Pair of Vintage Old School Fru

online counter

CERITA 1

Mama Di Taman


Mama saya, seperti kebanyakan wanita wanita lain, sangat senang dengan
tanaman. Di usia nya yang separuh baya, hampir sebagian waktunya
dihabiskan
untuk mengurusi bunga-bunganya yang nyaris memenuhi seluruh halaman
rumah
kami yang luas. Setiap sore mama selalu berada di halaman belakang,
terbungkuk - bungkuk merawat bunga-bunga kesayangannya. Jika liburan
begini,
biasanya sepanjang sore kubahiskan waktu untuk memperhatikan Mama.
Terus
terang, saya senang sekali mencuri - curi pandang pada gundukan
payudaranya
yang hampir menyembul dari belahan dasternya, pahanya yang sekali-
sekali
tersingkap jika Mama menungging, atau memeknya yang membayang dari
celana
dalamnya yang jelas terlihat sewaktu Mama berjongkok.

Sewaktu waktu, dengan tidak sengaja, Mama membungkuk kearah ku yang
lagi
asyik duduk di gazebo. Kedua belah payudaranya yang tanpa beha hampir
seluruhnya keluar dari leher dasternya. Kedua putting payudaranya
jelas-jelas terlihat. Mungkin karena gerah, Mama tidak mengancingkan
hampir
separo kancing dasternya. Aku hanya bisa melongo, batang kontolku
langsung
ereksi, kalau nggak cepat cepat aku ngacir, mungkin Mama bisa melihat
separo
batang kontolku yang udah keluar dari pinggang celanaku.

Suatu hari, aku benar benar ketiban rezeki. Nggak sengaja Mama
memberikan
tontonan yang membuatku terangsang berat. Seperti biasa aku sedang
duduk
duduk di gazebo, bertelanjang dada seperti biasa, aku hanya memakai
blue
jeans ketat kegemaranku. Sambil mengembalikan kesadaranku, maklum
habis
tidur siang, aku menemani Mama di halaman belakang. Sambil ngobrol
mengenai
acara wisudaku, Mama asyik dengan bunga-bunganya. Entah kenapa,
mungkin
karena keasyikan ngobrol, Mama nggak sengaja jongkok tepat di depan
mataku.
Walaupun sedikit tertutup dengan tumpukan pupuk, dan ranting ranting
daun,
aku jelas - jelas melihat gundukan memeknya, mulus tercukur tanpa satu
helai
rambut. Ya ampun, mungkin Mama lupa memakai celana dalam !!!. Kontan
aku
jadi terangsang luar biasa. Saking terpananya, aku nggak peduli lagi
sama
batang kontolku yang udah menerobos keluar, menjulang gagah sampai ke
atas
pusarku. Aku baru sadar sewaktu Mama terbelalak melihat kontolku.
Jelas-jelas saja Mama kaget, saking panjangnya,kontolku kalo lagi
ereksi
bisa sampe ke ulu hati.

Dengan wajah merah karena jengah, aku bangkit dan ngacir ke gudang
belakang.
Di tengah kegelapan ku buka resluiting jensku dan mulai mengocok
kontolku.

Tiba tiba pintu terbuka, membelakangai sinar matahari sore - Mama
berdiri di
pintu, tangan kanannya masih memegang sekop kecil. Mama menatap kontol
raksasaku, dan jembutku yang lebat, kemudian menatap wajahku dan
badanku
yang kekar. Aku hanya bisa melongo, tanpa berusaha menghentikan
kocokan ku.

“Ya ampun !”, hanya itu yang keluar dari mulut Mama, entah apa yang
dia
maksudkan. Ku kocok sekali lagi kontolku, membiarkan Mama melihat
kedua
tanganku yang menggenggam erat pangkal dan ujung kontolku yang mulai
memerah.

Ku kocok lebih cepat lagi, sementara tangan kananku menarik celana
dalamku
ke bawah, biar Mama melihat kedua biji kontolku yang bergerak ke sana
ke
sini seirama kocokanku pada batang kontolku.

Terpana oleh pemandangan di depan matanya, atau mungkin karena melihat
ukuran kontolku yang super besar, Mama beranjak masuk sambil menutup
pintu
gudang di belakangnya. Mama mendekatiku sambil mulai melepas satu
persatu
kancing dasternya dan kemudian melepaskannya, benar ternyata Mama
tidak
memakai beha. Kedua bulatan tetek-nya benar- benar membuatku
terangsang,
walaupun sudah turun namun ukurannya hampir sebesar melon. Minimnya
cahaya
yang masuk ke gudang membuat kedua pentilnya tidak jelas terlihat
warnanya.
Mungkin coklat
kehitaman. Aku hanya bisa berkata lirih , “Oh, Mama, tetek Mama benar-
benar
hot!!”.

Dengan beberapa langkah, aku kedepan menyongsong Mama, sambil tanganku
berusaha menggapai salah satu bulatan payudaranya. Sambil berjalan,
kontolku
tegak menjulang di udara. Aku benar - benar terangsang.

Ku peluk pinggang Mama, mulutku terbuka dan lidahku menjulur keluar.
Ujung
lidahku akhirnya menyentuh pentil susu Mama yang besar dan kecoklatan.
Astaga… kontolku serasa akan meledak. Tergesa gesa, Aku mengisap dan
meremas
teteknya yang lain dengan tanganku. Kontolku yang terjepit diantara
perutku
dan perut Mama tiba tiba mengeras lalu… cruttttttt cruttttttt
crutttttttttt.. semprotan demi semprotan kontolku meledak menyemburkan
cairan putih kental membasahi sebagian perut dan tetek Mama.

Tanpa perubahan ekspresi, Mama dengan tenang menggenggam batang
kontolku dan
meremas ujung nya, cairan maniku keluar lagi membasahi telapak
tangannya. Di
sela sela kenikmatan yang kurasakan aku hanya bisa menatap ke bawah,
air
maniku membasahi seluruh tangan dan lengan Mama, beberapa semprotan
jatuh ke
pangkal paha Mama.

Masih di tengah keremangan gudang, tanpa banyak kata-kata, Mama meraih
tanganku dan menggosok-gosokan ke memeknya. Terasa gatal tanganku
sewaktu
telapak tanganku bergesekan dengan permukaan memeknya yang dipenuhi
bulu-bulu pendek. Seumur hidupku baru kali inilah akud dapat melihat
memek
Mama dari dekat. Belum ada lima menit, aku keluar lagi, kali ini air
maniku
menyemprot tepat di
permukaan memeknya.

Kali ini Mama memandangku sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah.

Walaupun sudah dua kali aku keluar, batang kontolku masih keras,
bahkan
semakin keras saja, agak sakit jadinya. Mama semakin membuatku
terangsang
dengan belaian-belaian tanganku pada memek dan kedua buah payudaranya.

