XtGem Forum catalog
18/05/11
1
23
6257

ENTER +18
FREE VIDEO
FIRST SEX 3GP
HOT MOVIES
ENTER REAL RAPE
SEX FUN
GIRL FRIEND
TOP WAPSITE
online counter

I HAVE WAITING FOR YOU, SARAH .

Namaku adalah Sarah Campbell. Aku sebenarnya bukan orang Indonesia asli jika anda melihat dari nama asliku. Ayahku berasal dari Australia dan ibuku juga sama halnya seperti aku. Dia juga campuran dari belanda dan Indonesia, tetapi bahasa Indonesia-nya fasih sekali tidak seperti ayahku yang hanya bisa mengerti bahasa Indonesia tetapi tidak bisa berbicara bahasa Indonesia. Aku memiliki hobby menonton film horror dan banyak sekali film favoritku yang mungkin bisa sekitar 1000 judul yang tidak bisa kuceritakan satu persatu di sini.
Wajahku cukup cantik menurut orang-orang. Menurut saudara sepupuku, wajahku mirip sekali dengan Neve Campbell dan mungkin karena itu orang tuaku memberi nama Campbell di belakang namaku atau karena ayahku bernama Campbell, aku sendiri tidak tahu. Aku memiliki tubuh berukuran 170 cm dan cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan, payudaraku berukuran 36B dan sungguh kontras dengan rambutku yang berwarna kuning keemasan. Banyak sekali laki-laki di kampusku yang mengejarku, mungkin karena aku satu-satunya bule di kelasku. Aku sendiri tidak tahu.
Ayahku bekerja di sebuah perusahaan finansial yang cukup terkenal di Australia dan dia sering dikirim pulang- pergi dari Australia ke Indonesia karena urusan bisnis apalagi perusahaan tempat ayahku bekerja memiliki anak perusahaan di Jakarta. Suatu hari ayahku kembali ke rumahku di Jakarta bersama salah seorang temannya yang bernama Simon. Simon adalah pimpinan ayahku dan usianya lebih tua dari ayahku, dia berusia 65 tahun sedangkan ayahku baru saja mencapai 50 tahun. Dalam kepulangannya ke Jakarta, dia membawakan film horror yang dia beli dari Sydney dalam bentuk VCD berjudul "I've been waiting for you."
Malam harinya disaat orang tuaku sudah tidur, aku masih tidak bisa nonton karena aku masih penasaran dengan film horror yang dibeli ayahku. Karena penasaran ingin menonton, aku keluar kamarku dan mulai mendekati VCD yang kuletakkan di meja makan dan mulai menyetel film tersebut. Menit demi menit kulalui menonton film horror itu. Suasana hati yang dicekam oleh film horror membuatku sangat kaget apalagi disaat ada sebuah tangan yang menyentuh bahuku sehingga membuatku menahan nafas dan aku ingin sekali berteriak tetapi dengan secepat kilat, tangan itu menutup mulutku dan disaat aku menepis tangan itu dan aku kaget ketika melihat bahwa tangan itu adalah milik Mr.Simon, pimpinan di perusahaan dimana ayahku bekerja.
Ketika aku memperlihatkan wajah kesal kepadanya, dia hanya berkata kepadaku "I've been waiting for you, Sarah" dan seolah- olah menirukan apa yang diucapkan oleh salah seorang karakter di dalam film horror tersebut. Aku semakin kesal karena dia mencoba menakut- nakutiku apalagi ditambah dengan suara suara background dari film yang sedang kutonton di depan mataku sehingga aku hanya membiarkan dia dan kembali menonton film yang dibeli oleh ayahku.
Akhirnya aku bersama Mr.Simon menonton film tersebut dan setiap kali ada adegan yang mengejutkanku, aku sempat tidak sengaja memeluk Mr.Simon yang duduk di sebelahku. Nampaknya Mr.Simon ini melihat ketidaksengajaanku ini sebagai suatu kesempatan. Mr.Simon tiba-tiba memelukku dan mencoba menciumiku. Tentu saja aku meronta- ronta sampai tak beberapa lama dia berhasil memagut bibirku dan menciuminya dengan ganas. Wibawa Mr.Simon dan ciuman- ciumannya yang ganas membuatku terangsang dan mulai mengikuti permainannya dan membiarkan film horror yang terus berjalan. Dia mulai meraba buah dadaku yang membuat hatiku berdesir. Kemudian dia berhenti mengulum bibirku dan mulai membuka baju yang kukenakan, diciuminya bagian tengah dadaku, sambil melepas tali BH yang kukenakan. Kemudian dia mulai menggigit-gigit buah dadaku yang cukup montok.
Dia melanjutkan aksinya dengan terus-menerus mencium, meraba dan menggigit kedua buah dadaku. Sambil meremasi buah dadaku, dia melepaskan rok yang kukenakan dan meraba pahaku, jantungku makin berdesir dan aku makin terangsang. Kemudian dia membuka celana dalamku dan mulai mencium serta menjilat cairan yang keluar dari sana. Aku semakin mendesah dan dengan refleks kuraba-raba sendiri buah dadaku. Sensasi yang timbul saat itu benar-benar sangat luar biasa. Tidak pernah kurasakan hal seperti ini dengan Anton, kekasihku yang satu kampus denganku sendiri.
Setelah itu Mr.Simon membuka celananya dan mengeluarkan batang kemaluannya yang sudah berdiri tegak dan dia mencoba memasukkannya ke dalam liang kewanitaanku. Setengah sadar aku berteriak memohon padanya untuk jangan melakukan itu karena aku akan merasa berdosa, karena aku berprinsip untuk mempersembahkan keperawananku hanya pada suamiku. Tapi Mr.Simon tidak menghiraukannya dan memasukkan batang kemaluannya dengan kasar. Aku berteriak kesakitan, sementara dia hanya mengeluh keenakan dan memuji- muji liang senggamaku dengan berkata, "Ohh.. enak Sarahh.. sempit sekali.. ohh.. sempitt sekali..!" Akhirnya aku kembali tenggelam dalam kenikmatan, tiap kocokan batang kemaluannya itu kunikmati dengan erangan nikmat yang keluar dari mulutku. Sesekali dia memberikan ciuman yang dalam kepadaku, yang benar- benar kunikmati. Akhir dari semua itu adalah ketika aku mencapai kepuasanku dan baru kusadari bahwa film VCD yang aku telah tonton mesti diganti dengan disk satunya lagi untuk mendapatkan keseluruhan cerita.
