan...puasa deh malam ini. Besoknya juga sama...duh banyak banget sih ngegosipnya, tinggal aku merana sendiri di kamarku. Mama bukannya nggak paham dengan kondisiku, namun kami harus menjaga rahasia kami.
Untunglah hari ketiga kak Erni merasa bahan gosipannya sudah berkurang dan memutuskan tidur di kamarnya, aku sengaja memutuskan untuk tidur di kamarku sendiri, untuk kemudian nanti masuk menyerang ke kamar mama. Sewaktu kami nonton TV malam itu, saat kak Erni tidak melihat, aku mengedipkan mata ke mama sebagai kode nanti malam aku kepingin, Mamapun balas mengedip dan tersenyum. Tidak lama kemudian aku bilang sudah mengantuk, dan segera ke kamarku. Di kamar aku nyalakan laptopku dan mulai browsing, biasa pemanasan dikit buat adikku. Lega rasanya sebentar lagi bisa bermesraan kembali dengan mamaku tersayang. Huh...tersiksa berat aku, 3 hari ini mama sibuk kerja, juga tidak bisa aku datang ke kantornya, karena sedang rapat terus membahas proyek baru, sehingga tidak ada waktu buat nyolong – nyolong melakukan hubungan. Belum lagi tongkolku ngaceng terus kalau lihat kak Erni dengan bikininya di kolam renang tiap sore. Setengah jam kemudian aku dengar TV dimatikan, dan suara kak Erni mengucapkan selamat tidur ke mamaku. Sabar bentar lagi dik...kamu akan menemukan lubangmu....sabar. Aku meneruskan menjelajahi situs – situs porno favoritku. Satu jam kemudian aku matikan laptopku, kubuka pintu kamar pelan – pelan, mataku melihat ke arah kamar kak Erni, kamar kami bertiga memang terletak di lantai dua, mengendap aku ke sana, kutempelkan telingaku di pintunya, selama satu menit aku konsentrasi mendengarkan, nampaknya tidak ada suara apapun. Yakin bahwa kak Erni sudah tidur, aku segera menuju kamar mama, membuka pintu, nampak mama mengenakan baju tidur mininya, sedang membaca. Mungkin karena birahi kami yang sedang dahaga, dan juga karena biasa bebas saat kak Erni tidak di rumah, maka aku jadi agak sembrono saat itu, aku hanya menutup pintu sebatas tertutup, tanpa melihat apakah sudah tertutup rapat, apalagi menguncinya. Yang ada dalam otakku adalah segera bermesraan dengan mama tersayang.
Mama yang melihatku masuk, segera menghentikan kegiatan membacanya, ditaruhnya bukunya ke meja di samping ranjang. Aku segera naik ke atas tempat tidur, tanpa basa – basi aku segera mencium bibir mama dengan gairah yang membara..sementara tanganku meremas – remas tetek mama yang masih terbungkus baju tidurnya...
”Ma, aku kangen banget nih...”
”Iya sayang, mama juga.”
Kami berciuman dan saling meraba satu sama lain, mama meremas – remas tongkolku yang sudah mengeras di balik celanaku. Dengan cepat aku segera membuka kaosku, lalu segera menelanjangi mamaku, mamapun membantu aku melepaskan celanaku. Segera saja aku gumuli mamaku. Aku peluk dan ciumi bibirnya, bulu keteknya, lalu aku segera turun ke daerah teteknya, mulutku dengan rakus segera menciumi dan menghisap puting susu mama yang besar bergantian, tanganku pun mulai meraba dan membelai – belai rambut kemaluannya yang lebat, Kuremas – remas rambut kemaluan yang tebal dan menggairahkan itu, lalu kuusap – usap memiawnya, jarikupun mulai dengan lincahnya mencari lubang memiaw mama, segera kutusukkan ke dalamnya. Mama nampaknya juga memahami gairahku, dan menerima semua rasa dahagaku yang tertahan selama 3 hari ini. Tangan mama memeluk punggungku, membelainya dengan lembut, wajahnya menunjukkan ekspresi bahwa ia mau aku memuaskan semua dahagaku. Tangannya pun mulai turun ke arah pantatku, dibelainya pantatku, lalu mulai menuju ke arah tongkolku, diraihnya kedua biji pelerku, diusap – usap dan dimainkan dengan amat lembut. Lalu ia mulai mengelus dan mengocok tongkolku. Ugh...nikmat sekali rasanya, saat tangan halus mama mengocok tongkolku, aku pun terus menciumi dan memainkan tetek mama, sudah basah tetek mama oleh ludah dan keringat. Puas dengan tetek mama, kembali kuangkat ke atas sebelah tangan mama, bulu keteknya sungguh merangsang birahiku, aku kembali mengaeahkan lidahku ke sana, kujilati dan kuciumi sepuas hatiku, aroma wangi dari mama yang rajin merawatnya menggelitik hidungku dan makin membuat tongkolku mengeras. Puas bermain – main, aku segera mengarahkan tongkolku ke tetek mama, Mama sudah paham apa yang kumau dan segera mengapit kedua teteknya, aku segera memaju mundurkan pantatku untuk menggerakkan tongkolku yang sedang dijepit dengan nikmat di antara tetek mama yang besar itu. Puting mama yang kecoklatan nampak mengeras dan mencuat ke atas dengan mempesona. Kupilin – pilin dengan jariku, membuat mama mendesah...
Lalu tanpa merubah posisi, tangan mama segera menarik dan mendorong pantatku ke depan, sehingga tongkolkupun kini berada tepat di depannya, tangan mama segera memegang batang tongkolku dan mulutnya mendekat, lidahnya mulai menjelajahi dan menari – nari di atas tongkolku, Ooohhh.....rasanya tiada tara. Perlahan mulutnya mulai menelan kepala tongkolku, lalu batangnya, sampai ke pangkalnya, dihisap dan dikulum – kulum dengan kuat namun nikmat. tongkolkupun berdenyut – denyut nikmat saat mulutnya mulai memompa tongkolku. Pelan lalu cepat bergantian ditimpali dengan permainan lidah yang lihai, membuatku hanya bisa mendesah menahan kenikmatan ini. Nampaknya mama benar – benar ingin melumat habis tongkolku dengan mulutku, saat aku hendak menyudahi Oral Seks ini, tangannya menahannya, ya sudah aku biarkan saja, mama makin semangat dan mengulum dan menghisap tongkolku dengan sangat panas. Kadang mulutnya menghisap dan mengulum biji pelerku sambil tangannya mengocok tongkolku, lalu kembali mulutnya bermain dengan tongkolku. Lama kelamaan tongkolku semakin berdenyut kuat, rasanya mau keluar nih sebentar lagi. ”Ma...aku sudah mau keluar nih.” Mama makin mempercepat hisapannya, dan paa timing yang tepat membuka mulutnya di depan kepala tongkolku, sementara tangannya memegang kuat batang tongkolku. Dilepasnya sesaat saja, Creeettt....spermaku keluar dengan perlahan ke mulutnya, Lalu digenggam lagi dengan kuat, sesaat dilepas lagi...spermaku kembali menetes perlahan, dan mama kembali menggenggam kuat, kali ini agak lama, akhirnya mama melepaskannya, kali ini kepala tongkolkupun memuntahkan sperma dengan jumlah agak banyak dan kental, Mama menampungnya ke dalam mulutnya. Memandangku, kulihat mulutnya penuh dengan spermaku, sesaat kemudian mama menelannya, lalu menjilati dengan rakusnya sisa sperma yang meleleh di sekitar tongkolku.
”Sudah lama mama nggak ngerasain sperma kamu sayang.”
”Ma tadi enak banget, mama pintar banget waktu bikin Irwan keluar bertahap gitu, rasanya enaakkkkkk bangeet.”
”Siapa dulu dong mamanya, nah nanti gantian kamu yang puasin mama.” Mamapun mengelap mulutnya dengan tissue yang tersedia, lalu meminum air di gelas yang ada di meja samping ranjang. Walau baru keluar namun tidak butuh waktu lama bagi tongkolku untuk tegang kembali...tongkol ini pasti akan cepat tegang bila sudah berada dekat mamaku Susan yang telanjang dan mempesona ini.
Saat itu kami benar – benar dibakar api birahi yang menyala, sehingga tidak menyadari pintu kamar mama sedikit terbuka, karena di luar agak gelap dan kami sedang sibuk dan panas – panasnya, kami tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang melihat dengan mata terbelalak.
Erni berdiri terpaku di depan pintu, kaget dan terkejut dengan kenyataan yang dia lihat sedang terjadi di dalam kamar mamanya. Tadinya dia bermaksud ke kamar mama untuk meminjam buku sebagai bahan bacaan karena dia belum bisa tidur, dia membuka dan menutup pintu kamarnya juga dengan pelan, agar tidak mengganggu adik dan mamanya. Begitupun saat hendak masuk ke kamar mamanya, ia bermaksud melakukannya dengan pelan, agar tidak membangunkan mamanya. Namun ia heran karena pintu kamar mamanya tidak tertutup rapat, dan saat ia mendekat terdengar suara desahan dan rintihan yang sudah ia hafal benar sebagai suara apa. Penuh keheranan dan tanda tanya ia mendorong sedikit pintu itu perlahan sekali, dan ia kaget dan terkejut mendapati adik dan mamanya yang telanjang, juga mamanya yang sedang menghisap tongkol adiknya. Mulutnya ternganga, tidak bisa mengeluarkan suara apapun, sementara kakinya juga tidak bisa beranjak dari situ. Akhirnya ia pun melihat adegan yang sedang berlangsung di kamar mamanya.
Irwanpun segera turun ke daerah selangkangan mamanya, mamapun segera menaikkan lututnya dan membuka lebar kedua kakinya, nampaklah memiaw mama yang mempesona. Segera saja Irwan menciumi rambut kemaluan mamanya, lalu mulai menjelajahi permukaan memiaw mamanya dengan lidahnya, dijilati semuanya. Kemudian perlahan jarinya mulai melebarkan memiaw mamanya, kembali lidahnya menjilati dengan buasnya seisi memiaw mamanya, lidahnya ditusuk – tusukkan ke lubang memiaw mamanya, lalu lidahnya mulai menuju ke arah itil mamanya, kacang enak itupun mulai dijilati dan dimainka dengan lidahnya, itil mamapun mulai membesar, makin bersemangat saja Irwan memainkannya, mamapun mendesah penuh kenikmatan. memiaw mama sendiri mengeluarkan aroma nikmat yang membuat mabuk kepayang.
”Jiiilaaat terusss Wan.”
”Ya...ya....mainin itil mamaaa, terusss yang..”
”Oooohhh......Aaahhhh...Awww,....!”