Aku membungkuk ke depan dan mulai mengulum tetek Mama sementara
tanganku
yang lain meremas remas tetek yang lain. Membelai dan memencet
pentilnya
yang mengeras. Kedua tangan Mama menggenggam batang kontolku dan aku
mendorong ke memeknya

Di tengah desisan-nya Mama melenguh ketika ujung kontolku menyentuh
memeknya. Di tariknya tanganku ke dalam. Mama kemudian duduk di bibir
bak
mandi dan kemudian mengangkang-kan pahanya. Ku himpitkan badanku ke
tubuh
Mama, wajahku ku susupkan dicelah kedua bukit payudaranya.

Ku hisap yang satu.. kemudian yang lain. Tangan Mama lagi lagi
mencengkram
batang penisku dan kemudian mendorongnya masuk ke dalam memeknya.
Kurasakan
hangat dan basah, dan kemudian kudorong dengan pinggulku, hampir
setengahnya, kemudian kurasakan sudah tidak bisa masuk lagi.

“Sshh…egh..!” Mama mendesis.

Aku mulai memompa kontolku keluar dan masuk, mulutku tetap mengulum
kedua
teteknya bergantian. Semakin lama semakin cepat aku memompa, dan
kemudian
terasa aku akan keluar lagi.

Mama mulai ikut memompa, menyambut tusukkan-ku. Menggelinjang dan
mengerang.
Tidak berapa lama kemudian Mama mengerang agak keras, dan aku bisa
merasakan
badannya tergetar sewaktu ia berteriak tertahan. Batang Kontolku
kemudian
menjadi semakin basah saat cairan hangat dan kental keluar dari
memeknya.

Aku masih terus bertahan memompa, dan kemudian, sewaktu aku merasa
akan
keluar, kudekap pantat Mama erat-erat dan ku benamkan batang kontolku
sedalam dalamnya. Kontolku kemudian meledak, semprotan demi semprotan
air
mani keluar, jauh didalam memek Mama. Separuh orgasme, kutarik keluar
dan
kukocok, air mani keluar lagi membasahi tetek Mama. Kugosok - gosokkan
ujung
penisku di kedua pentil nya yang membesar. Kemudian kutekan kedua
bulatan
payudara Mama dan menyusupkan batang kontolku di celah antara
keduanya.
Kugosok gosok kan terus sampai air maniku berhenti keluar. Mama
tersenyum,
dagu, leher dan dada Mama penuh dengan air maniku. Entah berapa banyak
air
mani yang kusemprotkan waktu itu. Pada semprotan yang terakhir, aku
melenguh
keras. Takut jika ada yang mendengar..Mama mendekap kepalaku di
dadanya.

Setelah itu kukenakan blue jeansku, sambil tersenyum malu aku keluar
dari
gudang itu. Sewaktu menutup pintu kulihat Mama mengguyur tubuhnya dan
mulai
menyabuni pangkal pahanya. Sungguh sexy dan aku terangsang lagi.
“Mandi
berdua dengan Mama ? Wow !” pikirku. Aku masuk lagi ke dalam. Mama
melihatku
mengunci pintu dan tersenyum kearahku penuh arti.