Dunia serasa terbalik, aku menangisi nasibku ini, tapi Mr.Simon hanya bisa menghiburku dan berjanji akan membereskan semuanya, tetapi apa yang mesti kubicarakan kepada Anton kekasihku yang sangat kusayangi itu karena sekarang kesucianku telah direbut oleh mitra kerja ayahku yang usianya jauh di atasku itu. Kemudian aku secara resmi menjadi kekasih gelap Mr.Simon. Tiap kali Mr.Simon menginginkanku, setiap kali dia mengunjungi Jakarta untuk urusan bisnis ataupun travel biasa, dia akan menelponku dan mengajakku kencan di hotel di luar kota. Tiap kali aku diberinya imbalah seribu Australian dollar. Suatu hal yang aku syukuri dan sekaligus aku merasa jijik, karena aku merasa seperti seorang pelacur.
Aku semakin lama semakin benci dengan Mr.Simon karena dia terus mengejarku baik siang ataupun malam. Bahkan di suatu hari ketika aku sedang berkencan dengan Anton, dia merusak kencan makan malamku dengan Anton dengan datang ke restaurant dimana kita sedang berkencan dan menampar Anton di depan semua orang yang sedang makan sehingga aku menjadi marah dengannya dan menampar balik Mr.Simon di depan orang banyak. Melihat itu, Mr.Simon marah bercampur malu dan meninggalkan restaurant itu. Beberapa hari kemudian, Anton ditemukan tewas dimobilnya dan menurut keterangan polisi dia mengalami kecelakaan karena pengaruh ecstacy yang ditegaknya. Mendengar itu aku langsung tidak percaya karena aku mengenal Anton dan dia tidak akan melakukan hal itu semua dan aku percaya bahwa semua ini adalah akal busuk Mr.Simon yang ingin memiliki aku.
Setelah masa 100 hari kematian kekasihku, Mr.Simon mengawiniku secara paksa, hal yang menurutnya adalah penebusan dari dosa- dosa yang dia lakukan terhadapku. Sebenarnya aku sudah ingin bunuh diri saja, tetapi Mr.Simon mengancam jika aku mati, maka orang tuaku juga mati.
Hari demi hari berlalu dan kulewatkan sebagai istri Mr.Simon. Walaupun kami sudah resmi menjadi suami istri dan dia selalu bisa memuaskan kebutuhan batinku dari hari ke hari tetapi kebencianku terhadapnya tidak pernah berkurang. Hal ini berpengaruh dengan nafsu seks-ku dengan Mr.Simon. Aku menjadi tidak bergairah dengannya dan aku selalu melampiaskan nafsuku hanya dengan masturbasi sambil melihat foto almarhum kekasihku yang selalu kusimpan di dalam dompet yang tidak pernah kupakai.
Suatu hari, aku dibelikan seperangkat desktop oleh suamiku yang sangat kubenci dan dia juga memberiku paket Internet. Hal ini dilakukan dengan alasan supaya aku tidak bosan di rumah sewaktu dia bekerja. Aku sadar bahwa semua ini dilakukan agar dia bisa memiliki banyak waktu untuk bersenang- senang dengan wanita lain tanpa sepengetahuanku. Setelah komputer berada di rumahku, dengan pengetahuan komputerku yang sangat minim, aku memainkan mouse-ku dan akhirnya tanpa kusadari, aku masuk ke dalam website www.sumbercerita.com. Dan berikutnya aku mulai membaca cerita itu dari awal. Paragraf demi paragraf tak terasa kulalui. Luar biasa! Aku begitu terlena dan terpesona oleh cerita itu. Begitu halus, begitu artistik! Dengan piawainya si penulis menyeret diriku perlahan-lahan ke alam khayal yang sangat membangkitkan birahi. Ia bagaikan nakhoda kapal yang dengan ahlinya membawa penumpangnya menelusuri sungai tanpa goncangan dan perlahan-lahan tanpa disadari si penumpang telah berada di tengah- tengah gelombang lautan birahi.
Ketika tuntas membaca cerita itu, tak kusadari tanganku sudah berada di dibawah dan mendekap selangkanganku dengan nafas terengah. Gila, pikirku. Belum pernah aku terangsang dengan hebat seperti ini.
Hari-hari berikutnya kulalui dengan setiap malam membaca cerita- cerita di dalam situs www.sumbercerita.com lagi. Dan setiap kali itu pula sesudahnya akupun tak dapat tidur dengan cepat dan aku selalu mengakhirinya dengan masturbasi tanpa sepengetahuan suamiku, Mr. Simon. Aku berhari-hari termenung dan memikirkan perubahan yang terjadi dalam diriku. Sepertinya tak masuk akal bagi diriku. Bagaimana mungkin aku dapat terseret ke dalam pikiran nafsu hanya dari sebuah cerita.
Akhirnya dengan perasaan ragu kutulis sebuah email ke salah satu penulis cerita yang kupilih secara random. Ia mencantumkan alamat emailnya di akhir cerita. Aku hanya menuliskan sebuah komentar singkat yang memuji kualitas cerita yang dibuatnya, sambil berharap dalam hati semoga ia tak membalas dengan sebuah "junk email".
Beberapa hari kemudian ia membalas email-ku, sembari meminta maaf karena tak dapat membalas dengan cepat. Kebalikan dari yang kuragukan, ternyata ia sangat sopan sekali dan berterima kasih atas apresiasiku terhadap ceritanya. Diakhir email- nya ia menanyakan identitasku lebih jauh, sembari menyebutkan kalau dirinya berada di kota Surabaya. Ia mengaku berusia 31 tahun dan berwiraswasta dengan sebuah perusahaan kecil yang bergerak di bidang ekspor barang kerajinan. Kubalas email-nya. Dan hari-hari berikutnya pun kami mulai berteman dalam dunia internet. Kualitas komunikasi kami semakin meningkat ketika ia menyarankan untuk memasang software ICQ di komputerku dan berikutnya akhirnya aku hampir tiap hari ber- chatting ria dengannya.
Bermacam-macam topik pembicaraan yang kami lakukan. Soal pekerjaan dan dunia bisnis, soal politik dan lain sebagainya. Ia benar- benar menampakkan kualitas seorang lelaki, setiap pembicaraan kami selalu berlangsung dengan intens. Ia berwawasan sangat luas, tak pernah satu topik pembicaraan pun yang tak dapat dilayaninya. Pantas cerita yang ditulisnya bermutu, pikirku. Terus terang didalam menulis cerita ini aku banyak diilhami oleh gaya penulisannya.Dan yang sangat kukagumi, sampai sejauh itu tak pernah satu kalipun ia memulai pembicaraan yang mengarah ke persoalan seks. Namun ketika aku memancingnya, iapun dengan lancar membawaku ke dalam "sex jokes" dan bahkan sesekali ia melakukan "seducting" dengan tanpa kusadari. Ia memang piawai dalam soal verbal.