Erni melihat adegan yang berlangsung tersebut dengan berdebar – debar, dari arah pintu dilihatnya adiknya sedang menjilati memiaw mamanya, terlihat juga tongkol adiknya yang besar bergoyang – goyang, Ada sensasi dan perasaan aneh yang menjalar pada diri Erni. memiawnya di balik celana dalam terasa berdenyut – denyut dan panas, tanpa sadar tangannya mulai meremas – remas teteknya sendiri, memainkan putingnya, lalu tangannya bergerak ke bagian bawah baju tidur mininya, mulai mengelus – ngelus celana dalamnya, perlahan lalu makin kuat....kini tanganya pun mulai memasuki celana dalamnya, terasa rambut kemaluannya yang lebat, lalu tangannya pun mulai mengusap – ngusap memiawnya, semakin lama semakin cepat, sementara ia berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar. Lalu ia pun mulai menurunkan celana dalamnya, kini ia segera berlutut, kedua kakinya agak ia lebarkan, jemari tangannya segera mencari itilnya, lalu mulai menggosok – gosok itil tersebut...walaupun pemandangan yang dilihatnya mengagetkan dirinya, namun ia tidak bisa menahan perasaan aneh panas yang menjalar dan menggelitik birahinya. Jarinya terus memainkan itilnya sementara matanyapun terus menatap dengan lekat adegan adiknya yang sedang menggarap mamanya.
Mama Susan terus menggelaitkan badannya, mulutnya mendesah – desah keenakkan, sementara pinggul dan pantatnya bergerak semakin liar...Irwan semakin ganas saja memainkan itil mamanya, jarinya juga ikut menusuk – nusuk lubang memiaw mamanya, semakin lama – semakin cepat, tongkolnya sudah mengeras menikmati rintihan dan desahan kenikmatan mama. Lidahnya bergerak amat cepat menyapu dan membelai itil mamanya, desahan dan erangan mama mulaitidak beraturan dan keras, pertanda mama sudah tiba pada pertahanan terakhirnya, benar saja, tak lama kemudian dengan tubuh mengejang dan pantat yang sedikit terangkat, terasa memiaw mama menyemburkan cairan hangat orgasmenya.
”Wah...libur 3 hari membuat permainan lidah kamu jadi ganas yang..” Baru saja mama selesai mengucapkan kalimatnya, Irwan segera menarik kaki mamanya, diangkatnya kedua kaki mamanya, sementara ia berlutut di depan memiaw mamanya. Tampak olehnya memiaw mamanya yang memerah karena permainan lidah dan jarinya, segera ia menurunkan pantatnya sedikit, lalu memajukan tongkolnya ke depan, karena memiaw tersebut sudah basah, mudah saja tongkolnya menerobos lubang memiaw mamanya, terasa hangat dan nikmat. Dimaju – mundurkan tongkolnya dengan seirama, kedea kaki mamanya menggantung di bahunya, sementara dari pantat ke kepala tetap dalam posisi membaring, mama mengangkat kedua tangannya dan mengapitkannya di belakang kepalanya sendiri, terlihat bulu ketek mamanya yang lebat dan mulai basah oleh keringat, makin bernafsu saja Irwan jadinya, pompaan tongkolnya semakin cepat dan ditancakan sedalam mungkin, tetek mama bergoyang dengan cepat...plok...plok...plok...bunyi tongkol yang sedang memompa memiaw mamapun terdengar jelas . Mamapun mendesah dengan nikmat. Irwan pun mulai mengubah tekhniknya, sengaja ia memompa dengan pelan beberapa kali dulu, lalu mulai menarik tongkolnya perlahan sampai batas ujung kepala tongkol, lalu blesss...membenamkannya lagi, terus berulang – ulang. Setiap kali akan menerobos masuk dilakukan dengan cepat dan bertenaga sehingga langsung menancap sedalam mungkin, terasa sampai ujung liang memiaw mamanya. Mama pun makin bergeliat keenakan, merasa nikmat sekali setiap kali kepala tongkol Irwan kembali menghujam lubang memiawnya dengan kuat, sementara menghujam, tongkol tersebut membelai lembut itilnya, nikmat tiada tara. Irwan sendiri merasakan rasa geli yang enak sekali pada kepala tongkolnya setiap menerobos masuk kembali ke lubang memiaw mamanya. Tak butuh waktu lama, mama kembali mengejang dan mengalami orgasme. Irwanpun berhenti sebentar.
”Lagi dong yang...kok berhenti capek yah ?”
”Enggak..ganti posisi ya ma, aku duduk, mama di pangku, aku mau mainin tetek sama ketek mama.
”Boleh...”
Irwanpun segera menyandarkan badannya ke kepala ranjang, kakinya lurus di atas ranjang, mama segera duduk di atas tongkol Irwan, posisi tubuhnya membelakangi Irwan, tangannya dinaikkan ke atas mengapit kepala Irwan. Perlahan mama meregangkan kakinya, memiawnya sudah merah karena hujaman tongkol Irwan, lubangnya sudah membuka, perlahan diturunkan pantatnya, lalu Jleb....tongkol Irwanpun menerobos denga leluasa ke lubang kemikmatan mama tersebut, dari belakang tangan Irwan segera meremas – remas kedua tetek mamanya, diremasnya dengan kuat dan gemas, dimainkan dan dipilin – pilinnya puting mama yang sudah membesar, sementara lidahnya mulai menjilati ketek mamanya. Mama sendiri mulai menaik turunkan pinggulnya, memulai memompa tongkol anaknya, terlihat cairan sisa orgame mengalir turun membasahi batang tongkol anaknya.
Mata Erni terpaku melihat ke arah ranjang, kini terlihat posisi mamanya yang menghadap ke arahnya, Irwan yang sedang menjilati ketek mamanya dan meremas – remas tetek besar mama. Juga terlihat tongkol adiknya yang besar sedang bergerak naik turun memompa lubang memiaw mama yang sudah merah karena dipompa oleh tongkol besar tersebut dalam waktu lama. Diperhatikan wajah mamanya, Erni belum pernah melihat ekspresi mama seperti itu, wajah mamanya terlihat penuh kebahagiaan. Kembali Erni melihat ke arah tongkol adiknya yang sedang menghujami memiaw mama. Jemari Erni semakin cepat memainkan itilnya pada memiawnya yang sudah sangat basah menyaksikan adegan seks antara Irwan dan mama. Erni merasakan kenikmatan menjalar di sekujur tubuhnya akibat rasa enak yang dia dapati saat memainkan itilnya. Itilnya sendiri memang agak besar, lebih besar dari mamanya dan menonjol keluar. Semakin cepat dan tanpa henti ia memainkannya. Gairahnya juga sedang terbakar. Saat ini ia tidak dapat berpikir mengenai mengapa adik dan mamanya bisa melakukan persetubuhan yang harusnya tidak boleh terjadi, namun itu bisa menyusul, saat ini ia sedang sibuk memuaskan dirinya akibat menyaksikan adegan panas yang terjadi.
Irwan masih memainkan ketek dan tetek mamanya. tongkolnya kini mengeras sekeras – kerasnya, aroma ketek mama menimbulkan rangsangan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan. Kini iapun mulai ikut menaik turunkan pantatnya, mengimbangi goyangan mamanya, semakin lama semakin cepat dan seirama seiring deru nafas kenikmatan yang terjadi, kini ia menjilati leher mamanya, mama menggelinjang kegelian, lalu ia mencari bibir mamanya, mama balas menciumnya dengan tidak kalah panas, lidah mereka bertautan dengan cepat, saling menarik, goyangan tongkol dan memiaw semakin cepat, tangan Irwan semakin kuat meremas – remas dan memainkan tetek mamanya yang besar, semaikn kuat ia merasakan denyutan pada tongkolnya, mama sendiri semakin menggelinjangkan tubuhnya, berbarengan dengan Irwan menyemprotkan spermanya, mamapun memuntahkan orgasmenya yang kesekian kali.
Di luar kamar Ernipun terkulai lemas, memiawnya sudah basah kuyup, ia juga baru mengalami orgasme yang hebat, memiawnya masih berdenyut – denyut nikmat sehabis memainkan itilnya. Matanya tetap mengawasi yang terjadi dalam kamar, nampaknya tidak ada tanda – tanda adiknya akan keluar, dilihatnya adiknya dan mamanya terdiam lemas, masih berciuman dengan mesra, nampak sperma menetes keluar dari lubang memiaw mamanya membasahi tongkol adiknya yang masih menancap di dalamnya. Dilihat wajah keduanya yang nampak bahagia dan puas. Erni membiarkan dirinya berdiam diri sebentar, beristirahat, otaknya mulai bisa berpikir jernih kembali, kalaupun ia tetap di sini juga, adegan berikutnya yang akan terjadi juga sama saja, tetap saja adegan adik dan mamanya yang bersetubuh dengan panasnya, jadi lebih baik aku kembali ke kamar. Lalu ia mengambil celana dalamnya, menyeka cairan yang tersisa di lantai dengan celana dalamnya, lalu berdiri dan melangkah ke kamarnya perlahan dan tanpa suara.
Di dalam kamar mama, Irwan dan mama masih tetap dalam posisi seperti tadi. Lemas dan puas. Berdiam diri memulihkan tenaga yang terkuras sehabis memuaskan dahaga yang sempat tertahan 3 hari ini. Kemudian terdengar suara mama memulai percakapan.
”Mama puas dan nikmat sekali sayang.”
”Irwan juga ma, rasanya terobati deh puasa 3 hari ini.”
”Ya...nggak apalah Wan, kan ada kakakmu, kita juga harus hati – hati. Toh kalau Erni sedang tidak pulang kita bisa melakukan kapan saja kita mau.”
”Iya ma,Cuma kadang – kadang Irwan suka nggak kuat.”
”Maklumlah kamu masih muda, masih penuh semangat dan mudah terangsang.”
”Mama juga kan.”
”Ah...nakal kamu.”
Lalu mama segera mencabut tongkolku dari memiawnya, menjilat sisa sperma yang masih ada di tongkolku, aku melao keringat di tubuhku dan mama dengan handuk yang tersedia. Setelah itu kami berbaring dan berpelukan, saling berciuman dengan mesra. Malam itu Irwan kembali menggarap memiaw mamanya sebanyak 2 kali lagi, sebelum kembali ke kamarnya. Sebelum masuk e dalam kamarnya, dilihatnya kamar kak Erni, tetap tenang tak ada suara, masih tidur pikirnya, lalu Irwan pun masuk ke kamarnya dan tidur. Senyum puas tersungging di wajahnya. Karena kelelahan dan terlalu panas semalaman memuaskan birahi bersama mama, Irwan kecapekan dan bolos sekolah besoknya.