CERITA 2
Perawan Pembantuku

Umi pembantuku yang asli Parakan memiliki kulit putih meski tidak mulus, dengan wajah lugu khas gadis desa, dia masih berumur 18 tahun dan hanya lulusan SD karena orang tuanya buruh tani tembakau di kampungnya. Umi sangat rajin bekerja membantu istriku dan juga mengasuh kedua anakku. Pada saat anak sulungku mulai masuk sekolah SD, istriku minta pindah di kampung dan Rafa sekolah dikampung saja dekat dengan orang tua atau mertuaku. Karena aku bekerja dari pagi sampai malam, maka umi tetap ikut denganku di Jakarta, apalagi di rumah mertua sudah ada pembantu. Dari sini kisah hilangnya keperawanan umi dimulai Malam itu sepulang dari kantor aku merasa agak meriang dan sedikit pusing, aku meminta Umi membuatkan teh panas, dengan cepat umimengantar teh yang kuminta, dia masuk ke kamar saat aku masih tiduran. �Umi, kamu bisa kerokin bapak nggak?..� �bisa pak, tapi sebentar umi cuci tangan dulu pak..� dia ke dapur menaruh nampan dan mencuci tangan, kemudian dia sudah masuk lagi ke kamarku�.aku melihat TV diruang tengah masih menyala, ternyata umi masih melihat sinetron dan lupa mematikan TV. Aku membuka kaosku dan hanya tinggal mengenakan celana kolor saat umi mulai duduk di ranjangku dan bersiap melakukan tugasnya mengeroki punggungku��jangan keras-keras ya, aku nggak kuat sakit�� umi hanya mengangguk..kurasakan gerakan tangan umi yang agak canggung ketika dia mulai mengusap punggungku dengan minyak gosok�selesai mengerok rata punggungku aku berpaling �umi sekarang bagian depan digosok pake minyak aja, jangan dikerokin yah..� dia kembali mengangguk..dan saat dia mengusap dadaku tiba-tiba ada persaan nafsu menjalar dari otakku�Umi yang masih lugu kelihatan menjadi dewasa saat memoles lembut dadaku, aku lihat wajahnya masih malu-malu�malam itu hujan gerimis di langit Jakarta dikamarku aku sedang di belai oleh pembantuku�rumah sepi hanya suara gerimis dan suara televisi saja yang ada sehingga otak normalku semakin tenggelam dalam lautan birahi. � Umi, pintu depan sudah dikunci?..� �sudah pak..� kurasakan suara umi sedikit bergetar, aku merasa yakin kalo Umi juga mulai merasakan getaran nafsuku..�pak sudah selesai khan�umi keluar dulu pak� tiba-tiba dia minta ke belakang..�belum selesai um, di bagian dada masih sakit ni..� aku mulai memamncing sambil tanganku memegang celana kolor menahan penisku yang mulai membesar� Umi kembali memberi minyak gosok ke dadaku..setelah selesai memggosok aku meminta umi meijit kakiku, sembari terlentang aku sengaja membiarkan penisku sedikit menyembul keluar dari celana kolorku sehingga kepala penisku yang sudah besar dapat dilihat oleh umi. sambil memijat kakiku umi sesekali melirik ke celana kolorku, aku yakin dia juga suka melihat penis besarku�.�sudah selesai pak�..�..kali ini aku biarkan Umi keluar dari kamarku dan membersihkan tangan di kamar mandi. Aku yang sudah dipacu nafsu mulai kebingungan sendiri, bagaimana cari akal agar bisa menyetubuhi umi pembantuku�otakku mulai berhitung iya..tidakk..iya�tidak�karena nafsu yang lebih menguasai maka aku dapat akal, sambil nemenin dia lihat sinetron sesekali aku bertanya..�Umi di kampung udah punya pacar belum..?� �sudah pak, tetangga di desa.� �dia bekerja dimana?� � di Temanggung pak, jadi penjaga malam di kantor BPR..� �eh, kalo lagi pacaran pacar umi pernah minta cium nggak?..� �ah, bapak masa nanya nya kayak gitu�malu pak..� ..�ya nggak boleh malu donk, umi khan sudah besar dan sudah boleh lebih dari sekedar ciuman kok�� dia hanya diam tersipu malu, sementara hujan mulai deras dan nafsuku mulai tidak bisa kukendalikan��umi, kalo bapak nonton film, umi mau nemenin yah�?�..�film apa pak��..�nanti kita lihat sama-sama.� Aku masuk ke kamar dan mengambil kepingan VCD koleksi dari Vivid Production aku masukan ke player DVD dan mulai nampak dilayar ekstra film tsb�umi kaget begitu tahu filmya begituan, dia berdiri dan merasa malu..�saya masuk kamar saja pak, malu lihat film begitu�� dia berdiri dan aku tahan..�tunggu umi khan belum pernah lihat film seperti ini to, nanti bisa buat belajar sama pacar umi di kampung��..�tappi ppak�� �udah duduk aja kalo perlu umi buat teh lagi biar nontonnya tambah asyik�� aku melihat reaksi umi antara malu, takut dan juga kepingin lihat film blue yang aku stel, dia duduk tegang didepanku, sementara aku duduk di sofa hanya mengenakan celana kolor dan kaos singlet, celana dalam sudah aku lepas sehingga penisku tampak semakin beringas�. Ketika adegan ciuman umi masih biasa saja, tetapi ketika adegan si cowok menjilatin memek ceweknya,umi mulai kelojotan�aku biarkan dia dengan ekspresinya sendiri��umi pernah seperti itu�?�..�b.bellumm pak..� dia gugup dan tanpa dia sangka aku sudah memeluk lehernya dari atas, dia kaget tapi tidak melawan..�ah..bapak, jangan pak�umi masuk saja ya pak�.� dia berkata begitu tapi reaksi tubuhnya berbeda dengan ucapannya�dia terpaku saat aku cium lembut lehernya�dia diam ketika aku tempelkan bibirku di hidungnya..trus turun kebibirnya yang kecil�dia mulai bereaksi ketika lidahku menyapu bibirnya dan mulutnya reflek terbuka�.nafsu sudah menguasai kami berdua hujan dan petir diluar mendukung acara kami malam ini. Saat aku asyik memasukan lidahku ke mulutnya umi masih ragu dan malu-malu..tanganku mulai berani membuka kaos yang dia kenakan�kini dibalik BH nya aku menelusupkan tanganku dan meremas teteknya yang kecil tapi padat�aku buka BH nya umi hanya melenguh..�ugh..ghhh..� dengan napas yang mulai tidak beraturan tangannya aku tuntun membuka celana kolorku dan dia sudah berani memegang penisku yang sudah mengeras��agh..ghhaghh�� ketika dia mulai berani mencium penisku aku telah membuka rok dan celana dalamnya� kulihat pemandangan sangat indah didepan mataku�memek umi yang menyembul diantara pahanya dengan rambut yang masih sedikit sangat merangsang untuk aku cium..kalo tadi hanya lihat diVCD sekarang aku dan umi bikin film sendiri..dia sudah lupakan siapa dia siapa aku..hanya nafsu yang jadi sutradara kami malam ini�aku jilatin memek umi secara merata�dia yang tadi asyik menciumi penisku mulai menggelinjang ketika kubaringkan di sofa dan kubuka kedua pahanya sehingga klitorisnya menonjol�aku jilatin pelan-pelan aku hirup aroma kenikmatan perawan klitoris umi�aku cucup dengan bibirku.. �Oughrrr..oughh�hhhhhrr.. pp.ppak�., � umi menggelinjang hebat dia lepaskan penisku dari bibirnya dan membalik mencari bibirku..kurasakan bibir umi sangat dingin, dia sudah sangat ingin disetubuhin�matanya sayu penuh harap..ketika aku bimbing tangannya untuk menuntun penisku dia agak taku..�p.pakkk, umi takutttt�.� tapi kalimat itu hanya simbol keraguan yang dibungkus keinginan dan nafsu yang sudah menggelora�dengan sangat telaten aku bimbing tangannya menuntun penis ku ke lubang memeknya��hekgh�ghggghhh�� kurasakan sedikit susah meski memek umi sudah sangat licin dengan cairan yang keluar serta air liurku�sekali lagi aku tekan shrreetttt�.blesssss aku dorong begitu penisku menemukan jalannya..�ahhhkkhh sakittt pak..ahhhgg�.� Aku diamkan sebentar penisku didalam memek umi yang berdarah..darah segar perawannya telah aku tumpahkan disofaku�.aku ciumin tetek umi dia mulai terangsang dan melupakan sakitnya, dengan lembut aku cium bibir nya dan membiarkan penisku tetap tenang dan sesekali aku tarik pelan sesuai irama goyangan pantat umi..dia mulai kehilangan rasa sakit dan berganti dengan rasa yang baru dia dapatkan..sensasi penisku di dalam memeknya�.aku mulai menaik turunkan pantatku�penisku keluar masuk secara teratur�umi mulai menikmati gerakanku..�oukh..oukh�umi enak khan?..� ..�i.i.y.yya pppakkk, tadi sempat sakit, tapi sekarangg �eghrrr uennak..p.p.pakkkk�� ..lenguhan dari bibir umi semakin keras ..�ouhh�ouh�ouh�ouh�oughhh�.ouh�� aku imbangi dengan desisan dan rasa menahan kenikmatan yang luar biasa��eghrrrhghgh�.� ketika denyut di memek umi semakin kencang dia menjerit..�aukhh..oughhhhhh pakkkkkk.. umi mggak kkkuuaaatttttt aughhhhh � dia menggelinjang dan menggigit bahuku �hegh..heghhhhhhhhhh..pppakk oughhh�� Aku merasa denyut yang luar biasa dan kurasakan umi sudah mencapai orgasme penisku seperti disiram dari dalam�.aku diamkan sebentar menunggu umi lemaskan tubuhnya�penisku masih menancap gagah di memeknya ��p.ppakkk, ..� belum selesai dia bicara aku kembali menaik turunkan tubuhku..aku mulai ronde kedua tanpa berhenti�sambil keluar masukan penis di memek umi, aku terus mencium belakan telinganya dan juga puting susu umi aku gigit-gigit pelan�dia terangsang lagi��ogh..ough..umi..aku mau dapat nih�aughhhh�� umi bingung sendiri karena dia juga merasakan penisku seperti keras sekali didalam liang memeknya..denyut memek umi yang tak beraturan semakin membuat penisku siap memuncratkan air kenikmatanku��akhghhh, umi..aghk�enak sekali..um�aghh��.�..� ayo pak..umi juga nggak kuat pakkk..aghhhhrrr�� tanpa berpikir lagi aku semprotkan air maniku di dalam memek umi��aggghhhhhh..ghhhrrr..aghhhhhh..�aku keluar..�oughhh..p.pakkk yang ini lebih ennnakkkk pakkkkk..aghhhhrrhhrrrr�� Umi juga keluar lagi empot memek umi semakin kencang�kami dapat bersama..kepuasan yang tiada tara�.setelah selesai melemaskan tubuh umi seperti kaget dengan semua yang terjadi�..dia memakai roknya meski masih berkeringat..dia lari ke kamar mandi dan menangiss�.tangis kenikmatan tangis penyesalan semua menyatu�aku diam sejenak kemudian ke kamar mandi yang ada di kamar membersihkan tubuhku..aku mandi�.selesai mandi aku keruang tengah tempat aku merampas perawan umi..aku duduk di sofa tadi sambil minum teh�aku nggak mau tahu apa yang sedang umi pikirkan�aku beranjak ke kamarnya..dia baru selesai mandi dan sedang mengganti baju��pakk, umi takut pak��..�tenang umi, jangan takut yah..�..�umi takut hamil pak�kalo umi hamil bagaimana pak..?� �aku berpikir, dulu ada teman berpesan untuk menjaga agar tidak hamil harus banyak minum soda setelah ML, ..�umi jangan takut, di kulkas ada sprite, umi bisa minum biar nggak pegel-pegel saja�.�.aku tidak bilang apa-apa�aku peluk lagi tubuh umi..dia masih sesenggukan��sekarang umi masak mie goreng saja kita makan berdua yok�� dia langsung ke dapur dan membuat dua piring mie goreng untuk kami���������������. Setelah satu bulan tanpa terjadi pengulangan ternyata umi tidak hamil��pak, umi dapat mens hari ini..��aku lihat ketenangan di wajah dia dan juga sedikit senyum rahasia dibibirnya��brarti besok kalo sudah selesai kita boleh begitu lagi donk..?��.�ah, bapakk, bisa aja��.� hari-hari ini aku merasa tenang karena umi bisa melayaniku apa saja, jadi kalau tidak pulang ke kampung aku selalu minta jatah umi, apalagi setelah dia cuti pulang kampung dia bilang pacarnya Yono mau melamar dia tahun depan, dan dia juga cerita kalo selama satu minggu di kampung dia dan yono sudah tiga kali bersetubuh�.Yono juga tidak tahu kalo umi sudah tidak perawan�.siapa yang kasihan�yono, umi atau aku�coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