Suatu hari ia menawariku untuk bertemu. Hatiku berdebar tak karuan, baru pertama kali ini ia melakukan suatu dengan memulainya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. Ia mengatakan jika ada sebuah pesta ulang tahun adik perempuannya di sebuah villa pada hari Minggu dan ia mengundangku untuk hadir. Diberikannya nomor handphone adiknya dengan maksud supaya kuyakin, walaupun ia mengatakan itu agar aku bisa dipandu untuk memudahkan menemukan villa tersebut. Pada hari yang dijanjikan aku datang ke villa tersebut tanpa sepengetahuan suamiku karena suamiku berada di Miami sekarang untuk jangka waktu 1 bulan sehingga aku menganggap ini sebagai suatu kebetulan. Di villa itu banyak sekali yang datang dan suatu ketika datanglah seorang laki-laki yang cukup tampan dan tegap menghampiriku sambil menggandeng seorang wanita. Dia memperkenalkan diri sebagai teman e-mail dan ICQku selama ini, dia bernama Anton. Aku sungguh tidak percaya bahwa wajah dia sama persis dengan almarhum kekasihku yang sangat kuakungi. Sama persis seperti pinang dibelah dua. Aku berkenalan diri dengannya dan akhirnya dia memperkenalkan perempuan di sisinya adalah adik kandungnya yang dia ceritakan sewaktu di ICQ dan e- mail.
Akhirnya kami tertawa berdua melihat kelakuan kami masing-masing. "Beginilah jadinya kalau sudah lama kenal tapi nggak tau orangnya.." candanya sambil mempersilakanku duduk kembali. Kami duduk berhadapan dan beberapa saat terdiam sambil saling menatap dan tertawa bersama lagi. Wah, pokoknya kikuk sekali deh waktu itu. Perlahan-lahan kemudian suasana kaku itu mulai mencair dan kami terlibat dalam pembicaraan yang akrab seperti halnya yang telah kami lakukan sehari-hari di internet. Ia mengajakku masuk ke dalam pesta itu. Suasananya sudah disetting seperti discotic, musik pun mulai berdentuman dan mereka satu persatu masuk ke arena dansa dan mulai bergoyang dengan segala macam gaya. Kami hanya bisa tertawa menyaksikan aneka tingkah para remaja ini. Dan ketika si DJ memutar lagu slow mereka pun berteriak, "Huu.." Kuperhatikan beberapa pasangan dewasa undangan orang tuanya mulai masuk dan melantai.
Aku sedikit tergagap ketika kurasakan tanganku tiba-tiba sudah tergenggam dengan lembut. "Turun yuk..", ajaknya dengan senyuman mautnya itu. Mana mungkin kutolak, batinku. Ketika aku hendak melangkah ke arena dansa, ia menggapai lenganku. "Di sini aja.." tukasnya. Akhirnya kami mulai mengambil posisi di sebelah tempat kami duduk. Ia memulainya dengan menggamit lengan kiriku dan meletakkan lengannya yang lain di pinggangku. Aku segera mengatisipasinya dengan sedikit merapatkan tubuhku dan meletakkan tangan kananku di bahunya. Kami berdansa dengan mata saling berpandangan. Oh betapa syahdunya, kupuaskan diriku dengan memandang wajahnya yang memabukkan itu. "Kamu cantik.." bisiknya dengan tatapan matanya yang tak pernah lepas memandangku. Pujiannya semakin membuat diriku mabuk kepayang, tak kusadari tanganku mulai meremas bahunya. Wajahnya semakin lama semakin mendekat ke wajahku, hatiku pun berdegup kencang. Dan ketika hidung kami bersentuhan, kupejamkan mataku. Tak lama kemudian kurasakan sebuah kecupan di pipi! Ahh.., keluhku dalam hati. Ia melepaskan genggaman jemarinya pada tanganku dan melingkarkannya di pinggangku.
Kurebahkan wajahku di bahunya dan menghadap ke arah lehernya, terhirup olehku aroma khas parfum lelaki dari lehernya. Kami tetap bergoyang perlahan mengikuti alunan lagu. Nyaman sekali rasanya didekap olehnya, kupejamkan mataku. Iapun tak lebih dari mendekapku. Timbul keinginan nakal dariku untuk menggodanya. Kudekatkan wajahku lebih jauh lagi ke lehernya hingga dapat kurasakan nafasku sendiri. Perlahan kuturunkan tangan kananku hingga bertengger di dadanya. Dengan perlahan dan tak kentara jemariku menelusuri dadanya hingga kutemukan puting dadanya dibalik t-shirt yang dikenakannya.
Sesaat kemudian dengan lembut dengan satu jariku kuusap-usap puting dadanya yang semakin lama semakin terasa menonjol. Ia hanya bereaksi sesaat dengan mengencangkan dekapan tangannya pada pinggangku. Tak lama kemudian kurasakan sesuatu mengganjal di bagian perut bawahku dan semakin lama ganjalan itu semakin terasa. Tetapi hebatnya hingga lagu itu usai ia tak melakukan apapun lebih dari sekedar mendekapku.
Usai berdansa, kami hanya duduk, menikmati minuman dan tak banyak berbincang, apalagi ditengahi oleh suara musik yang hingar bingar. Akhirnya kami bosan dan memilih untuk keluar dari ruangan itu. Dengan bergandengan tangan kami menyelusuri pekarangan villa yang sangat luas itu. Kami lebih banyak terdiam dan menikmati pemandangan alam. Aku sendiri sudah merasa kehabisan topik pembicaraan, kupikir sudah waktunya aku untuk pamit.
"Kayaknya udah waktunya aku pulang.. biar nggak kemaleman di jalan..", kataku memecahkan keheningan di antara kami berdua.
"Kamu nggak bisa lebih lama lagi di sini..?" ia menatapku dengan wajah penuh harap.
"Masih ada hari esok.." jawabku.
"Trims yaa.. kedatangan kamu berarti sekali buatku.." ucapnya membuat hatiku berdebar.