Erni di kamarnya berbaring, tapi matanya tidak terpejam, masih terbayang jelas adegan yang dia saksikan tadi. Setelah tiba di kamar barulah ia bisa memikirkan secara jelas hal tadi. Apa yang disaksikannya tadi amat mengejutkan juga membuat dirinya marah, Bagaimana bisa mama dan Irwan....itu jelas terlarang, lain halnya kalau Irwan dengan wanita lain, mama dengan pria lain, tapi ini...mereka ibu dan anak. Irwan juga lelaki, badannya bagus, wajahnya ganteng, usianya juga sedang kritis – kritisnya sama yang namanya seks, kalaupun ia sudah mengenal dan melakukannya, aku bisa paham. Aku sendiri juga sudah sering melakukannya dengan pacarku. Tapi mengapa harus dengan mama, mengapa Wan ? Dan mama kenapa kau harus melakukannya dengan Irwan, anakmu ? Apa yang sudah terjadi selama ini..??? Kalau dilihat dari panasnya adegan tadi, wajah mereka yang bahagia juga mesranya mereka, nampaknya hal ini sudah berlangsung lama, pasti ini juga karena aku yang tidak ada di rumah ini. Kesempatan mereka amat besar. Lalu kenapa aku tadi bisa terangsang...?? Ah persetan dengan itu, wajar saja kan, kalaupun itu bukan mama dan Irwan tapi bila melakukan persetubuhan sepanas tadi, pastilah aku yang melihatnya akan terangang, akukan wanita normal. Tapi bukan itu yang harus aku pusingkan. Besok saat mama kerja, aku akan minta keterangan semuanya dari si Irwan, hal ini nggak bisa dibiarkan berlanjut. Irwan, Irwan adik kecilku ini ternyata sudah menjadi lelaki yang jantan yang mengerti bagaimana memperlakukan dan memuaskan wanita........egh...tongkolnya juga besar dan panjang...gimana rasanya bila tongkolnya menyodok memiawku...Arghhh...kenapa jadi mikirin tongkolnya adikku, mana bisa begitu, dia kan adikku, masa aku bisa memikirkan kemaluan adikku di saat seperti ini. Sudah mendingan aku tidur dulu, percuma aku pusingkan sekarang, toh besok semuanya akan terjawab......
Pagi itu aku bangun terlambat, mama sudah berangkat kerja. Mama tidak terlalu ketat untuk urusan sekolah, dari dulu kalau aku bolospun mama tidak marah dan melarang, karena tahu nilai raportku selalu baik, jadi mama tidak terlalu khawatir. Masih terasa capek badanku akibat menggempur mama habis- habisan semalam. Heran, mama masih kuat saja untuk pergi kerja pagi ini, padahal kan mama yang punya Perusahaan, bisa santai dikit gitu....ups tapi nggak juga deh, kan mama bertanggung jawab akan kelangsungan Perusahaan dan juga karyawannya. Salut banget aku sama mama. Aku bermalas – malasan sebentar, tidak berapa lama aku bangun. Cuci muka dulu, lalu segera menuju meja makan, sarapan, lapar sih.
Kulihat kak Erni sudah di sana, sudah mandi dan rapi, sedang membaca koran, kayaknya sudah kelar sarapan, tinggal tersisa kopi instantnya yang belum habis. Kudiamkan saja, aku langsung mengambil roti dan membuka kulkas menuang susu, lalu duduk memulai sarapanku. Tidak berapa lama, aku selesai dan bengong, nggak ada kegiatan yang mendesak, jadi santai saja. Tak berapa lama Kak Erni menutup koran dan menaruhnya di meja, lalu memandangku sekilas dan memulai percakapan.
”Nggak sekolah lagi Wan...” Kak Erni menanyakan dengan nada suara yang amat manis.
”Enggak..malas.”
”Malas apa capek Wan ?”
”Capek kenapa kak ?” jawabku tertawa, mengira kak Erni sedang meledekku seperti biasa.
”Capek ya capeklah Wan ?”
”Ah Irwan nggak ngerti maksud kak Erni.”
”Biar aku perjelas ya Wan, maksudku kamu capek pasti kamu paham. Semalam ngapain kamu di kamar mama ?” suara kak Erni tiba – tiba berubah tegas dan dingin. Deg...jantungku seakan berhenti berdetak. Apa maksudnya, mungkinkah kak Erni tahu dan menyadari apa yang terjadi, namun aku masih mencoba menjawab dengan santai dan ringan.
”Kan semalam aku tidur di kamarku, terus pas malam aku bangun kencing, mungkin karena kondisi mengantuk aku jadi masuk ke kamar mama. Kenapa sih, kan kakak tahu aku juga biasa tidur di kamar mama.” Jawabku setenang dan semeyakinkan mungkin.
”Oh tidur. Benar hanya tidur Wan..?”
”Lha iyalah...kak.”
”Gini ya Wan kukasih tahu, semalam aku susah tidur, jadi aku bermaksud mengambil buku di kamar mama untuk kubaca sampai ngantuk. Tapi saat aku ke sana aku lihat pintu kamar mama tidak tertutup rapat, karena nggak mau mengganggu, maka aku dorong pelan – pelan. Iya sih kamu sama mama lagi tidur. Tapi lucunya dua – duanya bugil, dan gaya tidur kalian aneh sekali, masa sampai bergumul dengan hebatnya, sampai perlu kamu memasukkan tongkol kamu ke memiaw mama, itu namanya ngent*t Wan, bukan tidur. Dan dari yang kulihat nampaknya kalian amat menikmatinya.” dingin, tenang, sinis dan penuh hujaman sekali kata – kata kak Erni. Duar..jantungku seperti ditembak pistol mendengarnya.
Aku terdiam membisu. Wah...ribet nih, baru kali ini kudengar kak Erni mengucapkan kata – kata kotor, gimana nih ? Tak urung aku berpikir juga kalau sekarang kakakku amat pintar mengelola kata – katanya, ringan tapi kejam dan menghujam ke sasaran, hebat juga kakak, baru kuliah psikologi sebentar, gayanya sudah pro banget...Hei, hei stop bukan saatnya kagum, ada hal serius nih, kak Erni tahu dan melihat apa yang terjadi semalam antara aku dan mama. Dan jelas sekali dia tidak suka dan tidak mau mentoleransi hal tersebut. Kayaknya sudah tidak bisa mengelak lagi, aku harus terus terang dan menjelaskan semuanya supaya kak Erni paham.
”Ya sudah, kakak sudah paham kan dengan apa yang kakak lihat semalam ?”
”Paham apanya, gampang amat kamu ngejawab hal itu Wan.”
”Ya memang segampang itu kak, sederhana saja, aku dan mama memang melakukan hubungan seks !”
”Kamu nggak punya otak ya Wan, dia mama kamu, mana bisa kamu melakukan hal seperti itu ?”
”Bisa saja dan sudah terbukti kan, kakak melihatnya sendiri kan ...”
”Diam kamu, aku nggak peduli kalau kamu melakukannya dengan wanita manapun yang kamu suka. Tapi kenapa kamu harus melakukannya dengan mama ?”
”karena kami melakukannya suka sama suka dan saling membutuhkan.”
”Ah, kamu asal saja bicara, paling juga karena kamu yang masih muda Cuma mau memuaskan nafsu bejat kamu, dan juga mama yang kegatelan..., kalian berdua sama gilanya” Aku jadi emosi mendengar kata kak Erni barusan, segera saja aku berdiri.
”Jaga mulutmu kak, jangan sekali – kali kamu menghina mama, kamu nggak ngerti semuanya. Dalam satu hal kamu benar, aku nggak mau munafik, aku memang melakukan hal ini juga untuk kepuasanku. Namun kakak harus paham, mama itu juga wanita yang usianya masih membutuhkan seks. Apa kakak tahu mama itu sakit dan kecewa karena perceraian dengan papa. Begitu sakit dan kecewanya, sehingga takut untuk menjalin hubungan dengan lelaki lain. Hanya mencurahkan hidupnya setelah perceraian untuk mencari nafkah dan mengurus kita, tidak peduli dengan kebutuhannya sendiri.”
”Tapi Wan...”
”Diam dulu kak, aku belum selesai bicara. Kak Erni nggak tahu kan, mama juga butuh seks dalam hidupnya, apalagi sebagai wanita di usianya sekarang, beda halnya kalau mama sudah tua atau renta, mama masih muda, cantik, apa kakak tidak bisa memahami kalau mama memendam semua hasratnya ke dalam hatinya yang terdalam. Lalu aku bisa mengetahui hal itu, Jujur memang aku tergoda dan amat terobsesi dengan mama, terserah apa penilaian kakak. Akhirnya mama mulai bisa memuaskan kembali hasratnya, dan mama merasa aman dan tidak takut akan sakit hati dan kecewa karena dia percaya ama aku. Kami saling menyayangi dan merasa tidak ada yang salah dengan hal ini. Jadi kuharap kakak mau mengerti, dan satu hal yang pasti, cukup denganku kakak mempermasalahkan hal ini, jangan pernah kakak mengusik mama sekalipun, aku akan marah sekali kalau kakak melakukannya.” Aku meluapkan semua emosiku. Kak Erni langsung berdiri, diambilnya koran dan dilempar ke arahku sambil berteriak
”Kamu hanya mencari pembenaran saja atas perbuatan kalian. Segala macam alasan yang kamu katakan adalah omong kosong, dasar, kalian Cuma mencari kepuasan saja, menggelikan sekali. Kamu dan mama sama gilanya.” Dengan kesal kutarik dan kupegang lengan kak Erni dengan cepat dan keras, kudekatkan mukaku ke mukanya
”Jadi apa masalahnya. Terserah kakak mau bilang apa, sudah pasti di manapun akan menilai hal ini salah, tabu, tapi persetan. Kalau aku melakukannya dengan mama, itu urusan kami, siapa yang rugi hah ? Siapa yang kami sakiti hah ? Kami punya alasan yang bisa kami terima satu sama lain. Bukan hanya untuk kepuasanku, tapi aku juga merasa senang, karena mama juga bisa kembali bahagia dan bisa memenuhi kebutuhan seksnya tanpa perlu rasa takut dan kecewa.”