CERITA 3
Putri Keraton


Panas terik di jalan lurus beberapa kilometer memasuki kota Cirebon tidak menghalangiku untuk terus memacu kendaraan dengan kecepatan cukup tinggi dari arah ibukota pada siang hari itu.

“..demikian, yach sambil istirahat setelah seharian nyangkul begitu”, suara centil manja itu memancar dari frekuensi radio komunikasi yang terus kubuka dari tadi sambil menscan frekuensi yang sedang dipergunakan.

Segera kumatikan modul scan di pesawatku agar tetap dapat memonitor frekuensi tersebut..

“Jadi sekarang sudah di 85 correct?” suara seorang pria sejurus kemudian yang meminta konfirmasi apakah sudah ada di rumah
“10-4?, kembali suara manja itu menjawab yang berarti membenarkan
“Wah.. wah.. wah.. wah.. sudah banyak duitnya nich siang begini sudah ada di rumah”, kembali sang pria menimpali..
“Ya ngga jugalah.. duit mach tetap butuh”.
“Break”, sahutku menyela pembicaraan di antara spasi
“Kirain sudah punya banyak duit.. ya dibagi-bagi ke sini”, sahut pria tersebut
“Mas, ada yang mau masuk tuch silahkan di handle dulu sayanya 10-23 sebentar”, suara centil manja tersebut menginformasikan kehadiranku kepada rekannya..
“Yang break silahkan masuk”,
“Selamat siang.. di sini Elmo Mas dalam line bergerak menuju Cirebon”, sahutku segera memperkenalkan diri
“Selamat siang juga yang handle di sini Boom.. darimana hendak ke mana Mas?”
“Dari Kotaraja menuju ke Cirebon gitu”, penjelasanku padanya
“Silahkan dipergunakan frekuensinya mungkin ada sesuatu yang ingin di sampaikan”, sahutnya memberikan kesempatan padaku
“Oh.. tidak ada Mas cuma ingin nimbrung saja, sehubungan klo ngga ada yang ada di ajak bicara sayanya suka ngantuk nich”.
“Emang berapa personil di gerobak dan dalam rangka apa nich? Liburan begitu..?”

“Negatif Mas.. dalam rangka dinas begitu dan di gerobak sendiri saja, makanya perlu teman ngobrol begitu”
“Mas Elmo.. Boom kembali di sana ada lowongan ngga Mas klo ada boleh donk ajak-ajak saya”, pintanya
“Hmm.. anda itu memakai kacamata ngga? apakah penglihatannya masih cukup jelas?” tanyaku padanya
“Masih.. masih jelas, tidak memakai kacamata”.
“Pendengaran gimana, baik atau sudah menggunakan alat bantu?”
“Masih baik”.
“Rambut.. apakah sudah memutih?”
“Ya.. Mas, rambut mach masih hitam semua belum ada yang putih umur juga baru kepala 2?, sahutnya kembali menegaskan
“Berarti masih kuat lari betul?”
“Betul.. ngomong-ngomong mau dikasih kerja’an apa sich koq bertanya begitu..?”
“Lha.. saya ini khan raja maling, makanya saya bertanya itu supaya memenuhi persyaratan.. mata harus awas, supaya saat kebagian tugas jaga bisa mengawasi klo-klo ada hansip atau ronda lewat, telinga harus baik biar saat tugas buka gembok atau kunci tetap bisa mendengar suara klo ada yang mau nangkap, rambut juga harus hitam biar bisa sembunyi dalam kegelapan ngga ketahuan.. dan terakhir ya harus bisa lari cepat klo ketahuan.. klo ngga khan ya ketangkep begitu.. dik” jelasku padanya..
“Hahaha.. hahahaha.. hahahaha..”, suara centil manja itu kembali berkumandang
“Ujug buneeng..”, Boom tertawa kecil juga..
“Ya.., salam kenal juga buat Mas Elmo yang sedang dalam perjalanan hati-hati semoga selamat sampai di tujuan”, katanya menyalami ku..
“Salam kenal juga semoga sehat selalu.. klo boleh tahu siapa nich yang handle?” tanyaku pada pemilik suara centil manja itu..
“Di sini Vera gitu Mas Elmo”.
“Vera.. Elmo kembali.., iya dach salam buat keluarga yang di rumah semoga sejahtera selalu”.
“Mas Elmo kayanya.. humoris yach”.
“hahaha.. yach tergantung situasi begitu neng Vera, kadang serius kadang bercanda juga, klo serius terus mach bisa mati muda nanti”
“Berapa lama begitu Mas di kota udang?”
“Rencana sich cuma seminggu aza, .. tapi lihat nanti aza dach”.
“Sudah sering ke Cirebon gitu Mas Elmo?”