Perlahan kemudian ia semakin mendekat dan kemudian merengkuh bahuku, membuatku jatuh dalam pelukannya. Ia menatapku dengan tatapan tajamnya yang mempesona itu. Wajahnya semakin mendekat ke wajahku. Jantungku semakim berdebar kencang, kupejamkan mataku. Sesaat kemudian kurasakan sebuah kecupan, lagi-lagi di pipi! Tak kusadari ada kekecewaan dalam hatiku, kubuka mataku, kulihat sebuah senyum tersungging di bibirnya. Namun sesaat kemudian, bagaikan bisa membaca isi hatiku ia mendaratkan ciumannya di bibirku. "Ohh.., serasa lemas tubuhku.." Kupejamkan mataku menikmati ciuman lembutnya di bibirku, dunia serasa berhenti saat itu.
Aku seakan tak ingin melepaskan ciuman di bibirku, dan ketika ia melepaskan ciumannya dengan tak kusadari kedua tanganku serta merta merengkuh lehernya dan menariknya kembali untuk berciuman. Kali ini ia lebih agresif, kurasakan gerakan bibirnya semakin intens dan akupun sudah tak sanggup menahan diri lagi. Kulumat bibirnya dengan gemas. Sesaat kemudian lidahnya menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, menyapu dengan mesra. Ahh, dengan gemas kupilin lidahnya dengan lidahku. Dengan nafas terengah-engah kami berdua menghentikan adegan ciuman panas itu. Dengan erat kupeluk dirinya, kurebahkan wajahku di dadanya dengan mata terpejam. Sampai beberapa saat kami berdua saling berdiri dan berpelukan atau malah tepatnya aku yang memeluknya, bagaikan seorang kekasih yang lama tak berjumpa. Hingga diriku tersadar dengan apa yang telah kulakukan. Ohh, betapa malunya aku saat itu, dengan gugup kulepaskan pelukanku. Tak sanggup aku menatapnya saat itu, dan mungkin saat itu wajahku sudah merah padam menahan malu. "Ayo.. kuantar ke depan.." ucapnya lembut. Dengan lembut ia merengkuh bahuku ketika kami berjalan ke arah tempat mobilku terparkir. Kunaiki mobilku dan mengendarainya pulang dengan hati penuh warna.
Sesampai di rumahku, aku mendengar dari Televisi bahwa pesawat yang ditumpangi oleh suamiku sewaktu pulang dari Miami mengalami kecelakaan dan aku tersenyum simpul terhadap diriku karena aku bisa dengan bebas menemui Anton yang sangat kudambakan karena kemiripan namanya dan wajahnya yang mirip dengan almarhum kekasihku yang meninggal dahulu. Tepat ketika televisi kumatikan, Anton datang ke rumahku dan mengagetkan diriku yang masih terbengong- bengong di sofa. Anton datang ke rumahku karena dia mengaku bahwa dia ingin memulangkan saputanganku yang baru kusadari bahwa aku meninggalkannya di villa rumahnya. Aku mengucapkan terima kasih kepadanya dan aku memeluknya dengan mesra. Kedua tangannya itu kemudian beralih melingkari pinggangku, beberapa saat ia mendekap tubuhku dari belakang. Ohh, aku hanya bisa dengan pasrah menyandarkan tubuhku ke belakang.
Berikutnya kurasakan sebuah benda lembut dan basah menempul di bahu kiriku dan sesaat kemudian ia mulai mengecupkan bibirnya itu. Bulu kudukku mulai merinding ketika kecupan bibirnya bergerak semakin ke atas di leherku. Tanpa kusadari mulai terdengar desah lembut dari balik bibirku, kuresapi kenikmatan bibirnya yang perlahan-lahan mengecup bagian belakang leherku. Aku hanya bisa memejamkan mata dan kedua tanganku mengusap- usap kedua tangannya yang melingkari perutku, kurasakan sesuatu yang mengganjal di pinggulku, semakin lama semakin terasa dan mengeras. Dan ketika kurasakan jilatan lidahnya di balik cuping telingaku aku pun menggelinjang dengan tubuh mulai gemetaran.
Aku tak tahan lagi, kulepaskan dekapan tangannya. Aku segera membalikkan tubuhku dan memeluknya, kulingkarkan kedua tanganku pada lehernya dengan bernafsu kutarik wajahnya mendekat dan sesaat kemudian kami sudah tenggelam dalam sebuah ciuman yang dahsyat. Bagaikan sedang berlomba aku dan dia saling melumat bibir, saling berusaha meneroboskan dan memilin lidah. Kedua wajah kami saling oleng kesana kemari semakin lama dekapan tangannya di pinggangku semakin kuat, kedua tangannya pun mulai sesekali meremas kedua belah pantatku.
Aku baru menyadarinya ketika kami saling melepas ciuman untuk mengambil nafas. Dengan nafas terengah kami berdua saling menatap. Kedua dada kami naik turun mengimbangi nafas yang terengah-engah. Saat itulah kusadari ketika kurasakan betapa kedua puting buah dadaku terasa geli. Darahku semakin mendesir ketika aku berusaha melihat ke bawah, terlihat olehku sebuah pemandangan yang bagiku sangat mempesona, kedua buah dadaku ternyata telah polos dan tergencet oleh dadanya yang penuh oleh bulu itu. Engahan nafas yang membuat dada kami naik turun itu justru membuat bulu-bulu di dadanya secara otomatis menyapu-nyapu permukaan buah dadaku, "Ouchh gelinya.."
Beberapa saat kemudian ia menggenggam kedua jemariku dan perlahan menarikku ke arah tempat tidur. Dan disaat ia melangkah mundur itulah handuk yang tadinya masih tertahan di pinggangku akhirnya jatuh ke lantai. Aku sudah tak memperdulikannya lagi, nafsu birahiku sudah memuncak sampai ke ubun-ubun. Ia berhenti di sisi ranjang dan berdiri tertegun, kedua matanya tak henti- hentinya menatap dan menjelajahi seluruh tubuhku. Kutahu saat itu ia tengah terpesona oleh keindahan tubuhku yang putih mulus dan padat berisi yang baru pertama kali dilihatnya. "Aachh.. aku tak kuasa menahan tatapan matanya itu." kupejamkan kedua mataku, kubiarkan ia menikmati pemandangan indah dari tubuhku itu sepuas hatinya. Aku baru membuka kedua mataku ketika ia dengan perlahan menarik tubuhku hingga terjatuh di ranjang.