Kak Erni segera menepis tanganku, dan langsung bergegas melangkah keluar, wajahnya penuh kemarahan. Aku tidak berusaha mencegahnya. Tak lama terdengar suara mesin mobil dinyalakan dari garasi dan meninggalkan rumah, biar sajalah, paling dia menumpahkan kemarahannya sambil jalan ke luar. Daripada dia tetap di sini, yang ada kami akan terus berteriak dan berdebat. Kini aku duduk sendiri, kepalaku pusing memikirkan pertengkaran kami barusan. Apa yang harus kulakukan, apa mama harus kuberitahu bahwa Kak Erni sudah tahu hubungan kami. Ah, jangan, biar saja, tak perlu menambah beban pikiran mama. Terserah sajalah, aku yakin kakakku tidak akan menanyakan hal ini ke mama, karena pada dasarnya kakakku juga menyayangi dan mau mama bahagia, terlebih setelah perceraian. Mungkin saat ini kak Erni belum bisa memahami alasan yang melandasi hubungan kami, mungkin kak Erni hanya melihat dari segi seks dan birahinya saja, memang hakikatnya hubungan seks yang kami lakukan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan, tapi itu harus diletakkan pada sisi terpisa, ah...sudahlah, nanti pasti dia kan mengerti. Aku paham kakakku. Lalu aku mandi dan kemudian menghabiskan waktu siang itu dengan membaca – baca buku sekolahku, iyalah biar aku tambah pintar.
Sorenya mama pulang, menanyakan ke mana kakakku, kubilang saja, tadi keluar mungkin ke rumah temannya. Mungkin karena aku lagi pusing memikirkan masalah tadi, aku tidak memanfaatkan ketiadaan kak Erni untuk menggarap mamaku. Mama masuk ke kamarnya, mungkin istirahat dan mau mandi. Sekitar jam 7 kak Erni pulang, wajahnya tampak biasa saja didepan mama, mengecup pipi mama dan mengucapkan salam, dan bicara seperti biasa dan tidak apa – apa. Lalu masuk kamarnta, ganti baju terus mandi. Nggak lama mama selesai memasak dan kami segera makan, namun kak Erni tampak dingin saja kepadaku. Kayaknya mama menangkap gelagat ini, dan menanyakan kepada kami apakah kami sedang bertengkar, namun aku dan kakak hanya berguamam singkat bahwa kami oke – oke saja. Mamapun diam dan tidak bertanya lagi, biasalah namanya juga anak – anak, ada kalanya suka bertengkar dan diam – diaman, nanti juga baik lagi. Malamnya aku juga tidak menggarap mamaku, aku sedang kehilangan mood, jadi tidur saja. Paginya mama berangkat kerja dan aku juga segera memacu ninjaku ke sekolah....suasana antara aku dan kak Erni masih dingin, tapi tak apalah yang penting kak Erni tidak menanyakan hal ini ke mama.
Erni kini sendirian di rumah. Duduk termenung di sofa, saat sendiri ini dia coba memikirkan dan mengolah semua hal yang terjadi antara mama dan adiknya. Mungkin saat sendiri dan tenang begini dia bisa memikirkannya dengan baik. Dia masih belum bisa menerima hal ini. Saling membahagiakan apanya...kebutuhan mama apaan, mereka bergumul dengan panasnya begitu kok, semua Cuma alasan, paling cuma memuaskan diri masing – masing...huh dasar, lama dia memikirkan dengan kesal saat membayangkan bagaimana wajah mama dan adiknya yang penuh kepuasan dan birahi saat malam itu, terasa agak sesak di dadanya. Tapi kemudian dia kembali memikirkan kata adiknya, dia coba kesampingkan urusan seksnya. Memang benar setelah bercerai mama tidak pernah terlihat satu kalipun berjalan atau menjalin hubungan dengan pria manapun, semuanya dicurahkan untuk membesarkan aku dan Irwan, untuk bekerja juga. Kalau untuk kecantikan dan menarik, Ernipun mengakui dan juga mengagumi mamanya, mustahillah kalau ada pria yang tidak tertarik dan mencoba mendekati mamanya saat itu. Tapi nampaknya mamanya memang menolak dan tidak pernah berusaha menjalin suatu hubunganpun. Kesampingkanlah faktor ekonomi, mama sangat mapan dan sukses, jadi mustahil mamanya menanti pria yang kaya, enggaklah enggak ini nggak masuk point yang harus kupikirkan. Dilihat dari umur mama masih belum tua, masih menarik, dan juga memang sebagai wanita normal yang matang pasti masih mempunyai gairah seks yang tinggi, dari sini sudah jelas, bukan masalah kecantikan atau mama merasa dirinya sudah tidak menarik. Erni segera meluruskan duduknya, benar juga, si brengsek Irwan ternyata bisa memahami hal tersebut, duh kenapa juga aku ini nggak bisa melihatnya, mungkin karena aku jarang di rumah ini. Lama Erni terdiam, mencoba menyimpulkan dari sudut pandang lain. Si Irwan sih nggak bisa bohong, pasti dia melakukan ini karena memang mama cantik dan seksi, terang saja dia bisa nafsu...eit tunggu dulu waktu itu kan dia bilang memang dia tergoda dan terobsesi sama mama...Erni kembali mencoba mengingat, lalu ia ingat sebuah artikel ilmiah yang pernah dibacanya, bahwa anak laki memang memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengagumi, mengidolakan dan juga berimajinasi akan ibunya. Pada satu sisi mungkin akan menjadi obsesi. Juga kan memang terbukti dengan adanya yang namanya sindrom Oedipus Compleks. Apalagi Irwan dan juga aku memang sayang sekali sama mama. Ditambah usia Irwan memang sedang memasuki usia remaja yangrasa ingn tahunya tentang seks dan wanita amat tinggi. Mama yang cantik dan seksi tersebut pasti menjadi obsesinya. Apalagi memang lebih banyak hanya ada dia dan mama di rumah ini. Menarik juga melihat ini dari sudut pandang ilmiah pikir Erni. Kemudian faktor mama, benar dari alasan yang kupikirkan tadi, nampaknya mama memang tajut untuk menjalin hubungan dengan pria lain, mungkin mama takut sakit hati dan kecewa, oh bodoh banget aku nggak menyadari mama yang memendam luka hatinya. Akhirnya semua faktor itu bertemu dan menjadi satu, Dari sisi Irwan memang terobsesi dengan mama dan Irwan yang juga sedang dalam kondisi seks remajanya yang lagi tinggi - tingginya , dari sisi mama yang masih mempunyai rasa takut dan kecewa tapi juga masih memendam hasrat seks yang tinggi pula, saling bertemu, dan mama merasa aman dan nyaman. Kalau kuingat ekspresi mama yang bahagia saat kulihat malam itu yah memang benar. Walau mungkin orang menilai salah, tapi sebaliknya bagi mereka berdua hal itu tidak menjadi masalah, karena keduanya saling membutuhkan dan melengkapi, bagi mereka tidak ada pihak yang dirugikan, seks memang untuk dinikmati dan mencapai kenikmatan, walau alasan seks Irwan dan alasan seks mama berbeda namun saat berpadu akan klop, karena mama dan Irwan saling membutuhkan, saling melengkapi, juga melakukannya karena mereka berdua merasa bahagia dan nyaman, makanya terasa menggelora dan indah bagi mereka berdua. Erni pun tersenyum, nampaknya kini dia bisa berdamai dengan pikirannya dan mulai bisa menerima kondisi yang ada secara logis. Kini ia sudah membulatkan pikiran dan hatinya untuk menerima dan memahami hubungan yang terjadi antara mama dan Irwan. Erni menyayangi keduanya, dan mau mereka bahagia. Hmmm dasar si Irwan ternyata dia nggak asal ngomong ya, salahku juga saat itu emosi, mungkin terlalu kaget dan terlalu melihat hal ini dari sisi pandang umum tanpa mencoba memahami alasan Irwan dan mama. Nanti aku perlu minta maaf sama si Irwan. Sekarang sudah beres masalah ini....lalu Erni tersenyum nakal, tapi sekarang saatnya aku memikirkan bagian tubuh si Irwan yang menarik itu, susah dilupakan sejak aku melihatnya, gimana rasanya memiawku bila disodok perkakasnya yang besar itu.......
Siangnya Irwan pulang, didapati rumah sepi, namun mobil ada di garasi, lalu ia melihat ke kamar kakaknya, nampak kakaknya sedang tidur pulas, Wooowww...kakaknya tidur memakai baju tidur santai yang tipis, nampak BH dan CD yang membayang jelas di baliknya. Sudah biasa Irwan melihat mama dan kakaknya mengenakan baju tidur atau daster tipis dan mini. Dasar kak Erni, asal banget sih. Lalu ia berjalan ke kamarnya, ganti baju, dan ke kamar mandi bersih – bersih. Sesaat ia menuju ke meja makan, dilihat ada spagheti di sana, dan selembar kertas bertuliskan Makan Yang Banyak Yah..Adikku Sayang, Hmmm pasti kak Erni, mungkin ia sudah nggak marah tapi masih sungkan bicara. Mudah – mudahan ia sudah mengerti. Ia pun segera melahapnya. Kelar makan Irwanpun menyalakan TV dan menonton acara musik. Dia sengaja tidak mau membangunkan kakaknya, mungkin kakak capek. Sejam kemudian terdengar suara kakaknya memanggil dari kamar.
Irwan pun segera mematikan TV dan masuk ke kamar kakaknya, dilihatnya kak Erni sedang duduk di tempat tidur, lalu menyuruhku duduk di sampingnya. Tonjolan tetek besar yang montok yang terbungkus BHnya terpampang jelas di balik baju tidur tipis. Samar terlihat putingnya.
”Wan kamu sudah pulang ? Sini sebentar dong, Kak Erni mau ngomong penting sama kamu.”
”Iya kak sudah pulang dari tadi, makasih ya sudah dimasakin, mau ngomong apa ?”
”Tentang masalah kemarin...”, deg Irwan agak menegang, siap mendengar kakaknya.
”Memang kenapa kak ? Mau marah lagi ?”
”Duh kamu...dengar dulu dong kakak bicara...”
”Iya...iya...silahkan kakak bicara”
”Kakak sudah berpikir, memang awalnya kakak kaget dan shock, mungkin karena dalam keadaan marah dan emosi, kakak tidak bisa menerima penjelasan kamu, namun setelah agak tenang kakak bisa memikirkan semuanya satu persatu. Alasan kamu bisa kakak terima dan pahami. Kakak melihat hal ini juga dari segi kebahagiaan mama, memang kakak harus akui mama memang kini nampak jauh berbahagia dan lebih ceria wajahnya. Jadi teruskanlah saja hubungan itu...kakak akan bersikap seakan tidak tahu saja di depan mama. Maafkan kakak kemarin emosi dan marah sama kamu.” Kak Erni lalu mendekat dan mencium pipiku, kemudian kembali duduk. Aku yang dari tadi diam mendengarkan, terus terang rada terkejut dengan cepatnya kak Erni memahami hal ini, dan tidak bisa memikirkan banyak hal lagi, segera menjawab..