“Jarang juga.., .. ngomong-ngomong apa yach makanan yang khas dan enak gitu?”
“Hmm.. di sana ada nasi lengko, ada juga nasi jamblang.. trus empal gentong juga enak.. sama tahu gejrot dach”, sahutnya berpromosi
“Klo siang-siang begini enaknya makan apa yach..?”
“Itu aza Mas Elmo.. nasi lengko yang ada di xx”, informasinya..
“Terimakasih atas informasinya.. mau ikut menemani?” ajakku padanya
“Lain kali dech Mas Elmo.. sekarang sich saya sedang sibuk”.
“Oh ya sudah.. mudah-mudahan lain kali kita bisa kopi darat begitu”.
“Harapan Vera juga begitu yach.. hati-hati sajalah.. jadi makan siang di sana?”
“Yup, .. dan terimakasih nich atas obrolannya siang hari ini yang telah menemani saya hingga masuk ke Cirebon”.
“Sama-sama.. Vera juga senang bisa ngobrol dengan dirimu dan silahkan masuk ke frekuensi ini lagi klo ada waktu”, ajaknya manja..

Demikianlah sepenggal pembicaraan siang hari itu, dan sesungguhnya apa yang dikatakan Vera itu tidaklah salah memang tempat makan yang ditunjukkan adalah favoritku juga dan itu tidaklah asing oleh karena cukup sering saya mengunjungi kota Cirebon ini.

“Nasi lengkonya 1 porsi Mas”, pintaku di pintu masuk sesaat setibanya di sana
Kemudian kupilih salah satu meja yang kosong di tengah
“Minumnya apa Mas Elmo?” tanya suara halus dari belakang

Kontan saja aku terkejut oleh karena tidak banyak yang mengenal namaku demikian dan dalam diamku kemudian dia menyodorkan tangannya

“Vera”, seraya tersenyum manis
“Oh.. ugh.. oh”, aku tergagap mendapat kejutan seperti itu

Sungguh tak ku kira kini di hadapanku hadir seorang wanita berkulit putih dengan rambut tergerai sedikit melewati bahu dan postur tubuh yang cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia namun berimbang.

“Koq.. bengong aza”, ujarnya mengingatkanku
“Abis.. ada bidadari sich.. yuk silahkan duduk”, sahutku seraya menggeser tempat duduk dan mempersilahkannya untuk berada di sampingku

“Koq tahu mengenai aku?” tanyaku setelah dia duduk
“Yach khan katanya jadi makan di sini terus tadi aku sudah tiba duluan dan lihat mobil kamu yang lengkap dengan antenenya trus plat nomornya juga B”, sahutnya seraya memonyongkan bibir tipisnya..

Demikianlah siang itu akhirnya aku makan siang bersama dengan”Vera” yang hingga usai santap siang tersebut belum bersedia untuk mengungkapkan nama sebenarnya dan akupun tidak memaksanya, sebaliknya saat dia minta no HPkupun tidak kuberikan.. wah bisa berabe boo, kalau pas dia telp nantinya pada saat aku bersama istriku.. bisa perang dunia.. namun aku informasikan di mana aku bermalam nantinya.

Begitulah, ketika jarum jam menunjukkan pukul 23. 15 telp di kamarku berdering, ternyata Vera yang menghubungiku.. dan membuat janji untuk kembali berjumpa esok harinya..

Tanpa terasa beberapa hari telah berlalu dan hampir setiap santap siang kulakukan bersama dengan Vera, sedangkan malam hari tidak kulakukan sehubungan dengan tugas yang harus kukerjakan bersama anak buahku untuk mengunjungi klien. Pekerjaankulah yang menuntut demikian, yaitu sebagai sales manager dari sebuah perusahaan farmasi sehingga pada malam hari aku harus mengunjungi dokter dan berbicara banyak mengenai produk dan hal lainnya, terkadang baru usai lewat tengah malam terutama bila harus berkunjung kepada dokter yang memiliki pasien banyak sehingga baru usai pada dini hari.

“Kapan kau kembali?” tanyanya suatu saat setelah beberapa hari ini kita hampir selalu makan siang bersama
“Lusa nich, besok masih masih ada beberapa urusan kantor lagi yang harus kukerjakan”, sahutku
“Oh..”, ada nada kecewa yang dapat kutangkap..

Entah tanpa terasa dalam waktu yang demikian singkat hubunganku dengan Vera nampak sangat akrab dan dekat sekali, walaupun sesungguhnya akupun masih gelap mengenai kehidupan pribadinya yang kutahu hanya sosok dia yang aku kenal apa adanya tanpa melihat kehidupan pribadinya sebaliknyapun demikian, ..

“Nanti malam masih kerja juga?” tanyanya masih ada nada protes

Hgh.., aku terhenyak dengan pertanyaan semacam itu yang menurutku sudah terlalu dalam terbawa emosi

Sambil tersenyum menggoda

“, Kenapa.. mau ngajak kemana emangnya?”
“Jalan yuk..”, ajaknya
“Kemana..?” tanyaku
“Ada waktu ngga?”
“N’tar malam begitu?” tanyaku bingung
“Iyalah.. emangnya kapan lagi?”
“OK.. aku jemput di mana nich?” tanyaku kemudian..
“Hmm di sini dech.. jam 5′an yach”, jawabnya seraya menulis suatu tempat di atas kertas yang kemudian di serahkannya padaku.”.Nanti tunggu aza di halaman parkir ngga usah masuk”, pintanya kemudian

Ternyata tempat yang diberikan adalah nama sebuah bank pemerintah yang cukup besar di kota ini, entah apa jabatannya di sana namun penekanannya yang terakhir memberikan arti bahwa dia adalah salah seorang karyawan di sana.
Sekitar jam 5 sore aku telah tiba di tempat kerja Vera dan lahan parkir sudah cukup lenggang, kemudian aku parkir di tempat teduh yang agak terlindung dari pandangan pos satpam maupun pintu keluar masuk gedung tepatnya dekat dengan bilik ATM sehingga tidak mengundang banyak kecurigaan orang lain.

Tak lama Vera keluar dan segera masuk ke dalam mobilku..

“Yup.. jalan..”, sesaat setelah masuk ke dalam mobil..
“Kemana?” tanyaku bego..
“Bawalah daku pergi..”, senandung centilnya keluar lagi..
“Dari derita ini..”, timpalku menyambut senandungnya.. dan kamipun tertawa tergelak pada sore hari itu.