Dan sesaat kemudian kami pun sudah bergumul di atas ranjang. Ia yang kukenal lembut itu ternyata berubah menjadi buas di atas ranjang. Bibirnya tak henti-henti melumat bibirku seiring dengan kedua tangannya yang menjalar kesana kemari di sekujur paha dan pinggulku. Dan nafsuku semakin menggelora ketika ciuman dan lumatan bibirnya bergerak ke arah dadaku, tubuhku terguncang bagaikan dialiri arus listrik lemah ketika bibirnya melumat dengan lembut puting buah dadaku. Ohh.. nikmatnya saat itu. Kesadaranku sudah timbul tenggelam diantara kenikmatan yang kurasakan dan menyadari apa yang dilakukannya, kedua mataku pun sudah terpejam rapat, kedua bibirku tak mampu lagi menahan desah dan rintihanku. Aku hanya sesaat membuka kedua mataku ketika kurasakan ia mulai menindih tubuhku. Tatapan mataku jatuh ke wajahnya yang tampak penuh nafsu. "Ahh.. inilah saatnya", pikirku.
Dengan perasaan campur aduk tak karuan aku mulai memejamkan mataku. Dan debar jantungku semakin kencang ketika sesaat kemudian sesuatu yang hangat dan kenyal terasa menempel dengan kuat di bagian depan kewanitaanku. Menyadari apa yang tengah terjadi itu ternyata memicu kesadaranku untuk kembali melambung tinggi entah ke mana. Kupeluk punggungya dengan rapat dan secara reflek kedua lututku naik sedikit ke atas. Kurasakan desakan di bagian depan kewanitaanku semakin bertubi-tubi dan bertambah kuat menimbulkan rasa geli dan nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhku. Mulutkupun tak tahan lagi untuk tidak mengeluarkan suara desah dan rintihan ditingkahi oleh suara nafas memburu darinya yang masih belum dapat menerobos ke dalam kewanitaanku. Berikutnya aku mulai tenggelam di dalam alam ketidaksadaran yang penuh nikmat.
Setelah kejadian itu, Aku dan Anton kembali menjadi seorang kekasih walaupun kusadari bahwa Anton yang kukenal sekarang memiliki perbedaan sifat dan hobby dari Anton yang dulu kukenal.
TAMAT...


NIA. . . BERUNTUNGNYA DIRIKU

aku seneng banged game Counter Strike.Suatu hari aku dan teman -temanku sepakat untuk bermain CS bersama,menengar itu,aku sangat senang,saat pulang kuliah,langsung kutancap motorku ke game centre yang kami sepakati bersama,aku yang paling pertama sampai di sana,aku segera masuk dan aku mencari komputer kosong,kulihat nomor 28 kosong,tetapi itu berarti aku harus di sudut dan agak terpencil karena no.27 dan 28 bersebelahan setelah itu komputer selanjutnya agak berjauhan.Aku segera ke tempat itu,kulihat no.27 diisi oleh seorang gadis yang masih berseragam SMA,dia sekilas melihatku lalu tersenyum padaku,aku membalas senyumannya dengan hangat,kuprehatikan gadis itu,dia sungguh cantik,wajahnya bakal memikat siapapun yang melihatnya,dia memiliki tubuh montok dengan payudara yang lumayan untuk gadis seumuran dia.HPku berbunyi kulihat itu dari yoga,temanku yang berjanji untuk bermain CS bersama,"Sori ya,Gas,aku gak bisa main hari ini,soalnya ibuku ngelarang aku,yazir dan Rizal juga gak bisa,tuh.","Ya udah deh,gak apa- apa",jawabku singkat sambil menutup HPku dengan kecewa."Kamu sendirian?",gadis itu bertanya padaku dengan penasaran,"Iya,nih,tadi aku janjian sama teman- temanku,tapi karena berbagai alasan,mereka tak bisa datang","Oh,kalo gitu kita main CS bersama aja,aku juga baru belajar,kok".Aku segera menyutujuinya dan kami bermain bersama,gadis itu belakangan kuketahui bernama Nia,seorang pelajar SMA daerah kotagede lah,,yang juga tergila -gila pada CS,selama bermain,aku pura -pura melihat layar komputer Nia,padahal dia tak sadar bahwa sesekali kulirik payudaranya yang montok itu,payudranya sungguh montok sehingga membuatku bernafsu ingin meremasnya,tapi aku berusaha menahannya.Duar...,o rangku mati ditembak oleh orang Nia karena aku memperhatikan payudara montoknya itu."Kamu baru belajar,ya?",tanya Nia yang membuatku malu dan bermain serius,tetapi ******ku dari tadi berdiri melihat payudara montoknya,kulihat sekilas di luar sedang hujan keras,kami meneruskan bermain,hingga waktu 3 jam yang kuminta habis,kulihat layar Nia juga mati,sekarang aku dan Nia bagaikan teman akrab,kami bersama ?sama keluar,tapi hujan masih sangat keras,aku menawarkan Nia untuk mengantarnya pulang,Nia hanya bisa menuruti penawaranku karena dia tak mungkin pulang dengan hujan masih keras begini,selama perjalanana,karena hujan,Nia memelukku dengan erat,sedangkan payudaranya yang montok itu kini melengket di punggungku,membuat adikku berdiri dengan keras,Nia menunjuk rumahnya,dan aku segera berhenti.?