”Irwan juga minta maaf kemarin marah juga ke kakak. Kak, makasih yah kakak sudah memahami, sungguh Irwan dan mama bahagia dengan hubungan yang sedang kami lakukan ini. Kalau kagak ada lagi yang mau dibicarakan, Irwan mau nonton TV lagi yah...”
”Hei..siapa bilang sudah selesai, kakak bilang kakak setuju dan memahami, tapi kakak belum kelar menyampaikan semuanya.” Kak Erni mulai lagi kembali ke gaya bawel bin ceriwisnya.
”Lho masih ada lagi, apaan sih ?”
”Seperti kata kakak, untuk permasalahan sudah beres, dipahami dan dimengerti oleh kakak, tapi ada bagian tubuhku yang belum beres....itu jadi syarat mutlak dariku biar semua beres”
”Nggak ngerti aku, sudah ngomong yang jelas saja deh...sok misterius amat sih kakak..!”
”Oke...kakak kasih tahu ya, memiaw kakak belum beres nih....jadi kamu juga harus bikin kakak dan memiawnya bahagia dan puas seperti yang kamu lakukan ke mama...ayo ent*tin aku !”
”Apa...???” kaget benar aku mendengar kalimat terakhir yang diucapkan kakakku
”Nggak...nggak...No Way kak. Lagian kenapa harus begitu syaratnya ?”
“Hei dasar bandit cilik, apa kamu pikir kakak kagak kepikiran melihat tongkol kamu yang besar dan panjang itu. Biar gimanapun aku wanita, pasti terangsang melihat panasnya pergumulan kalian semalam. Kalau mama saja sampai merasa nikmat begitu, kakak juga mau dong...!!!”
“Tapi itu kan lain…lagian mana mungkin..aku…aku .??” suaraku terbata – bata.
”Sama mama saja kamu bisa, kenapa denganku tidak Wan...??”
”Eng...eng...anu...aa...ya pokoknya nggak bisa kak. Mama lain sama kakak..”
”Lain apanya, mama punya tetek besar juga punya memiaw yang bisa dimasuki, aku juga sama kan..”
”Apa kakak kurang menarik buat kamu dibanding mama,Wan...???”
Kak Erni lalu berdiri dan melepas baju tidurnya secara perlahan dengan gerakan sangat erotis. Kini berdiri dengan posisi sangat mengundang, hanya mengenakan BH dan CD yang ketat saja. Teteknya yang juga besar serasa sesak dalam BH berendanya, Nampak samar puting susunya, lalu kulihat CDnya, nampak tebal sekali, dari sela – sela terlihat beberapa helai rambut kemaluan menyembul keluar dari pinggiran CDnya. Glek...aku meneguk ludahku, tongkolku spontan mengeras. Wah bablas deh....kalau ceritanya sudah kayak gini, apa boleh buat. Aku kan lelaki normal, di depanku berdiri seorang wanita cantik dengan tubuh montok dan menggiurkan, walau sulit namun aku sudah mencoba semaksimal mungkin menolaknya, tapi dia terus menantang dan meminta untuk di-ent*t, nggak lucu banget kalau aku mundur. Well, Que Sera – Sera, yang harus terjadi terjadilah....nggak bisa mundur lagi...nggak bisa nolak lagi...
Segera saja aku kutarik kak Erni ke arahku, kududukkan ke pangkuanku, mula – mula aku mencium ringan bibirnya, tanganku dengan lincah meremas – remas teteknya yang masih dibalut BH, rasanya agak lebih keras dari tetek mama, namun sama – sama enak diremas kok. Sesekali tanganku menyusup ke balik BHnya, memilin – milin puting susunya yang besar dan tegang. Tanganku yang satu lagi mulai menari – nari mengelus permukaan CDnya, terasa penuh dan tebal. Kuusap – usap wilayah pangkal pahanya, ketika tanganku masuk ke dalam CDnya terasa rambut kemaluan yang lebat pula...wah sesuai seleraku, dan ketika jariku menyentuh memiawnya, kurasakan tonjolan yang agak besar...ho..ho itil kak Erni rupanya berukuran agak besar dan terletak agak keluar, segera saja kumainkan itil tersebut dengan jariku, ciuman kak Ernipun mulai memanas. Tangan kak Ernipun tak tinggal diam mengurut – ngurut tongkolku yang masih ada di balik celana, cukup lama kami berposisi seperti ini, memiaw kak Erni sudah terasa basah. Lalu kusuruh kak Erni berdiri menghadapku, kulepaskan Bhnya, nampak indah sekali tetek besarnya menggelantung, Di tengahnya terdapat puting susu yang besar dan keras berwarna kemerahan dikelilingi lingkaran kecoklatan yang rada luas di sekelilingnya. Aku terpaku terpesona, lalu tanganku membuka CDnya, alamak...lebatnya rambut kemaluan kak Erni, namun yang mempesona adalah beda dengan rambut kemaluan mama yang berwarna hitam pekat, rambut kemaluan kak Erni berwarna hitam agak kecoklatan kontras dengan belahan memiawnya yang berwarna merah jambu, kulihat itilnya memang agak besar dan menonjol keluar, bakalan enak untuk dimainin sama kidahku. Aku diam beberapa saat mengagumi keindahan tubuh kak Erni. Kurasakan tongkolku sudah keras sekali, sesak banget di balik celana, meronta minta dibebaskan, segera saja kubuka kaosku dan celanaku, Swiiinggg...tongkolkupun mengacung dengan perkasa dan anggun, klihat mata kak Erni terbelalak melihatnya dan menelan ludahnya, segera saja kutarik tangannya dan kubaringkan tubuhnya di tempat tidur. Sebelum memulainya aku menanyakannya sebentar..
”Kak Erni...ummm maaf ya, tapi kakak sudah pernah begituan sebelumnya ?”tanyaku canggung.
”Aduh Wan...Wan, kalau aku belum pernah, mana berani aku nantangin kamu dan tongkolmu itu. Ada – ada saja kamu, oh iya kamu nanti nggak usah takut, keluarin saja di dalam, aku minum pil KB secara rutin kok.”
Tidak terlalu kaget sebenarnya aku, mengetahui kak Erni sudah tidak perawan lagi, dengan siapa yah dia melakukannya....Hoi..hoi stop dong mikirnya, situasi enak begini kok masih mikir terus...ayo balik lagi ke rejeki yang sudah pasrah di depanmu.
Aku segera memulai permainan ini, kak Erni terlntang dengan pasrahnya, kali ini aku mulai dari wilayah memiawnya, karena aku penasaran banget sama itil kak Erni yang menojol besar itu. Mula – mula kuciumi perutnya, lalu menjilati rambut kemaluannya yang berwarna agak kecoklatan, tak lama aku arahkan mulut dan lidahku ke bawah sedikit, terdiam sebentar menatap keindahan memiaw kak Erni yang tebal dan kemerahan, kusapukan lidahku dengan rakus pada permukaan memiawnya, kusodok – sodok lubang memiawnya dengan ujung lidahku, puas, aku mulai menuju itilnya yang membuatku penasaran, kali ini kumainkan dulu dengan menjepit dan mengelus – ngelusnya dengan jari telunjuk dan jempolku, nampak badannya bergetar penuh kenikmatan, lidahku mulai beraksi, kujilat ke kiri kanan, atas bawah, sekali – kali kugigit dengan lembut dan penuh rasa gemas, kuemut – emut perlahan dengan mulutku, nampak sekali kak Erni merasa ser – seran saat itilnya kumainkan, sengaja aku lama bermain dengan itilnya, karena terus terang saja aku menyuka bentuknya yang menonjol keluar dan besar itu, amat pas dan enak dimainkan oleh lidahku....Tidak berapa lama, memiaw kak Erni tampak basah sekali dan desahan serta geliat badannya semakin liar, nampaknya orgsmenya sudah dekat, kupercepat jilatan lidahku pada iilnya, dan dengan satu desahan nikmat yang sangat erotis terdengar, kak Erni merayakan orgasme perdananya dari diriku. Terasa hangat dan agak asin di mulutku. Akupun segera menaikkan badanku, kali ini aku lahap tetek besarnya yang montok itu dengan buas, lidahku dengan professionalnya memainkan puting susunya, tangan kak Ernipun kini tidak mau tinggal diam, ia mulai meraih tongkolku,diremas – remas lebut sambil dikocok – kocok, ugh...lembut sekali tangan kak Erni. Makin ganas saja aku melumat teteknya.
”Wan....sabar dikit dong, jangan nafsu gitu ah, aku kewalahan nih.”
”Habis tubuh kakak amatlah berbahaya...bagi jiwa dan tongkolku, terlalu nafsuin.”
”Huh...dasar, sempat – sempatnya merayu, sini dekatin tongkol kamu.”