Dalam keraguan itu akhirnya aku arahkan saja kendaraanku menuju ke arah kota Tegal masuk ke Jawa Tengah dengan kecepatan sedang, pemikiranku klo aku bawa dia masuk ke daerah Kuningan seperti Linggarjati misalnya rasanya terlalu riskan mungkin akan banyak orang yang mengenalnya oleh karena kota Cirebon ini khan kecil banget.. segala sesuatunya mudah tersebar.. bisa berabe nantinya..

“Kemana..?” tanyanya setelah kami sempat terdiam cukup lama dan sibuk dengan pemikiran masing – masing
“Ke arah Tegal aza yach..”, saranku
“Hhhmm.. ok”, sahutnya menyetujui saranku

Kembali kami tenggelam dalam lamunan masing-masing dan kemudian terbersit dalam ingatanku untuk mengajaknya ke Comal, di sana khan ada rumah makan dengan masakan khas kepitingnya yang sangat lezat.

“Kita makan kepiting yach..”, aku memecah keheningan
“Boleh.. di mana?”
“Pernah ke Comal ngga..? di sana ada rumah makan yang masakan kepitingnya enak lho”, promosiku..
“Belum pernah nich”.
“Kenapa sich kamu.. sakit gigi yach?” tanyaku dengan nada bergurau.”.Abis ngomong cuma sepotong-potong gitu”.
“Ach.. Mas Elmo bingung dan malu nich soalnya belon pernah pergi kaya gini nich”, suaranya bergetar manja..

Aku hanya tersenyum saja dan sempat kuperhatikan kembali sebuah cincin melingkar di jari manis kanannya

“Emang suami kamu ngga pernah ngajak pergi berdua untuk makan malam bersama gitu?” tanyaku dengan gaya yakin yang seyakin-yakinnya
“Pernah sich”, akhirnya Vera mulai mengungkapkan kehidupan pribadinya..
“Trus sekarang suami kamu mana? Koq ngga diajak sekalian?”
“Mas Bram.. masih di Jakarta, sudah seminggu.. mungkin lusa baru kembali”.
“Oh.”.
“Dinas”, lanjutnya kembali
“Sudah punya putra berapa?” lanjutku kemudian

Vera hanya menggeleng perlahan dan ada setitik air mata yang bergulir di sudut matanya, namun segera di hapusnya perlahan.. sambil menghela nafas panjang

“Sudah berapa tahun sich kamu menikah?”
“Jalan 7 tahun”, sahutnya perlahan dengan nada lembut dan bergetar menahan emosi
“Hhmm.. sudah konsultasikan ke dokter?” aku terus mengejarnya
“Sudah.. dari diriku semuanya normal”.
“Trus suami kamu?”
“Tidak tahu”, jawabnya singkat..

Kembali kami terdiam dalam renungan yang dalam sementara lampu penerangan jalan sudah mulai menyala menambah sendunya suasana sore hari ini.

“Mas Bram adalah lingkaran dalam keraton Kxx, dan layaknya keluarga ningrat mereka selalu menyalahkanku yang tidak mampu memberikan keturunan buat mereka. Dahulu kami tinggal di dalam keraton, namun sekarang tidak lagi sebab saya tidak tahan dengan perlakuan mereka, namun saya juga tidak bisa memaksa Mas Bram untuk berkonsultasi ke dokter..”, keluhnya dengan nada kelu dan tertekan..

“Apakah kamu pernah meminta suamimu untuk memeriksakan dirinya?” tanyaku melanjuti
“Tidak mungkin Mas, dalam keluargaku istri harus tunduk pada suami dan yach itulah takdirku”, bicaranya mulai tak jelas dan berakhir dengan ledakan tangisnya

Kubiarkan Vera menangis untuk menumpahkan kegundahannya hanya saja kuberanikan diri untuk mulai mengusap rambutnya dan berusaha menenangkannya.. usapan lembut dan penuh kasih sayang itu dapat menenangkan emosinya. Tanpa terasa kota Tegalpun sudah tertinggal di belakang dan 2 jam telah berlalu hingga kami tiba di tempat yang dituju dan suasana rumah makan yang temaram dengan lampu penerangan secukupnya menambah romantisnya suasana malam itu, sementara pikirankupun terus bermain entah apa maksudnya Vera menceritakan semua hal itu terlebih dengan upayanya untuk mengajakku kencan malam hari ini. Instingku mengatakan Vera menginginkan benih dariku untuk menyemai rahimnya yang tidak pernah tersentuh benih hidup yang membuktikan jati dirinya sebagai wanita.

Sikapku yang mesra dan gentle seperti membukakan pintu mobil tadi saat dia masih sibuk memperbaiki dandannya di mobil kemudian menarikkan kursi untuk Vera duduk, dapat sedikit menghilangkan kekakuan sikap kami bahkan sudah mirip seperti sepasang merpati yang sedang memadu kasih terlebih daerah yang kumasuki ini tidak banyak berhubungan dengan tempat tinggal Vera sehingga lebih memudahkan kami untuk beradapatasi.

Selesai santap malam, kembali sikap gentle kutunjukkan dengan membukakan pintu mobil baginya dan Vera membalas dengan senyum manisnya, dan sebuah kecupan tipis mendarat di pipiku sesaat setelah aku duduk di belakang kemudi.

“Thanks yach”, ucapnya lembut dengan mata sendunya

Aku hanya tersenyum dan membalas dengan mengusap lembut pipinya.. Kemudian kuarahkan mobilku untuk kembali menuju ke kota Tegal dengan satu tekad yang berkecamuk di benakku untuk dapat meniduri Vera malam hari ini. Tidak sulit bagiku untuk mendapatkan hotel yang terbaik di kota ini oleh karena memang bagian tugas dariku untuk harus berkeliling sehingga hubungan bisnis perusahaanku dengan hotel cukup baik sehingga tidak sulit untuk mendapatkan kamar yang kumau. Satu hal yang mendukung rencanaku juga adalah Vera tidak bertanya dan nampaknya diapun siap untuk menerima resiko tersebut, sementara pikiranku berencana demikian peniskupun sudah tidak mau kompromi lagi dengan mengembang maksimal sehingga ada juga rasa nyeri

Sesaat pintu kamar hotel kukunci segera kupeluk Vera yang diam pasrah dengan mata tertutup rapat.. kukecup lembut keningnya tepat di belakang pintu kamar hotel, turun sedikit kecupan kuarahkan ke mata kanan, kiri, hidung dan pipi..

Dengan tangan kiri kuangkat dagunya perlahan sempat Vera membuka matanya dan memandang sayu, sebelum tertutup kembali. Semakin dekat bibirku ke bibirnya desah nafas hangat yang memburu menerpa sebagian wajahku, kemudian dengan lembut kuletakkan bibirku di atas bibirnya yang merekah membuka basah siap dan pasrah. Kecupan lembut tersebut menambah riak gelombang birahi untuk semakin memuncak dan dengan perlahan kujulurkan lidahku untuk menyentuh ujung lidahnya yang tersentak berdetak sebelum maju perlahan menelusuri panjang lidahku ditambah dengan hisapan lembut membuat lenguhnya muncul perlahan disertai dengan tubuh yang melemas..