bagas,masuk dulu,yuk,hujan kan keras,nanti kamu sakit,loh.?,semula aku menolak,tapi karena Nia memaksa,aku hanya bisa mengangguk pelan,lalu aku pun masuk ke rumah Nia yang menurutku besar,Nia mengajakku ke kamarnya yang berada di lantai 2,selama perjalanan,aku berusaha melirik ke payudara montoknya yang tercetak jelas di seragamnya karena basah,payudaranya yang tertutup bh itu sungguh montok membuat adikku berdiri lebih keras,sesampainya di kamar Nia,Nia mengambilkanku sebuah handuk untuk melap rambut,semula aku menolak,tapi dia berkata ?enang aja,Gas,itu handuk yang biasa aku pakai,kok,jadi gak usah malu,pake aja,aku ganti baju dulu di sebelah,ya??,Nia segera keluar dari kamarnya lalu ke kamar sebelahnya yang kuduga kamar orang tuanya,aku juga ikut keluar dengan berharapan dapat mengintipnya,benar saja,pintunya tak ditutup rapat,dan aku dapat melihat jelas Nia yang sedang membuka bajunya,lalu BH nya,kulihat pemandangan yang sungguh indah,payudaranya itu sungguh mempesona,aku segera membuka celanaku dan meremas ******ku sambil melihatnya,kulihat Nia mengambil sebuah handuk dan melap payudaranya yang mungkin basah karena hujan tadi,aku sungguh ?sungguh bernafsu sekarang,ingin aku masuk dan meremas payudaranya itu, kini dia membuka rok abu ? abunya,lalu CDnya,kulihat bulu jembutnya yang rapi itu,kini aku menggocokkan ******ku dengan cepat dan bernafsu,tapi tak sengaja tanganku terbentur ke pintu,dan terbukalah pintu itu.Nia berbalik ke arahku dengan muka terkejut,dia segera menutup kedua bagian tubuhnya,sedangkan aku karena panik lupa menutup ******ku yang berukuran besar dan mengeras itu.Nia bertanya padaku sambil melihat ******ku dengan terkejut,?Ngapain kamu,gas??,?E,eee,e e,enggak kok,aku kebetulan lewat aja,Nia?,?Lalu kenapa anu kamu keliatan dan berdiri?Kamu pasti ngintip aku,kan??,aku tak bisa menjawab apa- apa lagi,mukaku merah padam,aku segera mendekat untuk minta maaf,saat kudekati Nia,dia melepas bajuku yang basah,?Ntar kamu sakit,loh?,?Ehhmmm,N ia,aku mau minta ma??,belum sempat aku menyelesaikan kata- kataku,Nia membungkuk dan mengemut ******ku dan kadang menjilatinya,sambil mendesah kecil,aku bertanya ?Nia,kamu ngapain,aaahh?,?Ya,l agi ngemutin ******kamu dong,emang ngapain??,?Jadi kamu gak marah aku ngintip kamu??,?Ya,gak apa- apa lah,aku tahu kalau dingi begini pasti kamu nafsu,aku juga nafsu,kok?.Kini hatiku betul-betul tenang,kunikmati emutan Nia sambil memejamkan mata dan tanganku memegang kepalanya.?Ehhhmmm ,enak Nia,terusin sayag,Ahhhh?.Kini giliranku untuk menunduk,kujilati seonggok daging yang terindah yang pernah kulihat sambil tangan kiriku meremas payudara Nia yang sudah mengeras,lidahku dengan lincah menjilati lubang kenikmatan Nia itu,kulihat Nia juga tampak kenikmatan,tampak dari ekspresi wajahnya,?Ahh,nikmat banget,Gas,terus di situ,ahh,nikmat banget?,mendengar itu lidahku makin lincah menelusuri vagina Nia yang kukira masih perawan.Kini Nia mengambil sebuah kursi,aku tahu makudnya,sebelum duduk,aku melakukan French Kiss padanya selama tiga menit,setelah itu dia mendorongku ke kursi,lalu dia naik ke pangkuanku dan melakukan ciuman French Kiss padaku sambil tanganku meremas payudaranya dan memainkan putingnya,kulihat Nia sudah tak bisa menahan nafsunya,dia mengatakan ?Ayo,Gas,coblos burungmu di sarangnya?,aku segera menggeser ******ku agar masuk ke vagina Nia,agak sempit masuk karena dia katanya baru mL ma mantannya 5 x n baru putus 2 minggu,setelah kudorong perlahan ?lahan,akhirnya masuk juga,Ahhhhhh,Nia mengerang kesakitan karena udah lama g dicoblos kali,kedua tanganku kuletakkan di samping perut Nia dan tanganku dengan cepat menaikturunkan tubuh Nia,?Ahhhh,enak gas,terusin gas?,?Oke,sayang?.S ungguh sensasi yang luar biasa bagiku,baru pertama kali ini kurasakan meskipun ini bukan persetubuhan yang pertama bagiku,vagina Nia yang masih sempit itu sangat nikmat sekali,bagaikan memijat ******ku,?Ahhhh?aku mendesah sambil memejamkan mata karena nikmat yang tak tertahankan.Setelah beberapa lama menaikturunkan tubuh Nia,?Ahhhhh,gas,aku mau keluar,nih.?Nia pun mengalami orgasme pertama,?
Gas,kita ganti posisi,yuk?Nia mengajakku,?Apapun deh buat kamu?,Nia segera berdiri dan naik ke tempat tidur,?Ayo,gas,aku udah gak tahan,nih.?Akupun segera beranjak dari kursi dan segera pergi ke tempat tidur,kulihat Nia memperlihatkan pantatnya padaku yang menjadi pertanda dia ingin posisi doggystyle.Segera kutusukkan ******ku ke pantatnya yang montok itu sambil tangan kananku meremas payudaranya,?Ahhh, enak,tusukan kamu enak banget?,Aku menambah kecepatan tusukanku yang membuat Nia mendesah kesakitan campur kenikmatan,
AHH ahhhh Ahhh,terus,Gas,aku mau orgasme,Nia mengalamiorgasmenya yang kedua lagi,sedaangkan karena pejuku belum keluar,kuteruskan tusukanku hingga beberapa menit kemudian keluarlah spermaku yang kukeluarkan di mulutnya agar dia tak hamil,dia pun sehera membersihkan wajahnya dan membersihkan ******ku,.
Lalu kami saling berpelukan di tempat tidur karena kecapekan,lau setelah kejadian itu kami lebih sering bermain CS berdua,tentu saja setelah itu permainan yang lebih panas,sampai Nia menjadi TTM KUW dan kami lebih sering melakukan permainan itu.
TAMAT...
BERAWAL DI BIOSKOP, BERAKHIR DI RANJANG.


Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua. Akupun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah sangat padat, pikiranku nggak bisa konsentrasi sedikitpun, yang aku pikirkan cuma Rani. Aku pulang kerumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rani keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk.
"Dodi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong.."
"Eh.. apa? Iya, iya aku nggak ada acara, sebentar yah aku ganti baju dulu" jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, akupun segera mengajaknya berangkat. Rani menyarankan agar kami pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rani duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia memakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku nggak bisa lepas melirik kepahanya.
Sesampainya dibioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rani tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket aku peluk dia dari belakang. Aku tahu Rani merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya. Rani meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang nonton nggak begitu banyak, dan disekeliling kita tidak ditempati. Kita segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian aku dekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang- kadang lidahku digigitnya lembut. Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja aku selinapkan ke balik BH-nya, dan payudaranya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung diisap dengan kuat oleh Rani. Tangankupun semakin gemas meremas payudaranyanya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rani mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta menuntut sesuatu.
Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap- usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya aku singkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya. Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rani berpindah menciumi telingaku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah. Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya. Aku elus- elus, pelan-pelan, aku usap dengan penuh perasaan, kemudian aku putar-putar, makin lama makin cepat, dan makin lama makin cepat. Tiba- tiba tangannya mencengkeram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badanya tersentak- sentak beberapa saat.
"Dodi.. aduuhh.., aku nggak tahan sekali.., berhenti dulu yaahh.., nanti dirumah ajaa..", rintihnya. Akupun segera mencabut tanganku dari selangkangannya.
"Dodi.., sekarang aku mainin punya kamu yaahh..", katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol. Aku bantu dia dengan aku buka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak. "Dodi.., ini sudah basah.., cairannya licin..", rintihnya dikupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan. Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya. "Rani.., teruskan sayang..", kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa penisku sudah keras sekali. Rani meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.
"Rani.., aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh..", kataku dengan suara yang nggak yakin, karena masih keenakan.
"Waahh.., Rani belum mau berhenti.., punya kamu ini bikin aku gemes..", rengeknya
"Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..?!" ajakku, dan ketika Rani mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rani, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai. Di mobil tangan Rani kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika dia bilang, "Nanti aku boleh nyium itunya yah..". Aku pengin segera sampai ke rumah.
Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Rani membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan aku ciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rani aku bimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri aku ciumi bibirnya, aku lumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya. Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi payudaranya yang masih dibalut BH. Dengan tak sabar BH- nya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga aku turunkan dan semuanya teronggok di karpet.
Badannya yang telanjang aku peluk erat- erat. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rani yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rani juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana dalamku, Rani melakukannya sambil memeluk badanku. penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya. uuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kami yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kami saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi payudaranya dengan bergantian. Tangan Rani juga sudah menggenggam dan mengelus penisku. Badan Rani bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.
Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rani mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat didepan selangkanganku. Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka. Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak. Mulutnya perlahan mulai didekatkan kekepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan- pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku. Aku semakin mengerang, dan karena nggak tahan, aku dorong penisku sampai terbenam ke mulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ke tenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju-mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan- tekan agar penisku semakin terasa nikmat. Isapan mulut dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuatku merasa sudah nggak tahan. Apalagi sewaktu Rani melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.
Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya. Tapi Rani menahannya dan tetap mengisap penisku. Maka akupun nggak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa. Spermaku langsung ditelannya dan dia terus mengisapi dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rani masih terus menjilat. Akupun akhirnya nggak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal- sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam.
"Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali", kataku berbisik
"Ah.., aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu..".
Kemudian ujung hidungnya aku kecup, matanya juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan aku ciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kita mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi payudaranya yang sebelah kanan sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri. Rani mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian kebawah lagi sampai merasakan bulu jembutnya, aku elus dan aku garuk sampai mulutnya menciumi telingaku. Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi payudaranya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah mulai terangsang juga. Cairan kenikmatannya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan kemaluannya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris serta liang kewanitaannya, membuat Rani semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya aku putar-putar terus, juga mulut kemaluannya bergantian.
"Ahh.., Dodii.., aahh.., teruss.., aahh.., sayaangg..", mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang- goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Akupun segera menurunkan kepalaku kearah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kakinya aku lipat ke atas, aku pegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulebarkan sehingga liang kewanitaan dan clitorisnya terbuka di depan mukaku. Aku tidak tahan memandangi keindahan liang kewanitaannya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan liang kewanitaannya. Cairan surganya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi bibir kemaluannya dengan ganas, dan lidahku aku selip- selipkan ke lubangnya, aku kait-kaitkan, aku gelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya aku putar dengan lidah, aku isap, aku sedot, sampai Rani meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.
"Dodii.., aku nggak tahan.., aduuhh.., aahh.., enaakk sekalii..", rintihnya berulang-ulang. Mulutku sudah berlumuran cairan kewanitaannya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian aku lepaskan mulutku dari liang kewanitaannya. Sekarang giliran penisku aku usap-usapkan ke clitoris dan bibir kemaluannya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan diliang senggamanya. Rani juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut ngebantu dan menekan penisku digeser-geserkan di clitorisnya.
"Ranii.., aahh.., enakk.., aahh.."
"aahh.., iya.., eennaakk sekalii..".
Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke bibir kemaluannya. Rani semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku masuk ke liang senggamanya.
"Aduuhh.. Dodii.., saakiitt.., aadduuhh.., jaangaann..", rintihnya
"Tahan dulu sebentar.., Nanti juga ilang sakitnya..", kataku membujuk
Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian aku tekan lagi, aku keluarkan lagi, aku tekan lagi, kemudian akhirnya aku tekan lebih dalam sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rani sampai terbuka tapi sudah nggak bisa bersuara. Punggungnya terangkat dari karpet menahan desakan penisku. Kemudian pelan-pelan aku keluarkan lagi, aku dorong lagi, aku keluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini aku dorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama- sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan, mulutnya yang terbuka aku ciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding kemaluannya. Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat lamanya. Mulut kita saling mengisap dengan kuat. Kami sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka akupun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, makin cepat, makin cepat, dan goyangan pantat Rani juga semakin cepat.
"Dodii.., aduuhh.., aahh.., teruskan sayang.., aku hampir niihh..", rintihnya.
"Iya.., nihh.., tahan dulu.., aku juga hampir.., kita bareng ajaa..", kataku sambil terus menggerakkan penis makin cepat. Tanganku juga ikut meremasi susunya. Penisku makin keras kuhujam- hujamkan ke dalam liang surganya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa liang senggamanya juga menguruti penisku di dalam. penis kutarik dan tekan semakin cepat, semakin cepat.., dan semakin cepat..".
"Raanii.., aku mau keluar niihh..".
"Iyaa.., keluarin saja.., Rani juga keluar sekarang niihh".
Akupun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat Rani yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding kemaluannya dengan keras. Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Liang kewanitaannya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami liang senggamanya.
"aahh.., aahh.., aahh..", kita sama-sama mengerang, dan liang kewanitaannya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan- nekan dan memutar sehingga penisku seperti diperas. Kita orgasme bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya nggak akan berakhir. Pantatku masih ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan liang senggamanya masih berdenyut meremas- remas penisku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa bersisa sedikitpun.
"aahh.., aahh.., aduuhh..", kita sudah nggak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.