Tanpa pakai lama segera kudekatkan tongkolku ke arah mulutnya, kak Erni diam sejenak, mengagumi sepenuh hati, lalu lidahnya mulai bergerak, mula – mula hanya menjilati secara perlahan kepala tongkolku, tangannya mengelus dan meremas lembut bijiku. Lalu lidahnya makin bergerak cepat menjilat batng tongkolku, memainkan dan menggelitik titik – titik sensitif di tongkolku dengan lidahnya, perlahan tapi pasti mulutnya mulai mengulum tongkolku, dihisap dan diemut – emutnya. Memang kalau aku bandingkan, untuk urusan Oral, mama lebih hebat, kak Erni masih kalah jam terbang, aku tidak mau bilang tidak ahli, tapi kalah jam terbang, karena kalau jam terbangnya sudah tinggi, pasti bisa seenak Oralnya mama. Namun permainan lidah kak Erni jauh lebih enak dari mama, lidahnya bergerak terus tanpa henti, dan benar – benar mampu menggelitik tongkolku dengan nikmat. Aku hanya mampu mendesah dan meremas – remas rambutnya saja. Lidahnya menyapu seluru tongkolku dengan sangat agresif. Matanya terus menatap mataku saat melakukan oral, membuat makin nafsu saja pada diriku. Tidak berapa lama kak Erni sudah nggak tahan untuk merasakan memiawnya dimasuki sama tongkolku. Dia segera memposisikan pinggulnya di atas tongkolku wajahnya menghadap ke arahku yang sedang berbaring. Perlahan – lahan diturunkan pinggulnya, lubang memiawnya dia lebarkan dengan menariknya sedikit dengan jari – jarinya, kepala tongkolkupun mulai memasuki lubangnya, agak sulit sedikit, karena lubangnya masih agak sempit, setelah berusaha dengan telaten, tongkolku mulai masuk, pelan tapi pasti, kulihat badannya agak bergetar saat akhirnya tongkolku benar – benar sudah masuk seluruhnya ke dalam lubang memiawnya. Tidak langsung ia goyangkan, ia diamkan dulu, sepertinya ingin membiasakan diri dahulu, lalu perlahan kakinya yang dalam posisi jongkok mulai ia lebarkan dan kak Erni mulai menaik turunkan pinggulnya, memompa tongkolku dengan irama yang konstan. Lubang memiawnya masih terasa agak sempit, mungkin karena belum terlalu sering digunakan dan jga belum pernah melahirkan. Aku yang terbaringpun benar – benar menikmati pemandangan saat memiawnya memompa tongkolku dengan jelas. Teteknya bergoyang – goyang dengan sangat merangsang, aku naikkan sedikit kepalaku, dan kak Ernipun paham, dia condongkan badannya ke arahku, segera saja aku lumat tetek dan putingnya dengan mulutku, Goyangan kak Erni makin cepat. Satu hal yang pasti memiaw kak Erni memang terasa lebih dan mudah becek daripada memiaw mama, namun itu justru makin menambah kenikmatan tongkolku, yang bisa bergerak dengan leluasa dan bebas dalam lubangnya yang agak sempit. Mungkin semua itu karena pengaruh itilnya yang menonjol keluar, jadi setiap kali tongkol bergerak keluar masuk, otomatis itil itu akan ikut tergesek dan terelus oleh batang dan kepala tongkol, tentu saja rasa geli – geli enak akan lebih sering dinikmati kak Erni, yang akhirnya membuat memiawnya jadi cepat basah karena frewkensi kenikmatan yang besar yang diterima itilnya ( Sok tahu dikitlah si Irwan ). Aku benar – benar senang dengan keputusan kak Erni mengajakku bersetubuh dengannya. Lumayan lama kaka Erni bergoyang di atas tongkolku, akhirnya aku memutuskan untuk gantian, kini aku yang pegang kendali.
”Kak, sudahan dong, ganti posisi.”
”Yah Wan lagi enak nih, itil kakak lagi nikmat.”
”Nggak ah...ganti gaya deh, jangan takut itil kakak akan merasa kenikmatan yang sama.”
”Yah sudah kalau beg...begitu.”
Kak Ernipun segera menghentikan goyangannya dan mencabut tongkolku dari lubang memiawnya. Aku segera bangkit, membelakangi kak Erni, kusuruh kakak nungging, namun tanganya kusuruh memegang kepala ranjang. Belahan memiawnya terlihat merah mengundang, langsung saja kusodok memiawnya dari belakang. Kupompa tongkolku dengan semangat tinggi, sesekali kak Erni ikut menggoyangkan pantatnya mengimbangi sodokanku, tanganku meremas tetek besarnya yang menggantung, sesekali kuremas dengan gemas pantatnya. Kusodok kak Erni dengan kuat sehingga saat tongkolku amblas sampai dalam, perutku menempel di belahan pantatnya.
”Oh.Yeaahh...Ooooh....Jangan berhenti Wan...”
”Ughhhhh......Enaaaakk.”
”memiaw kakak benar – benar kammmuuu hajar niihhhh.”
”Nikmati saja Kak.”
Posisi nungging kak Erni benar – benar membuat tongkolku keenakan, rasanya amat lancar memompa lubang memiawnya, Tangankupun mulai nakal, memainkan lubang pantat kak Erni, kutusuk – tusukan jariku ke lubang pantatnya, dan kak Erni makin kencang saja mendesah. Desahan kak Erni itu benar – benar seksi dan amat merangsang nafsuku. Kak Erni benar – benar pasrah kedua lobangnya dimainkan oleh aku. Nafas kak Erni makin memburu, dan kulihat tubuhnya mulai agak mengejang, benar saja tak lama berselang kakakku mengalami orgasme lagi. Aku segera mencabut tongkolku, segera kak Erni kutarik perlahan dan kusuruh berbaring, sekarang aku hajar memiawnya dengan posisi biasa, aku di atas. Terasa tongkolku membelai itilnya setiap kali bergerak, aku makin bernafsu, kali ini aku pompa tongkolku secepatnya, tanpa mempedulikan kak Erni yang berteriak – teriak karena terlalu merasa nikmat dengan tongkolku. tongkolku terasa berdenyut denyut, nampaknya sudah mau muntah, maka segera saja kutindih kakakku dan kupeluk dengan amat kuat, seiringan pompaan terakhir, Croot...crooooot....crot, tongkolku memuncratkan sperma yang cukup banyak ke seluruh liang memiaw kak Erni, Kak Erni agak bergetar saat spermaku menyemprot kuat dalam dinding – dinding memiawnya. Aku terkulai lemas, diam sesaat menikmati rasa enak ini. Kak Ernipun membelai – belai punggungku yang sedang menindihnya. Lama kami terdiam dalam posisi ini, lalu aku segeri menggulingkan tubuhku, berbaring sejajar dengannya. Kak Erni menoleh ke arahku dan tersenyum...
”Pantas saja mama tidak menolak dan doyan kamu ent*tin Wan, gila sampai lemas aku karena puas dan nikmat disodok sama tongkol kamu.”
”Aku juga sama kak...”
”Kamu jauh lebih hebat dan lebih tahan daripada pacarku...sampai rontok rasanya badanku.”
”Makanya kakak harus lebih giat lagi melatih pacar kakak...”
”Ah...ngeledek saja kamu.”
”Ngomong – ngomong kakak sering ya ngent*t sama pacar kakak..”
”Mau tahu ajaaa deh kamu. Tapi biar deh kakak kasih tahu ke kamu, kakak pacaran dengan Indra sejak kelas 2 SMA dan tetap awet sampai sekarang, mulai dari pertama kali melakukan sampai sekarang dengan dia saja. Pertama kali melakukan karena kami memang sama – sama menginginkannya, tidak ada keterpaksaan. Jadi bisa dibilang nakal dan pengalamanku semuanya kulakukan bareng dia walau tidak terlalu sering.”
”Tapi sekarang tambah pengalaman ya sama aku kak..hehehe.”
”Dasar anak bandel, kamu sendiri mana pacarnya Wan...???”
”Wah belum tahu deh kak, aku belum merasa perlu sih, kan aku sudah ada pacar yaitu mama. Apalagi sekarang aku punya pacar lagi yaitu kak Erni, aku makin nggak merasa perlu deh cari pacar yang lain.”
”Duuhhh kamu ini.....serius dikit dong, kamu tahu nggak kakak percya kamu tuh nggak bakalan kesulitan cari pacar, wajah kamu oke, badan kamu bagus, ditambah sekarang kakak jyga baru tahu, kamu juga pintar... ”
”Pintar apaan kak...???”
”Pintar bikin perempuan puasssss....”
Kamipun tertawa dengan candaan kami. Aku masih tidak percaya bahwa aku baru saja menyetubuhi kak Erni, setelah masalah yang terjadi saat kakak marah mengetahui hubungan yang kulakukan dengan mama, rasanya tidak akan pernah terpikir olehku kemungkinan kakak malah minta aku setubuhi. Dia yang minta lho bukan aku. Ah wanita kadang memang aneh, bisa marah, tapi tetap punya penasaran juga melihat tongkol yang besar. Lalu kak Erni mulai bicara kembali....
”Wan, kakak senang dengan keputusan kakak meminta kamu ngent*t sama kakak, kamu boleh melakukannya lagi, kakak akan dengan senang hati meladeni kamu, kamu hanya tinggal bilang saja.”
”Tapi ini menjadi rahasia kita berdua ya, mama jangan sampai tahu, bukan apa – apa, kita tidak boleh merusak kebahagiaan mama Wan. Biarkan mama menikmati kebahagiannya, aku takut mama akan marah dan kecewa kalau sampai mama tahu bahwa kita juga punya hubungan.”
”Iyalah kak, tenang saja, aku tidak akan bilang, lagian kalau mama marah, aku yang rugi dong, bisa – bisa kehilangan memiaw mama yang enak..”
”Deh ni anak, dasar pemikirannya kagak jauh dari memiaw deh....!”
Lumayan lama kami berbaring dan berbicara sambil bergurau dengan cerianya. Tak lama kak Erni bangun dan menuju meja riasnya terus membuka lemari bajunya, aku hanya memperhatikan saja punggungnya yang sedang berjalan, tidak melihat apa yang dia lakukan, tak lama dia kembali, di tangannya dia membawa baby oil dan selimut kain yang panjang, belum paham aku maunya, lalu ia berdiri di pinggir ranjang dan tersenyum dengan amat nakalnya dan berkata...
”Masih ada waktu banyak sebelum mama pulang, ronde berikutnya bisa segera dimulai adikku sayang ?”
Tentu saja, aku pun kembali bergairah. Kak Erni naik ke atas ranjang, melebarkan selimut di atas ranjang, ukurannya cukup besar, dia bilang buat tatakan. Dia segera membuka baby oil dan menuangkan isinya sedikit demi sedikit ke...teteknya yang besar dan montok itu, lalu tangannya mengusap dan meremas tetek yang kini nampak berkilau dan seksi dalam balutan licinnya baby oil. Aku masih melihat saja, menikmati adegan yang sedang kakakku lakukan, Dia mainkan teteknya yang kini amat licin sehingga sering melejit lejit nakal saat tangannya memainkannya. Ughhh...tongkolku jadi keras seketika, tanpa diminta ku segera berpartisipasi ikut bermain dengan teteknya. Enak rasanya memegang tetek besarnya yang licin, walau kita remas kuat, tak perlu khawatir kak Erni merasa sakit, karena tetek itu akan melejit liar kalau kita remas kuat, kumainkan juga putingnya, kupilin dengan jariku, namun fokusku tetap meremas dan memijit tetek kak Erni. Kak Erni menikmati sekali sentuhan tanganku pada teteknya, kepalanya agak menengadah ke atas dan mulutnya mendesah. Sebenarnya aku mau mulai menjepitkan tongkolku di antara teteknya itu, namun kakakku ini nampaknya masih mau aku bermain – main dengan tubuh montoknya, ia pun segera membalikkan badannya, tengkurap dan menyuruhku meminyaki punggung dan pantatnya. Kumulai dari punggungnya, kubelai dan kuusap dengan lembut, memijatnya, kakak nampak rileks dan nyaman, Lalu aku menuju ke arah pantatnya, kuremas – remas pantatnya yang licin karena minyak itu, gemas sekali aku sama pantatnya yang seksi itu, jariku bergantian mengelus belahan memiawnya dan area sekitar lubang pantatnya, hanya mengelus saja, untuk memberikan rasa nyaman. Lama aku mengusap dan meremas – remas daerah pantatnya, lalu kak Erni kusuruh berbalik, kutuang baby oil ke wilayah memiawnya, kuusap selangkangannya, mengelus bagian luar memiawnya dengan jarinya, lalu memainkan rambut kemaluannya. Rambut kemaluannya yang lebat kini nampak tebal menggumpal karena baby oil. Sungguh pemandangan yang terasa erotis. Setelah itu kembali aku naik ke arah dadanya, kuusapi lengannya, daerah sekitar keteknya yang ditumbuhi bulu ketek yang sedikit dan jarang, lalu kembali memijat – mijat teteknya dengan gerakan tangan melingkar, putingnya yang merah agak kecoklatan mengacung, mengkilat karena minyak. Puas dengan semua aku segera memposisikan diri agar bisa meletakkan tongkolku gtepat di tengah tetek besar tersebut.