“Hhmmhh..”, desahnya saat kulepaskan bibirku dari pagutannya yang sedikit mulai liar..

Perlahan kususupkan jari jemariku mulai dari punggung ke tengkuk dan terus naik ke atas menyibakan rambut sebahunya dan secara bersamaan Vera menengadah memberikan lehernya yang jenjang untuk kukecup.. jilat perlahan mulai dari leher sebelah kiri menuju ke telinga belakang kiri diiringi dengan nafasku yang semakin memburu.. dan berakhir dengan lenguhan panjang dari Vera.

“Aaagghh.”.

Kemudian kulepaskan blazer biru tuanya sehingga segera nampak pangkal lengannya yang mulus oleh karena Vera menggunakan lengan buntung dan kembali kukecup pangkal lengan sebelah kiri tersebut sementara jari jemari tangan kananku mengusap lembut pangkal lengan yang satunya dan berakhir dengan genggaman tangan kami yang menyatu.

“Mas Elmoo.. aagghh”, desah Vera bergetar

Matanya kembali memandangku sayu dan perlahan dalam pelukanku kutuntun dia untuk mendekati ranjang. Kubukakan kancing demi kancing bajunya sementara Vera terus memandangku sayu seolah mengatakan lakukanlah.., dan segera setelah seluruh kancing baju tersebut terbuka, kudapati dadanya yang sangat putih mulus dengan bra berwarna gading dengan renda-renda kecil di bagian atasnya.. Kukecup.. kujilat seluruh bidang dada yang tidak tertutup bra, kuhirup dalam-dalam bau harum lembut yang semakin santer menerpa hidungku membuatku melayang untuk senantiasa memperlakukannya secara lembut dan bersama menari di atas ombak gelora cinta yang menjilat bak lidah api.. berakhir dengan dekapan eratku pada Vera. Kubuka tali pengait branya dan segeralah tersembul buah dada yang selama ini mungkin hanya dilihat oleh suaminya, tidak besar dengan puting berwarna merah muda yang menjungkit menantang untuk di sentuh. Kulanjutkan untuk membuka risleting roknya sebelum perlahan ku baringkan Vera di atas ranjang yang empuk.. sementara suhu ruangan masih belum terasa dingin oleh karena hembusan lembut udara ac belum cukup lama untuk menyejukkan udara kamar.

Vera hingga saat ini masih bersikap pasif dan pasrah seperti layaknya putri keraton yang menerima keadaannya.. dan sekarang kutindih tubuhnya dengan sebagian tubuhku dan kembali kupermainkan leher jenjang kanannya hingga ke belakang telinga dengan iringan rintihan Vera yang mendesah lembut laksana irama jazz. Kecupankupun terus turun menuruni garis lehernya secara perlahan untuk kembali mendaki bukit gunung kembar yang mungkin selama ini hanya mengenal sentuhan seorang lelaki, sementara aku adalah lelaki ke dua yang beruntung untuk bisa menyentuh dan menghisapnya dengan lembut.. di iringi belaian ringan jari-jariku mengusap seluruh permukaan kulit bukit kembar tersebut

Hentakan tubuh Vera diiringi dengan gerak reflex tangan yang berusaha menangkap tanganku dan menekannya secara kuat ke payudaranya disertai dengan tekukan lututnya serta mata terpejam dengan kuat dan rapat menandakan gejolak dalam birahinya yang tak tertahankan berusaha menerobos keluar. Ketelusuri lekuk tubuhnya untuk menggapai tepi celana dalamnya dan segera kuturunkan dibantu oleh Vera yang mengangkat pinggulnya. Oh.. indah sekali bentuk rambut halus hitam yang tertata rapi bagaikan hamparan rumput hitam dengan panjang yang seragam dan terawat baik. Tekanan ringan pada kedua pinggulnya serta hisapan lembut di pundaknya kembali menyentakan Vera disertai dengan jeritan lirih.

“Arrgghh..”, diiring dengan tekanan pinggul Vera untuk melawan ke atas. Jilatan demi jilatan kembali merayap menuruni belahan tengah buah dadanya, menuju ke perut dan secara reflekpun Vera mempersiapkan jalanku dengan membentangkan kedua belah pangkal pahanya dengan gerakan alami. Tanpa kesulitan dan dengan perlahan kecupan bibirku bisa sampai di belahan tengah bibir bawahnya yang disambut dengan mengalirnya cairan putih bening kental dalam jumlah cukup banyak berkelok-kelok seperti anak sungai membasahi rerumputan akibat terbukanya bendungan yang menjadi tanggul dari cairan tersebut. Jilatan sedikit kasar untuk mengangkat cairan tersebut dan diakhiri dengan hisapan kuat untuk membersihkan seluruh aliran kental anak sungai ini terasakan bagai dibetotnya sesuatu yang ada di dalam dan meluluh lantakan tulang belulang di tubuh..

“El.. mo..”, jeritan Vera diiringi dengan gerak liar pinggulnya dan tarikan kuat mencengkram bed cover yang belum diangkat saat kulakukan hisapan kuat tadi.
“El.. mo.. masukkan aku ngga kuat lagi”, pintanya dalam nada bergetar mengharap.

Segera kubuka kaos yang sedari tadi belum kulepaskan demikian juga seluruh pakaian yang masih menyelimuti tubuhku. Ketika aku mulai menindih tubuh mulus Vera, sensasi kulit nan lembut menyengat seluruh saraf sensitive di tubuhku dan mengakibatkan urat-urat di penisku menyembul dengan kuat memberikan guratan biru tegas membekas. Secara reflek Vera kembali menekukkan lututnya dan bebas membuka memberikan jalan bagi penisku untuk segera memasuki relung vaginanya.

Vera kembali memandangku sayu dan berkata perlahan,

“Lakukanlah.. aku rela bersamamu”.

Perlahan kuarahkan penisku untuk bisa mulai menelusuri lorong kenikmatan dengan relungnya yang kuyakin akan menjepit kuat dan ketika kujumpai ujung lorong tersebut perlahan kuturunkan penis tersebut untuk mulai menerobos lorong kenikmatan membor layaknya paku bumi diiringi dengan mata Vera yang terus meredup dan terpejam seiring dengan gigitan pada sudut bibirnya untuk menambah sensasi kenikmatan yang mulai berjalan. Sebaliknya kurasakan juga sodokan perlahan penisku serasa membuka lipatan-lipatan lunak yang tak berujung terus ke dalam diikuti dengan jepitan kuat sesudahnya memberikan sensasi yang tak terkirakan.