Ketika sudah mulai kendur, aku ciumi Rani dengan penis masih di dalam liang senggamanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Aku ciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rani sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur. Aku menyadari bahwa selaput daranya telah robek oleh penisku. Dan ketika penisku aku cabut dari sela-sela liang kewanitaannya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kami terus saling membelai, dan Rani masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.

TAMAT...

PEMBANTU BINAL.

Bi Eha sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Hartono. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Eha merasa kerasan karena keluarga Tuan Hartono cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Eha sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Hartono, yang dianggapnya terlalu berlebihan. Namun ia tak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, iapun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua. Perkara kelakuan Tuan Hartono yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.
Walaupun orang kampung, Bi Eha tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Tuan Hartono sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan hartono saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika.
Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Eha ? janda yang sudah lama ditinggal suami ? masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah. Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Hartono yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Eha merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.
Malam itu, Bi Eha kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Hartono dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Hartono tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal- sengal menghadapi gempuran Tuan Hartono yang memiliki 'senjata' dahsyat. Bayangan batang kontol Tuan Hartono yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Eha nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah. Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Eha hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.
Dalam mimpinya Bi Eha merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Hartono. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Eha mengigau sambil membusungkan dadanya.
"Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya.."
Kedua tangan Bi Eha memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Eha terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai- sampai ia terbangun dari mimpinya.
Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Hartono yang sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?
Bi Eha langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Hartono akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Hartono?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra tunggal majikannya yang masih berumur 15 tahunan!?
"Den Andre?!" pekiknya sambil menahan suaranya.
"Den ngapain di kamar Bibi?" tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Andre yang merah padam.
Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.
"Bi.. ngghh.. anu.. ma- maafin Andre.." katanya dengan suara memelas.
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Eha.
"Tapi.. barusan nga.. ngapain?" tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.
"Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman.." katanya menjelaskan.
"Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat- geliat.. ngghh.. Andre nggak tahan.." katanya kemudian.
"Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?" Tanya Bi Eha.
"Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh.." jawab Andre ragu-ragu.
"Tapi kenapa?" Tanya Bi Eha penasaran
"Andre pengen kayak Kang Ujang.." jawabnya kemudian.
Kepala Bi Eha bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
"Kenapa Den Andre pengen itu?" tanyanya kemudian dengan lembut.
"Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu.."
"Anu apa?" desak Bi Eha makin penasaran.
"Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi," akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Eha yang sudah terbuka lebar.
Andre melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Eha dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Eha dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.
"Boleh khan Bi?" kata Andre kemudian.
"Boleh apa?" sentak Bi Eha mulai sewot.
"Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi.." pinta Andre tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Eha.
"Den Andre jangan kurang ajar begitu sama perempuan..," katanya seraya mundur menjauhi anak itu. "Nggak boleh!"
"Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin lho.." kata Andre mengancam.
"Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa.." kata Bi Eha panik.
"Kalau gitu boleh dong Andre?"
Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Eha berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bi Eha lalu tersenyum kepada Andre seraya meraih tangannya.
"Den Andre mau pegang ini?" katanya kemudian sambil menaruh tangan Andre ke atas buah dadanya.
"Iya.. ii-iiya..," katanya sambil menyeringai gembira.
Andre meremas kedua bukit kembar milik Bi Eha dengan bebas dan sepuas-puasnya. "Gimana Den.. enak nggak?" Tanya Bi Eha sambil melirik wajah anak itu.
"Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga", pikir Bi Eha.
Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?
Setelah berpikiran seperti itu, Bi Eha menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Eha jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Hartono, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kontolnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun- ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.
Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Eha yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.
"Sakit Bi?" tanyanya.
"Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh.."
Andre mengikuti semua perintah Bi Eha. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.
Bi Eha terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi Eha seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Andre di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Eha mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bi Eha memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. "Tidak bebas", katanya.
Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Eha.
"Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan- pelan.. ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!"
Andre semangat mendengar erangan Bi Eha yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Eha. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Eha melenguh. Andre meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.
"Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Andre pinter!" desah Bi Eha mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.
Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu. Tangan Bi Eha mulai menggerayang ke tubuh Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.
"Mmmpphh..", desah Bi Eha begitu merasakan batang kontol anak itu sudah keras seperti baja.
Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Eha mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh keenakan.
"Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh!" pekik Andre perlahan.
Bi Eha tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bi Eha semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang memeknya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bi Eha merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.
Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bi Eha yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Andre menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Eha kesakitan.
"Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?" tanyanya demikian polos.
"Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Andre," demikian kata Bi Eha seraya menciumi wajah tampan anak itu.
Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.
"Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter.. uugghh!" erang Bi Eha kenikmatan.
Bi Eha benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Andre masih perjaka tulen. Bi Eha semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh Andre hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu- nyapu di sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.
Tubuh Andre berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Eha mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bi Eha rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Andre sehingga tidak langsung menyembur.
"Akh Bi.. kenapa?" Tanya Andre bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba- tiba tidak jadi.
"Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak," jawabnya seraya naik ke atas tubuh Andre.
Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Eha mengarahkan batang kontol Andre persis ke arah liang memeknya. Perlahan-lahan tubuh Bi Eha turun sambil memegang kontol Andre yang sudah mulai masuk.
"Uugghh.. enak nggak Den?"
"Aduuhh.. Bi Eha.. sedaapphh..!" pekiknya.
Andre merasakan batang kontolnya seperti disedot liang memek Bi Eha. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bi Eha tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan kontol Andre.
"Auugghh Deenn..uueennaakk!" jerit Bi Eha seperti kesetanan.
"Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh.."
Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
"Bi.. saya mau keluaarr.." Jeritnya.
"Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss.." katanya tersengal-sengal.
Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang memek Bi Eha dengan tusukan bertubi- tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bi Eha erat-erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.
"Crot.. croott.. crott!"
"Aaakkhh.." Bi Eha juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andre.
"Ooohh.. Deenn.. hebat sekali.."
Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa- sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal- sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bi Eha mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre.
"Gimana Den. Enak khan?"
"Iya Bi, enak sekali," jawab Andre seraya memeluk Bi Eha.
Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bi Eha yang menggelantung persis di depan mukanya.
"Ih Aden nakal," katanya semakin genit.
Tangan Bi Eha kembali merayap ke arah batang kontol Andre yang sudah lemas. Mengelus- elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
"Bibi isep lagi ya Den?"
Andre hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Eha ketika mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar Bi Eha dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.
E N D...

NEXT CERITAXXX
NEXT VIDEOXXX
NEXT PHOTOXXX