”Wan, gaya apa lagi nih...?”
”Lho, kakak memang belum pernah seperti ini..istilahnya sih Titfish ?” tanyaku agak heran.
”Belum pernah...”
”Wah bego amat pacar kakak nggak mau memanfaatkan tetek sebesar dan semontok ini..”
”Habis dia nggak pernah minta gaya begini sih. Memang enak Wan..???”
”Enak banget kak, rasain saja sendiri ya, nanti kakak praktekin juga sama pacar kakak. Dijamin nanti dia mau lagi deh. Sekarang kakak dekap pinggiran tetek kakak yang kuat, biar bisa mencengkram tongkolku...”
Lalu aku segera memaju mundurkan pantatku, rasa nikmat yang kurasakan sangat terasa karena tetek kak Erni yang sudah licin berminyak itu membuat gerakan tongkolku menjadi lancar dan membuat kepala tongkolku terasa geli – geli enaksetiap bergesakkan. Sesekali aku mendongakkan kepalaku ke atas sambil mendesah. Kak Ernipun nampaknya mulai merasakan enaknya gaya ini, sepertinya teteknya merasa nyaman dengan sodokan tongkolku, lidahnya beraksi menjilat kepala tongkolku saat gerakanku maju ke depan, sesekali aku berhenti agar ia bisa memainkan dan mengulum ujung tongkolku. Kedua puting susunya terus aku mainkan, kupilin – pilin sehingga makin terasa mengeras dan membesar secara maksimal. Nikmat sekali melakukan gaya ini dengan tetek besar yang sudah diminyaki baby oil. Namun aku tidak mau mengalami klimaks di sini. Segera saja aku memberi tanda bahwa aku berniat berhenti dan mengganti gaya...namun kak Erni sudah berbicara duluan..
”Wan sodok aku dari pantat ya..”
”Boleh saja, memang kakak senang main belakang ya...??”
”Dulu sebelum aku melepas keperawananku, biasanya aku hanya memperbolehkan pacarku memasuki lubang pantatku saja.”
”Hebat...ternyata kakak nakal juga yah..., ya sudah kakak tetap berbaring saja deh.”
Kak Erni menyempatkan mengulum tongkolku dulu sebentar, lalu mengolesinya dengan baby oil, tak ketinggalan ia siramkan baby oil ke daerah lubang pantatnya. Aku segera memiringkan sedikit posisi badan kak Erni, kakinya kuangkat satu ke atas dan kutempelkan di dadaku dengan kedua tanganku mengapit kaki tersebut. Aku segera mengarahkan tongkolku ke lubang pantatnya, kak Erni sudah siap dengan melebarkannya dengan jarinya, karena sudah biasa dan juga sudah licin dengan baby oil, mudah saja tongkolku menerobos lubang pantatnya. Kak Erni nampak agak mengernyit, akupun segera memulai pompaanku, sempit dan enak rasanya, kupompakan tongkolku dengan ritme agak pelan, sementara jari kak Erni mulai beraksi memainkan itilnya sendiri, membuat nafsuku makin bertambah, Pompaanku mulai kupercepat karena lubang pantatnya kurasakan kini mulai melebar dan makin memperlancar gerakanku. Desah nafas dan erangan kak Erni mulai terdengar. Kulihat ke arah wajahnya, matanya merem melek dan dari bibirnya kerap terdengar desahan nikmat yang erotis, nampaknya kak Erni merasa sedang di awang – awang. Jarinya makin cepat memainkan itilnya....Hmm, aku tak pernah membayangkan kalau ternyata kakakku juga panas dalam urusan seks.
”Wan...Oughhh...tongkol kamu sama enaknya di lubang memiaw atau pantattt...!!”
”Sama, Kak Erni jugaa...”
”Aaahhh..Ssshhh...Oohhh....terussss Wan...”
”Nggak perlu disuruhhh kok kak..”
Aku makin semangat saja, namun aku sempatkan sebentar menyodok memiawnya sesaat, lalu kembali berkonstrasi menyodok lubang pantatnya...Permainan kami kali ini sudah berlangsung cukup lama , tubuh kami mulai berkeringat, namun tidak mengurangi gairah kami, aku kini memompakan tongkolku dengan cepat dan bertenaga, kak Ernipun mendesah semakin kuat, pinggulnya bergetar setiap tongkolku menyodok ke dalam lubang pantatnya. Itil kak Erni terlihat semakin besar saja di mataku, makin asik dilihat karena jari kak Erni memainkannya dengan terampil. Pinggul kak Erni kurasakan mulai terangkat sedikit, dan badannya mulai agak mengejang, dan seiring desahan yang kuat kak Erni mendapatkan orgasme, memiaw kak Erni terlihat makin memerah karena lama dimainkan. Sodokan dan goyanganku kini kulakukan secara maksimal, akupun mulai merasakan denyut denyut nikmat di tongkolku, dan menyemburlah cairan spermaku membasahi lubang pantat kak Erni. Segera aku terdiam sesaat sambil tetap memegang kaki kak Erni yang menempel di dadaku. Lalu aku segera mencabut tongkolku dan berbaring di sampingnya. Setelah lama terdiam aku memulai percakapan.
”Kak, jujur saja aku tidak pernah bermimpi atau berniat bisa melakukan hal ini sama kakak, bukan karena kakak tidak menarik, aku mungkin sulit menjelaskan, namun yang pasti aku tidak pernah bermimpi kalau akhirnya akan seperti ini.”
”Kakak juga sama Wan, mungkin memang sudah jalannya seperti ini. Sedikit aneh dan tidak terduga.”
”Betul kak, makasih ya kak.”
”Aku juga makasih Wan. Nampaknya liburan kali ini benar – benar bagus dan menyehatkan jasmaniku. Pokoknya selama aku masih di sini kamu harus terus mengservis aku dengan tongkolmu itu ya adikku sayang.”
”Waduhhh...bisa – bisa gempor kakiku harus meladeni kakak dan mama yang sama – sama doyan. Mana kakak liburannya masih 3 minggu lagi...duh lembur terus deh...”
”Aku bisa kompromi kok Wan, jatahku dari kamu pulang sekolah sampai mama pulang. Saat malam aku mau kamu melayani dan membahagiakan mama.”
Kamipun lalu berciuman dengan hangat dan mesra, lalu aku membantu kakak merapikan ranjangnya kembali, dan bersiap menyambut mama pulang. Saat makan malam mama menyadari aku dan kakak sudah akrab kembali dan mengatakan bahwa ia senang karena kami sudah rukun dan tidak marahan lagi. Malamnya aku bisa dengan bebas dan tidak perlu khawatir untuk memuaskan mamaku. Selama 3 hari semua berlangsung begitu, siang jatah kakak, malam mama, namun setelah itu aku mulai keluar dari jadwal itu, malamnya aku ”bolos” dari mama dan malah kembali menggarap kakakku, mama tidak curiga karena dia pikir karena ada kakak jadi aku berhati – hati, sementara pada kakak kubilang sengaja tidak ke kamar mama, aku harus membuat mama berpikir bahwa aku juga berhati – hati saat ada kakak di rumah. Pada akhirnya untuk hari – hari selanjutnya memang aku tetap ,elakukan dengan mamaku, namun frewkensi saat malam hari mulai bertambah ke kamar kakak. Yah kalau mau jujur semua kulakukan mungkin karena aku baru – baru ini saja melakukan hubungan seks dengan kakakku jadi wajar saja masih penasaran sama tubuh kakak. Akhirnya aku merasa tidak nyaman dengan situasi ini, juga karena aku tidak enak berbohong sama mama. Aku bilang ke kakak, bahwa aku akan berterus terang ke mama, tentu saja kakak menolak niatku, tapi aku jelaskan juga ke kakak bahwa aku tidak nyaman berbohong ke mama. Ke depannya aku akan terus merasa nyaman karena menyembunyikan rahasia ke mama. Setelah berargumen aku berhail meyakinkan kakak bahwa aku bisa mengatasi situasi ini. Kakak menyerahkan sepenuhnya ke aku untuk bicara ke mama dan memilih untuk menginap satu malam di rumah Tante Ani, adik mamaku agar aku bisa bicara dengan bebas ke mama. Maka malam itu di ruang keluarga, aku siapkan mentalku untuk menjelaskan hal ini ke mama.
Tentu saja tidak mudah membicarakan hal ini ke mama, mama benar – benar marah dan tidak mengerti mengapa aku harus melakukan hubungan seks juga dengan kakak. Kemarahan mama paling besar karena aku dan kakak juga melakukan hubungan seks Bagi mama kalau kakak akhirnya mengetahui hubungan kami, dan kakak marah dan tidak terima itu sudah resiko, dan mama akan meminta maaf, memberi penjelasan dan alasannya serta meminta pengertian kakak. Akhirnya dengan susah payah kuminta mama tenang dan diam dulu, aku sudah dengarkan kemarahan mama, jadi kini biar aku mulai menjelaskan semuanya dari awal ke mama biar mama paham. Aku bilang apa yang akan kujelaskan dapat mama cek kebenarannya ke kakak. Kujelaskan ke mama, memang saat akhirnya melihat yang terjadi malam itu, kakak marah dan tidak terima, lalu aku bertengkar dengannya dan saling beradu argumen, mempertahankan pendapat kami masing – masing, makanya kami sempat saling diam – diaman satu sama lain. Kuterangkan ke mama semuanya yang aku dan kakak ucapkan saat pertengkaran itu terjadi. Tentang bagaimana upayaku menerangkan alasan juga memohon pengertiannya, juga tentang bagaimana akhirnya kakak akhirnya menerima dan mau mengerti. Sampai sini aku berhenti dan menunggu reaksi mama.