“Aaakkhh..”, erangan panjang Vera disertai dengan mengejang kakunya seluruh tungkai kaki Vera yang panjang mengakhiri perjalanan penisku untuk mencapai lorong yang paling dalam sementara remasan kuat di bed cover menandakan perjalanan kenikmatan Vera yang masih belum berakhir.

Buah dada kenyal tepat berada di bawah dada bidangku dan bisa kurasakan kehangatannya yang terus berdenyut mengalir membawa gelombang birahi bertalu-talu. Sunggingan senyum manis Vera menghias ujung bibirnya ketika mata bening itu bertatapan dengan mataku dalam jarak yang begitu dekat diiringi dengan lenguh nafasnya yang tetap memburu semakin menggila dan kedutan halus malu-malu dilakukannya dengan tetap memandangku diiringi dengan senyum manisnya.

“Hebat.. teruskan”, pujiku untuk menambah kepercayaan dirinya bahwa apa yang dilakukannya bukanlah suatu hal yang tabu dan memang diperlukan untuk dapat menambah nikmatnya hubungan kami. Pujianku memberikan keberaniannya untuk segera melakukan manuver tersebut dan seiring dengan kembali terpejamnya mata lentik tersebut, remasan kuat berirama mengurut penisku yang membangkitkan seluruh titik saraf di tubuhku untuk terpusat pada gerakannya.. remasannya..

Perlahan kulakukan perlawanan dengan menggenjot penisku untuk mengimbangi remasannya diiringi dengan lenguh nafas yang terus memburu seperti derak bantalan rel kereta yang dilalui.

“Hhshshshhshhs..”, dengus nafasku tak dapat kekendalikan
“Uuugghh.. uugghh..”, Vera tak kalah serunya merintih

Buliran keringat sebesar jagung mulai membasahi keningku dan menetes di dadanya, demikian juga butiran keringat Vera mulai membasahi tubuhnya khususnya di pundaknya sehingga geraian rambut yang basah dan menempel pada pundaknya menambah pesona memompa birahiku untuk mendaki mencapai puncaknya

Gerakanku semakin seirama dengan hentakan pinggul Vera apakah demikian kuatnya ikatan emosi sehingga tak terlalu lama bagi kita untuk menyatukan irama gerakan kami akupun tak tahu namun hentakan menghunjam semakin kuat dan cepat dan berakhir dengan..

“Ellmmoo”, teriakan Vera sesaat sebelum aku mencapai puncaknya

Tubuh Vera mengejang sesaat sebelum akhirnya membujur lemas diam tak bergerak, wajah ayunya meninggalkan buliran keringat halus yang membentuk guratan halus ketika kuraba menuruni leher jenjangnya dan berkilap tertimpa cahaya lampu kamar. Tak bosan kupandang wajahnya yang memang ayu. Tak lama Vera mulai membuka matanya dan memandangku kembali dengan senyum khasnya, sebagai balasannya ku angkat penisku perlahan dan secara reflek Vera berusaha menahanku untuk tetap berada di dalamnya, namun tetap kuangkat perlahan dan segera kubalikan tubuh lemas Vera. Kupandang punggung halusnya dengan beberapa helai rambut yang tetap menempel basah oleh keringat, kuraba perlahan menyingkap helai-helai rambut tersebut untuk mendapatkan punggungnya secara utuh. Buliran keringat nampak jelas pada kedua belah bahunya menggodaku untuk kembali menjilatnya dan terus merayap ke atas menelusuri leher jenjangnya dan membasahi rambut-rambut halus yang tumbuh di sekitar tengkuknya dengan air liurku.

Rintihan nikmat kembali terdengar seiring dengan bangkit kembalinya gelora gairah yang sempat mendatar tadi setelah mencapai puncaknya,

“Eegghh.”

Permainan jari-jariku yang merayap naik turun menelusuri seluruh lekuk tubuh Vera segera memicu kembali adrenalinku terlebih rintihan nikmat tersebut semakin cepat memburu dan hanya membutuhkan waktu yang teramat singkat untuk segera membangkitkannya.

Kembali kutindih tubuh Vera dari belakang dan kuarahkan kembali penisku yang sedari tadi tetap menegang, sementara belahan kaki yang tampak sangat indah tersebut kembali terbuka lebar menyisakan lubang yang masih terbuka dan berdenyut halus dengan lendir yang membasahi sekelilingnya. Kuingin memasukinya kembali secara perlahan dan menikmati sensasi kenikmatan saat kumasuki relungnya tersebut secara perlahan dengan jepitan yang kurasakan lebih kuat lagi..

“El.., cee.. pat lakukan, aku tak tahan.. Eeell”, rintihnya perlahan namun terdengar jelas.

Perlahan namun pasti terus kudorong masuk penisku hingga mencapai jarak terjauhnya dan segera kuayunkan berirama.

Gerakanku kali ini diimbangi dengan lenguhannya tiap kali ujung penisku menyentuh mulut rahimnya,

“Arrkkh.., terus El.. arrkkhh”.

Semakin lama genjotanku semakin kuat bertenaga seiring dengan memuncaknya sensasi yang kurasakan mulai menumpuk di ujung penis untuk menyemburkan sperma yang sedari tadi tertahan, dan jepitan liang vagina Verapun semakin mantap kurasakan.

Butiran keringat bak pasir di tepi pantai yang membasahi pundaknya kembali keluar dengan derasnya yang segera berubah membesar menyerupai butiran jagung tersebar merata hingga ke punggungnya.. berkilap tertimpa cahaya lampu. Hingga ketika tiba saatnya, ujung penisku berdenyut kencang dan dalam 1.. 2.. tusukan terakhir aku hunjamkan sekuat tenaga dan sedalamnya yang diiringi dengan teriakan Vera disertai gelengan kepalanya yang ke kiri dan ke kanan dengan cepat dan.. srett.. srett.. srett.. semburan maniku menelusuri panjang penisku dan menerjang masuk menabrak dinding rahimnya melemparkan puncak kenikmatan hingga keujungnya dan jatuh demikian terjal dalam kelelahan nikmat yang tak berujung.

“Aaacchh..”, jeritan terakhir Vera sebelum dia kembali terjatuh dan diam dalam kelelahan yang teramat sangat.

Peluh yang bercucuran bercampur jadi satu ketika tubuhku ambruk dan menindih tubuh mulus Vera, bau harum keringat segera membuaiku dalam mimpi terindah bersama Vera.

“Thanks Ver”, ucapku sesaat sebelum ku terlelap
“Thanks juga El”, sahutnya lemah

Luluh lantak rasanya tubuhku malam itu dan terkuras habis staminaku setelah sebelumnya banyak tersita oleh urusan dinas namun apa yang kuberikan saat itu memberikan makna dan kesan yang sangat mendalam di lubuk hati Vera, oleh karena baru kali ini dia merasa begitu dihargai dan diperlakukan manja sebagaimana layaknya seorang istri yang memiliki kedudukan sama.
HOMEPAGE