Mama terdiam sejenak, nampak berpikir, kemarahan agak berkurang dari wajahnya, lalu mama bilang dia berterima kasih karena aku dengan segala daya upayaku bisa menerangkan dan membuat kakakku bisa mengerti dn menerima hubungan kami. Namun mama menyesali karena kami terlalu ceroboh hingga kakakku bisa melihat saat kami berhubungan seks di malam itu. Mama lalu terdiam sejenak dan kembali teringat akan kemarahan utamanya, wajahnya mulai menegang dan mengulangi pertanyaannya : Kenapa kamu harus melakukan hubungan seks dengan kakak ? Kenapa kamu harus merusak masa depan kakakku ? Apa dengan mama saja kamu tidak puas ? Kembali aku minta mama tenang dan mendengar lanjutan keteranganku. Kujelaskan ke mama memang akhirnya kak Erni memang bisa memahami dan menerima semua yang terjadi, namun dengan tambahan satu syarat, kak Erni juga minta untuk disetubuhi olehku. Kulihat mama nampak terperangah saat mendengar hal itu, lalu aku lanjutkan bahwa saat itu aku menolak dan mama harus percaya hal itu. Aku memang benar – benar menolaknya. Aku kembali melanjutkan keteranganku, kukatakan ke mama tentu saja sebagai lelaki wajarlah aku juga terangsang melihat keseksian kakakku, kalau tidak aku tidak normalkan. Sebelum aku melakukan hubungan seks dengan kak Erni, aku terus terang ke mama bahwa kadang nafsuku suka naik melihat keseksian kak Erni, namun tidak pernah dan memang aku selalu mampu menahan diri. Kenapa akhirnya aku melakukannya juga ? karena saat itu situasinya lain, ada faktor kak Erni mengetahui hubungan aku dan mama, pertengkaran, akhirnya ada pengertian, dan syarat darinya ditambah rangsangan yang kak Erni lakukan tentu saja aku sbagai lelaki tidak kuasa menolaknya. Sampai sini kuhentikan kembali keteranganku. Mama nampak mulai memahami situasi saat itu.
Aku mulai lagi penjelasanku, aku katakan saat aku melakukan hal itu dengan kak Erni, kak Erni juga sudah tidak perawan dan meminumpil KB secara rutin. Sekilas kulihat kekecewaan di wajah mama saat mengetahui kondisi kak erni yang sudah tidak perawan lagi. Lalu aku jelaskan bahwa aku dan kakak tetap melakukan hubungan seks sesudahnya, karena selain kami saling menyayangi, juga tidak munafik kami menikmatinya. Kujelaskan juga percuma mama melarang, aku dan kakak pasti akan tetap melakukannya. Hal ini baru akan berhenti bila kami telah memiliki pasangan atau memang merasa sudah saatnya berhenti, kalau dipaksa berhenti percuma, saat ini aku dan kak Erni sedang dalam tahap awal, baru mulai, jadi sedang panas – panasnya, masih penasaran dan ingin lebih lagi. Sama seperti saat awal hubungan antara aku dan mama, sulit berhenti. Lalu aku jelaskan hal yang terpenting pada mama : Kejujuran dan Perasaanku. Aku bilang ke mama, bisa saja aku dan kakak menyembunyikan hubungan ini, resikonya mungkin suatu hari kelak mama kemungkinan juga bisa memergoki kami. Kak Erni juga sama tidak mau mama tahu, karena tidak mau merusak kebahagiaan mama, namun akulah yang memaksanya untuk jujur sama mama. Kulihat mama agak bingung dengan penjelasanku, katanya kenapa ? Bukannya kalau kamu tidak bilang justru mama tidak akan tahu hubunganku dengan kak Erni. Aku katakan ke mama, ini masalah hati ma, aku selalu menganggap mama sebagai orang yang special dan kusayangi dalam hidupku, aku akan merasa tersiksa dan tidak nyaman selamanya kalau menyembunyikan hal seperti ini dari mama. Hatiku tidak mau aku membohongi mama, aku belum bisa menghentikan hubunganku dengan kak Erni, namun aku juga tidak mau membohongi mama. Sekilas kulihat nampak wajah mama berseri mendengar penjelasan akhirku, sekilas namun dapat kulihat. Kubilang penjelasanku sudah jelas dan selesai. Lama mama terdiam, akupun diam juga, membiarkan mama berpikir. Akhirnya mama berbicara..
”Terimakasih kamu sudah mau jujur dan terbuka sama mama. Satu sisi diri mama masih belum bisa membuat keputusan dan asih bingung dengan situasi ini, tapi satu sisi yang lain mama merasa bangga karena kamu punya keberanian menjelaskan semuanya ke mama. Mama yakin kamu sangat menyayangi mama, karena kalau kamu tidak sayang, mana mungkin kamu akan merasa tersiksa dan tidak nyaman hatinya, kamu merasa seperti itu karena kamu sayang dan tidak mau mengkhianati mama, untuk masalah yang itu mama sudah paham dan mengerti.”
”Irwan lega karena bisa jujur sama mama. Irwan mau hubungan Irwan sama mama didasari kejujuran juga ma.”
”Kamu benar – benar mulai menjadi lelaki sejati Irwanku tersayang.”
”Terimakasih ma.”
”Biarkan mama sendiri malam ini ya, mama perlu tenang untuk berpikir lebih jauh Wan.”
”Baik ma.”
Akupun mencium pipi mamaku, membiarkan dia sendiri untuk tenang memahami dan memikirkan semuanya. Aku berjalan ke arah kamarku, tidak ada seks malam ini, tapi biarlah, aku dan mama juga sedang dalam tahap baru dalam hubungan kami. Tahap di mana hubungan kami akan berkembang ke arah yang lebih baik, lebih matang dengan bisa jujur dan mampu mengatasi permasalahan yang ada. Tidak lama kudengar mama masuk ke kamarnya. Akupun akhirnya tertidur, lelap dan nyaman.
Besok paginya hari minggu, mama dan aku libur. Sudah kam 9 pagi dan mama masih di kamarnya, tak berapa lama kak Erni pulang. Setelah masuk ke kamarnya untuk ganti baju, ia menghampiriku yang sedang menonton TV. Dia menanyakan semuanya, aku terangkan yang terjadi semalam, dan kini aku dan kak Erni hanya perlu membiarkan mama tenang untuk berpikir. Kami pun lalu menonton TV dan membicarakan hal – hal lainnya. Menjelang siang mama keluar dan memanggil kami. Aku matikan TV, dan bersama kakak menghampiri mama yang sudah duduk di ruang keluarga. Mama menunggu kami duduk, lalu memulai pembicaraan.
”Terus terang mama memang terkejut mendengar apa yang Irwan ungkapkan semalam. Semalaman mama tidak tidur memikirkannya. Kini mama akan coba membicarakannya dengan kalian. Pertama mama ingin minta maaf karena mama dan Irwan mempunyai hubungan yang kami rahasiakan dan akhirnya kamu ketahui. Mama juga berterimakasih akhirnya kamu mau mengerti dan menerimanya.”
”Ma, mama tidak perlu minta maaf. Erni sudah menerima penjelasannya dari Irwan, jadi singkatnya Erni mengerti dan mau mama bahagia.”
”Kamu memang sayang mama Erni. Mama lanjutkan ya...mama kembali ke kamu Erni, kamu dengar saja dulu ya...terus terang sebenarnya ada kekecewaan saat mama tahu kamu sudah tidak perawan lagi, orangtua manapun mau yang terbaik untuk anaknya kan ? Tapi mama mencoba berpikir secara jernih, kamu adalah kamu, apa yang menjadi hak pribadi kamu adalah kehendak kamu. Mama hanya bisa memberikan nasehat atau wejangan, namun mama tidak bisa 24 jam selamanya memantau kegiatan kamu. Jadi mama bisa memahami hal itu, dan cukup lega mengetahui kamu melakukan hal itu pertamakali bukan dengan paksaan atau terpaksa tapi dengan pasangan yang kamu percayai.. Untuk selanjutnya mama hanya minta kamu bisa bertanggung jawab atas segala resiko dan konsekwensinya.” Mama diam sejenak, menarik nafas lalu melanjutkan pembicaraannya....
”Untuk kalian berdua, mama kaget dan tidak pernah berpikir sedikitpun bahwa akhirnya kalian berdua melakukan hubungan seks. Berat menerima kenyataan itu. Namun mama berpikir secara logis, juga setelah mendengar penjelasan Irwan, hal ini mamapun tidak bisa larang. Semua sudah terjadi, kalian melakukannya juga tanpa paksaan, jadi mama hanya bisa bilang silahkan kalian lakukan selama memang kalian berdua masih menginginkannya, namun berhentilah melakukannya bila di kemudian hari salah satu dari kalian memang berniat berhenti. Juga jaga rahasia ini sebaik mungkin, apa yang terjadi antara Mama dan Irwan yang ketahuan Erni, harus jadi pelajaran untuk berhati – hati.”
”Mama juga tidak akan memonopoli Irwan, Irwan bebas menentukan kapan dan dengan siapa ia ingin melakukannya, bila sedang ingin dengan mama, silahkan, bila sedang ingin dengan Erni, mama tidak akan egois, kamu juga harus bersikap yang adil ya Erni, jangan memaksa Irwan. Lebih baik begini tidak ada yang perlu disembunyikan. Mama rasa itu saja, mama harap apa yang mama putuskan ini bisa memuaskan semua pihak.”
Secara spontan aku segera berdiri dan menghampiri mama, kukecup pipinya dan memeluknya sambil mengucapkan terimakasih atas semuanya dan telah berlaku adil. Kak Erni pun menghampiri mama, memeluk dan mengecup pipinya. Lama kami bertiga berpelukan, dalam kehangatan satu keluarga, kini semua sudah jelas dan tidak ada yang pelu disembunyikan. Lalu mama menyuruh kami mandi dan siap – siap makan di luar.
Kini aku dapat melakukannya dengan nyaman, tanpa perlu terikat waktu, sekarang dengan mama atau sekarang dengan kak Erni. Kalau aku sedang sama mama, kak Erni paham, begitu sebaliknya. Karena kak Erni hanya pulang ke rumah pada saat – saat tertentu, maka kalau ada kak Erni di rumah, maka aku lebih banyak melakukan dengan kak Erni, mama juga menganggap hal ini wajar, karena biar bagaimanapun saat kak Erni sedang masa kuliah, mama memiliki aku setiap waktu.
Kalau ada pembaca yang bertanya, apa pernah kami main bertiga, aku akan jawab tidak. Kalau dari aku, tentu mau dong, kak Erni juga pasti bisa kuyakinkan, tapi kurasa mama tidak akan nyaman melakukan 3Some dengan anak perempuannya, jadi antara aku, mama dan kak Erni tidak pernah melakukan 3Some.
TAMAT...